Showing posts with label AL-QUR`AN. Show all posts
Showing posts with label AL-QUR`AN. Show all posts

Sunday 19 February 2017

DAUN BIDARA atau WIDARA (Ziziphus mauritiana)


Bidara atau widara (Ziziphus mauritiana) adalah sejenis pohon kecil penghasil buah yang tumbuh di daerah kering. Dalam bahasa arab, Bidara berasal dari kata Sidroh artinya pohon bidara.Dalam hal ini sidroh atau Bidara ada sejarah tersendiri dengan kaitannya perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam isra' mi'raj. Pohon bidara sangatlah banyak manfaatnya. 

Sebagaimana tuntunan Nabi Muhammad SAW, Ruqyah adalah methode pengobatan yang di anjurkan bila kita mengalami ganguan penyakit non medis. Dalam beberapa hadits daun Bidara adalah salah satu jenis tumbuhan yang bisa digunakan untuk membantu dalam pengobatan ruqyah syar’iyyah (ruqyah yang sesuai syari’at Islam). Daun bidara juga bisa digunakan untuk bersuci wanita yang sedang haidh. Daun bidara juga digunakan untuk campuran air memandikan jenazah. Daun bidara juga biasa digunakan untuk sayur, dan pakan ternak.


Berikut ini beberapa manfaat daun bidara: 
  •  Memandikan Jenazah
Ummu ‘Athiyyah Rodhiyallohu ‘Anha berkata, “Nabi Shollallohu Alaihi Wa sallam pernah menemui kami sedangkan kami kala itu tengah memandikan puterinya (Zainab), lalu Beliau bersabda: ‘Mandikanlah dia tiga, lima, (atau tujuh) kali, atau lebih dari itu. Jika kalian memandang perlu, maka pergunakan air dan daun bidara. (Ummu ‘Athiyyah berkata, ‘Dengan ganjil?’ Beliau bersabda, ‘Ya.’) dan buatlah di akhir mandinya itu tumbuhan kafur atau sedikit darinya.”
(H.R. al Bukhori 3/99-104, Muslim 3/47-48, Abu Dawud 2/60-61, an Nasa-i 1/266-267, at Tirmidzi 2/130-131, Ibnu Majah 1/445, Ibnul Jarud 258-259, Ahmad 5/84-85, 4076-4078, Syaikh al Albani – Hukum dan Tata Cara Mengurus Jenazah hal 130-131).
  • Campuran untuk bersuci pada wanita haidh
Dari Aisyah berkata, “ salah seorang wanita diantara kalian (wanita yang sedang haid) dia mengambil air lalu dia mencampurnya dengan daun bidara kemudian dia bersuci. Lalu dia menyiram air di atas kepala sambil menggosoknya dengan kuat sampai airnya masuk ke dalam pori-pori dan masuk ke akar rambutnya. Dan kemudian membilasnya dengan air bersih , lalu dia mengambil kan yang sudah di basuhi dengan minyak misk dan kemudian membersihkan dirinya dengan kain tersebut.”
  • Therapy Ruqyah
Ulama Wahab bin Munabih menyarankan untuk menggunakan tujuh lembar bidara yang dihaluskan. Kemudian dilarutkan dalam air dan dibacakan ayat Kursi, surat al Kafirun, al Ikhlash, al Falaq dan an Naas. (Boleh juga dibacakan ayat-ayat al-Qur’an lainnya) Lalu dipergunakan untuk mandi atau diminum. (lihat Mushannaf Ma’mar bin Rasyid 11/13).
Menumbuk tujuh helai daun pohon Sidr (daaun bidara) hijau di antara dua batu atau sejenisnya, lalu menyiramkan air ke atasnya sebanyak jumlah air yang cukup untuk mandi dan dibacakan di dalamnya ayat-ayat al Qur-an.
Setelah membacakan ayat-ayat tersebut pada air yang sudah disiapkan tersebut, hendaklah dia meminumnya sebanyak tiga kali, dan kemudian mandi dengan menggunakan sisa air tersebut. Dengan demikian, Insya Allah penyakit (sihir) akan hilang. Dan jika perlu, hal itu boleh diulang dua kali atau lebih, sehingga penyakit (sihir) itu benar-benar sirna. Hal itu sudah banyak dipraktekkan, dan dengan izin_Nya,Allah memberikan manfaat padanya.

Sunday 14 October 2012

Tips Menghafal dan Muraja’ah Al-Qur’an Dengan Baik


Bismillah…
Al Qur’an merupakan salah satu mu’jizat yang turun kepada Muhammad SAW dan diwariskan kepada umatnya dan keasliannya akan terus terjaga sepanjang zaman. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (Al Hijr:9)
Qur’an memiliki banyak sekali kelebihan, selain itu Qur’an juga sangat bermanfaat bagi manusia. Orang yang sering membaca Qur’an akan sangat berbeda dengan orang yang jarang bahkan tidak pernah sama sekali membacanya. Itu baru sebatas membaca. Apalagi jika Qur’an tersebut dihafal, maka bi iznillah manfaatnya akan selalu menyertai orang yang menghafalkannya.
Ada beberapa fase dalam menghafal al-Quran ini.
1. Fase pra hafalan (taaruf)
2. Fase hafalan (tahfidz)
3. Fase menjaga hafalan (murojaah)
A. Fase Pra Hafalan
Hal pertama dalam fase pra hafalan, ada baiknya kita mengenal dulu dengan kitab suci yang akan kita hafal ini. Beberapa sifatnya antara lain:
1. Mudah dihafal. Allah sendiri berfirman dan diulang-ulang dalam surat al-Qomar, “Walaqad yassarna al-Qurana lidz-dzikri fahal min muddakir… (QS. Al-Qomar: 17)”. Selain dikuatkan dengan firman Allah, secara bahasa sendiri al-Quran sangat mudah dihafalkan. Terlebih di dalamnya, banyak ayat-ayatyang mirip, sehingga kita tidak perlu menguras otak lebih karena ada beberapa kalimat atau ayat yang sudah pernah kita hafalkan dulu.
2. Mudah pula terlupa. Dalam hal ini penulis sendiri kurang tau apakah riwayat ini adalah hadits atau apa, akan tetapi dulu Kyai penulis pernah bilang bahwa, “Menghafal Quran itu seperti mengikat unta. Bila longgar sedikit saja ikatannya, makaakan sangat mudah lepas.”
3. Al-Quran adalah kitab suci kita, barangsiapa dapat menghafalkannya maka akan mendapat banyak fadhilah, seperti: variasi bacaan dalam sholat, mengisi waktu luang ketika menuggu bus, di dalam bus dll.
4. Dengan menghafalkannya, terlebih bila memahami maknanya bisa membuat hati kita terbuka, menemukan kebenaran din ini, menemukan mukjizat-mukjizat di dalam al-Quran dsb. Intinya, insya Allah bisa menambah iman kita dan takwa kita..
Selanjutnya, setelah berkenalan dengan obyek yang ingin kita hafal, sekarang saatnya berpindah kepada subyeknya.
1. Temukan motivasi yang tepat atau niatnya. Tentukan, apakah untuk ujian saja, atau untuk sesuatu hal yang di atas itu. Penentuan motivasi ini sangat menentukan tingkat kualitas hafalan dan kesungguhan kita dalam menghafal.
2. Berikan waktu khusus dalam keseharian kita.
3. Persiapkan diri dari banyaknya godaan yang melalaikan dan ketidak-disiplinan. Karena sebenernya, dari pengalaman penulis sendiri dan curhat temen-temen, kunci menghafal al-Quran adalah satu; ISTIQOMAH.
4. “Qalilun qarra khairun min katsirun farra..” lebih baik sedikit tapi kuat, daripada banyak hafalan tapi lemah. Artinya, menghafal al-Quran itu haruslah tadarruj, alias bertahap. Allah sendiri berfirman, “Wala ta’jal bil qurani min qabli an yuqdha ilaika wahyuhu, wa qul rabbi zidny ilman…” (QS. Toha: 114). Banyak sedikitnya menghafal, sangat tergantung pada kemampuan penghafal, ndak perlu dipaksa.
B. Fase Menghafal
Setelah bertaaruf, dan kenal-kenalan sebelum memasuki dunia hafalan ini, kini saatnya kita melakukan proses menghafal. Fase di atas tadi, cukup dipahami saja dan dijadikan pengingat bila suatu saat kita merasa kesulitan dan pengen curhat :D .
Okeh, sekarang saatnya kita masuk dalam persoalan teknis, yakni trik menghafal. Sebenernya, soal ini penulis lebih suka menyerahkan kepada pembaca soal bagaimana menghafal. Karena, dalam menghafal ini sangat bergantung pada kondisi /dzuruf si penghafal.
1. Membaca pelan dan mecoba memahami maknanya (grambyang) dari apa yang ingin kita hafal di pagi hari, pada malam hari sebelum tidur.
2. Lebih baik baik dilakukan setelah sholat subuh, mulai menghafal al-Quran secara tadarruj dimulai dari jumlatan fa jumlatan (kalimat per kalimat) bukan ayat per ayat! Setelah hafal (membaca tanpa melirik al-Qurannya) satu kalimat, baru berpindah ke kalimat yang lain.
3. Setelah hafal satu ayat, boleh berpindah ke ayat lain, dan temukan keserasian dalam dua ayat ini. Sangat sering terjadi, ayat al-Quran ini memiliki satu tema setiap separuh halaman.
4. Dianjurkan minimal menghafal satu halaman, atau lebih baik lagi dua halaman setiap harinya. Agar nanti yang tergambar di ingatan kita adalah seperti membuka al-Quran, satu di sisi kanan dan satu lagi di sisi kiri.
5. Lebih dan sangat dianjurkan untuk menyetorkan hafalan yang baru kita hafal, pada orang yang sudah hafal lebih dari kita. Bukan saja karena menjaga agar apa yang kita hafal ini sudah benar kata per katanya, akan tetapi juga sangat bermanfaat sebagai latihan dalam hafalan kita.
C. Fase Mengulang
Perlu diketahui dan diingat, fase murojaah ini adalah yang sangat-sangat penting dan paling penting di antara dua fase di atas.
Sama seperti menghafal, dalam murojaah pun ada yang namanya tadarruj. Yakni bertahap pula dalam melakukannya.
1. Murojaah sebelum membuat hafalan baru. Yang perlu kita ulang hafalannya sebelum membuat hafalan baru adalah hafalan seperempat juz (5 halaman) sebelum hafalan baru kita. Jadi, jangan menambah hafalan baru bila seperempat juz sebelumnya masih berantakan hafalannya.
2. Murojaah hafalan baru. Setelah paginya kita menghafal, maka berikan waktu khusus buat mengulang hafalan baru kita itu. Paling enak adalah ketika sholat dhuha. Semakin sering diulang dalam sholat, semakin baik.
1. Murojaah per seperempat juz (5 halaman). Murojaah ini dilakukan setiap hari, dan berkelanjutan esok harinya. Lebih baik disetorkan juga murojaah yang ini. Sifatnya seperti hafalan baru, harus bener-bener mantap ketika disetorkan.
2. Murojaah per 1 juz. Sama seperti murojaah seperempat juz, murojaah ini juga lebih baik disetorkan. Akan tetapi gak menutup kemungkinan untuk dibaca sendiri.
3. Murojaah per 5 juz. Kalau bisa, hal ini disetorkan juga. Akan tetapi, kecuali di pondok tahfidz, mungkin agak jarang yang mau nerima setoran 5 juz.
Metode-metode di atas tidak mutlak sifatnya. Namun, secara pengalaman metode-metode di atas cukup membantu dalam proses menghafal al-Quran.
Selanjutnya, mungkin ada beberapa tips tambahan di bawah ini yang bisa dijadikan masukan buat temen-temen:
1. Akan lebih cepat dan mudah bila kita menghafal sambil mengetahui artinya. Bisa lewat terjemah al-Quran, atau bahkan dengan tafsirnya sekalian, :D .
2. Setelah tahu artinya, perlu diketahui bahwa al-Quran itu berbentuk setengah prosa (cerita) dan setengah puisi (berima). Dengan prosanya, akan membuat kita lebih mudah untuk mengaitkan antara satu ayat dengan ayat lainnya lewat siyaq atau jalan cerita atau tema khusus.
3. Mengatur waktu dalam satu hari sebaik mungkin. Minimal ada dua hal penting yang perlu diperhatikan, yang pertama murojaah, yang kedua bikin hafalan baru.
Dan semoga kita dijadikan sebagai Ahlul Quran. Amiin.

Sunday 30 September 2012

PENCEGAHAN PENYAKIT MELALUI KISAH ASHABUL KAHFI

Kisah Ashabul kahf menceritakan tentang beberapa orang pemuda dengan seekor anjing yang ditidurkan Allah selama 309 tahun.

Ashabul kahfi adalah para pemuda yang beriman kepada Allah yang keluar dari negeri untuk menyelamatkan aqidah daripada ditangkap oleh Maharaja Rome yang zalim.

Disebabkan atas niat yang tulus Allah memudahkan sehingga mereka menjumpai sebuah gua dan tertidur di dalamnya sampai waktu yang sangat panjang.

Ajaibnya,mereka tertidur tanpa memerlukan makan dan minum.Allah membolak-balikkan tubuh mereka sehingga tidaklah membeku darah pada salah satu bagian tubuhnya.Ini semua termasuk hikmah Allah.

Allah berfirman, “Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri.”

(QS Al Kahfi: 18).

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?).”

Mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau setengah hari.”
Berkata (yang lain lagi): “Tuhan lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini).

Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa wang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.

(QS Al Kahfi : 19)

Pada akhirnya, ketika para Ashabul Kahfi itu terbangun,pemerintahan telah berganti. Para penduduk negeri telah berganti kepada penduduk yang bertakwa kepada Allah. Dan ketika mereka mengetahui kisah para pemuda itu,tidak lama kemudian para Ashabul kahfi pun meninggal dunia. Selanjutnya para penguasa di waktu itu berkeinginan untuk membangunkan masjid di atas kuburan-kuburannya.

Allah berfirman, “Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya.”

(QS Al Kahfi: 21).

Namun begitu terdapat satu ayat dalam Surah Al-Kahfi yang benar-benar menarik perhatian saya iaitu firman ALLAH SWT :

dan kamu sangka mereka sedar, padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka dalam tidurnya ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri; sedang anjing mereka menghulurkan dua kaki depannya dekat pintu gua; jika kamu melihat mereka, tentulah kamu akan berpaling melarikan diri dari mereka, dan tentulah kamu akan merasa sepenuh-penuh gerun takut kepada mereka.

(Surah Al-Kahfi : 18 )

Ayat “dan Kami balik-balikkan mereka dalam tidurnya ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri” membawa maksud pemuda-pemuda itu tidur dalam posisi yang tidak tetap dan sentiasa berubah-ubah.Ini kerana perlakuan membalik-balikkan badan dapat dijadikan langkah pencegahan daripada mendapat pelbagai jenis penyakit.

Antaranya :

Bed sore

Bedsore adalah satu penyakit yang merosakkan kulit dan tissue yang berpunca dari tekanan berlebihan.Tekanan ini mampu memusnahkan saluran darah.Apabila saluran darah ini pecah maka oksigen dan nutrient yang sepatutnya dibekalkan kepada cell menjadi terhenti.Ini mengakibatkan cell-cell yang terlibat mati.

Penyakit ini sering terjadi di bahagian paha dan punggung kerana bahagian ini sering terdedah kepada tekanan sewaktu duduk atau baring.

Pesakit yang tidak mampu bangun untuk mengubah posisi sering diancam penyakit ini.

Bukan itu sahaja,tindakan Allah membolak-balikkan pemuda-pemuda itu telah menyelamatkan mereka dari terjadinya muscle atropy.Sudah pasti 309 tahun itu adalah satu tempoh yang sangat lama.


Muscle atrophy

Muscle atrophy bermaksud kehilangan tissue muscle akibat dari kekurangan aktiviti fizikal.

Kondisi ini juga sering terjadi pada pesakit yang terlantar atau orang malas yang tidak mahu bergerak.

Bayangkan pesakit yang terlantar selama sebulan di hospital boleh mengalami pengurangan jisim muscle sebanyak 10 peratus apatah lagi 309 tahun.Inilah hikmah dan kekuasaan Allah SWT.Apa gunanya mereka bernyawa tetapi tidak mampu untuk begerak.Ketiadaan otot menyebabkan seseorang tidak mampu menghasilkan pergerakan.

Langkah pencegahan kedua penyakit ini telah Allah tunjukkan kepada manusia sekian lama,sebelum manusia mengetahuinya.

SUBHANALLAH

Wallahualam

Friday 21 September 2012

MENOLAK KEBENARAN AWAL BENCANA DAN KEKALAHAN

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh 

(1) Thaahaa.

(2) "Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah;"

(3) tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),

(4) yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.

(5) (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas 'Arsy.

(6) Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.

(7) Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.

(8) Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai al asmaulhusna (nama-nama yang baik).

(Thaahaa, 20: 1-8)

★ ✩ ✮ ★ ✩ ✮ ★ ✩ ✮ ★ ✩ ✮ ★ ✩ ✮ ★ ✩ ✮ ★ ✩ ✮ ★

TANGGUNG JAWAB risalah DAKWAH yang dibebankan Allah سبحانه وتعالى kepada kaum Muslimin, sebagaimana diamanahkan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, tentunya tidak akan terasa berat manakala kaum Muslim mau menelusuri sejarah panjang kehidupan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan para sahabatnya, seperti di paparkan dalam Al-Qur’anul Karim.

Ketika Umar ibn Khattab mencapai puncak kemarahannya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan kaum Muslimin, termasuk di antaranya adalah adik perempuannya sendiri, ia bergegas dengan pedang terhunus ditangan mencari Rasulullah صلى الله عليه وسلم, yang ia anggap mengganggu dan membuat masyarakat Makkah terpecahbelah. Yang tadinya tidak seorang pun berani mengatakan bahwa tradisi Jahiliah adalah tradisi terkutuk, tapi setelah kedatangan Rasulullah صلى الله عليه وسلم, suasana yang dianggap telah tenang, damai, dan mapan selama ini, tiba-tiba diubah menjadi sesuatu yang membuat mereka gempar. Bahkan membuat gigi graham mereka gemeretuk menahan amarah.

Api amarah yang diusung oleh Umar dan orang-orang Quraish hanya akan padam bila dibayar oleh melayangnya nyawa Muhammad. Begitulah gelora kebencian mereka kepada nabi yang dianggap sebagai biang (punca) segala kekacauan. Padahal mereka mengetahui bahwa Muhammad adalah orang yang jujur. Tidak ada seorang dari bangsa Arab, bahkan dunia sekalipun yang mendapat gelar Al-Amin, kecuali Muhammad Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Hal ini membuktikan bahwa ternyata gelar dan pujian-pujian yang diberikan oleh kaum Jahiliah tersebut tidak ada artinya, karena mereka mengingkari penghargaan yang mereka sematkan sendiri.

Tradisi-tradisi Jahiliah yang selama ini mereka jalankan dengan tenang, tanpa ada koreksi dan teguran, ternyata dibabat habis oleh kedatangan Muhammad yang mereka kenal paling jujur di muka bumi, paling halus dan lembut pekertinya, serta paling santun terhadap siapa saja. Bagi Umar, orang yang menyandang sekian banyak titel (title) kemuliaan itu ternyata seorang pembawa bencana dan gangguan bagi mereka. Umar merasa tak pantas berdiam diri saja, ia pun bersumpah untuk membunuh Rasulullah صلى الله عليه وسلم.

Tetapi dengan takdir Allah سبحانه وتعالى, gejolak dan kemarahan Umar dialihkan dan disalurkan. Pertama-tama, dengan api kemarahan di ubun-ubun ia menuju rumah adik perempuannya yang kala itu sedang belajar al-Qur’an.

Dari luar rumah ia mendengar ada suara, yang diantaranya adalah bacaan dari permulaan surat Thaa Haa. Kemarahannya ia lampiaskan dengan menempeleng adiknya dan membantik adik iparnya, hingga wajahnya lebam-lebam. Tetapi kemarahan Umar itu serta-merta reda karena kesadarannya tergugah ketika ia membaca sendiri catatan kecil yang berisikan beberapa ayat dari surat Thaahaa, yang ia rebut dari adiknya.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦

Apa sesungguhnya yang terjadi pada sosok Umar yang awalnya begitu anti Islam, berubah total menjadi pembela Islam, menjadi kekayaan Islam yang tiada tandingannya sampai hari kiamat?

Setelah di buka oleh ayat pertama, pada ayat kedua Allah menyatakan,

♥ ♥ ♥ ♥ “Wahai laki-laki (Muhammad), Kami turunkan kepadamu al-Qur’an bukan untuk membuat kamu susah (celaka) hidup di dunia”.

Ayat ini menjadi bantahan Allah terhadap kaum Quraish yang berkeyakinan bahwa Muhammad adalah manusia paling celaka, karena dia membawa al-Qur’an.

Melalui ayat ini Allah meyakinkan Nabi صلى الله عليه وسلم, bahwa beliau dipilih dan diutus oleh Allah bukan untuk dicelakakan dan bukan pula untuk menerima musibah, sebagaimana anggapan orang-orang Quraish dan Umar yang hendak membunuh beliau. Tetapi ada tujuan mulia, yaitu sebagaimana dinyatakan pada ayat ketiga,

|| “Melainkan al-Qur’an ini diturunkan kepada kamu Muhammad supaya kamu menyampaikan peringatan kepada orang yang masih punya TAKUT kepada Allah.”

Ayat di atas berisi penegasan Allah yang sangat jelas, bahwa orang yang bisa diajak untuk mengikuti ajaran Islam hanyalah orang-orang yang masih punya TAKUT kepada Allah. Selebihnya tidak akan bisa.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦

TANPA PAKSAAN

Mengajak semua manusia agar berkenan mengikuti jejak Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah harapan yang mulia, tetapi Allah memperingatkan bahwa hal itu adalah suatu yang mustahil. Yang bisa diajak hanyalah orang-orang yang dalam hatinya masih ada rasa TAKUT kepada Allah. Dengan demikian, hati Nabi صلى الله عليه وسلم menjadi lega karena tidak ada target point menjadikan semua manusia memeluk Islam. Allah tidak menuntut Nabi صلى الله عليه وسلم mengislamkan semua orang, karena hal itu bukan kewajiban beliau. Beliau hanyalah penyeru, bukan penentu Islam atau tidaknya seseorang.

Adapun orang-orang yang tidak punya rasa TAKUT kepada Allah menjadi urusan-Nya. Dengan begitu Rasulullah صلى الله عليه وسلم bisa mengangkat muka dalam menyampaikan dakwah Islam.

Tidak adanya tanggung jawab kewajiban mengislamkan semua orang bagi Rasulullah صلى الله عليه وسلم, juga berlaku bagi kaum Muslim sekarang. Dengan demikian, Umat Islam tidak diperkenankan memaksa orang untuk harus beragama Islam dan tunduk kepada Allah.

Pemaksaan agar semua orang memeluk Islam tidak parlu dilakukan mengingat kekuasaan Allah yang begitu tinggi. Hal ini yang ditegaskan pada ayat yang keempat,

|| “Dan Qur’an ini Muhammad, diturunkan dari Tuhan yang menciptakan bumi dan yang menciptakan langit yang tinggi”.

Islam atau tidaknya seseorang, tidak berpengaruh terhadap kekuasaan Allah.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦

Hal lain yang tersurat pada ayat keempat ini adalah Allah meyakinkan manusia bahwa al-Qur’an bukanlah buatan Muhammad, bukan pula buatan jin, dukun, apalagi para penyair. Tapi Allah lah yang menciptakan langit dan bumi. Ini jaminan Allah kepada Nabi صلى الله عليه وسلم supaya beliau tidak ragu dan bimbang karena perlawanan manusia.

Adanya penegaskan jaminan dari Allah menimbulkan keyakinan kuat pada diri Rasulullah صلى الله عليه وسلم bahwa beliau tak akan mungkin mampu dikalahkan oleh manusia. Karena manusia tidak mungkin dapat mengalahkan pencipta langit dan bumi. Itu berarti pula bahwa manusia juga tidak akan mungkin mengalahkan al-Qur’an. Inilah cermin terbesar bagi kaum Muslim, bahwa ketika mereka konsisten membawa al-Qur’an, maka tidak akan ada seorang pun yang mampu mengalahkan mereka.
Jaminan universal bagi kaum Muslim, ketika mereka menyampaikan al-Qur’an yang sebenarnya, adalah mereka tidak akan bisa berbuat nekoneko (macam-macam).

Konsekuensinya, manusia hanya akan menjalankan yang diperintahkan oleh Allah سبحانه وتعالى. Dan dakwah yang ia sampaikan adalah dakwah jujur tanpa ada yang disembunyikan, dan tanpa ada yang ditakuti kecuali Allah سبحانه وتعالى.

Urgensi rasa TAKUT yang harus dimiliki oleh kaum Muslim adalah lahirnya kewajiban menyampaikan adanya siksa neraka. Allah memberikan keyakinan, “liman yakhsya”, hanya orang takutlah yang kamu ajak. Sedangkan orang yang tidak mempunyai rasa TAKUT tidak akan mungkin terketuk hatinya. Oleh karena itu, menyampaikan kepada setiap orang tentang neraka dan siksanya, wajib hukumnya. Karena hal itulah yang menjadi titik pangkal untuk membersihkan hati manusia. KETAKUTAN akan siksa neraka dan alam akhirat akan melahirkan kebersihan jiwa.

Namun kenyataannya, cerita-cerita tentang pedihnya siksa neraka cenderung disembunyikan oleh sebagian besar juru dakwah dengan alasan TAKUT ditolak oleh masyarakat, dengan alasan tidak akan disukai oleh masyarakat. Padahal, memang pada dasarnya tidak ada orang yang suka mendengarkan hal-hal ngeri apalagi disiksa. Jangankan siksa akhirat, cerita tentang penjara di dunia saja, lengkap dengan penyiksaan, pemukulan dan lain sebagainya, sudah cukup membuat bergidik. Itulah watak manusia, apa yang tidak enak memang tidak akan disukai.

Tetapi jangan karena hal itu, ancaman neraka menjadi disembunyikan, sebab ketika dia sadar bahwa azab itu tidak enak, maka hal itulah yang menjadi titik tonggak munculnya rasa TAKUT kepada Allah.


||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦||||¦¦¦¦
Rasa TAKUT inilah yang telah mendera batin Umar. Ia tersentuh ayat, bahwa orang yang bisa memahami al-Qur’an adalah orang yang TAKUT kepada Allah. Maka ketika rasa takutnya kepada Allah telah muncul, saat itulah ia melupakan kemarahan dan kejengkelannya. Kesadaran yang datang tiba-tiba itulah yang menyebabkan ia spontan bertanya kepada adiknya, “Dimana Muhammad sekarang?” Adiknya balik bertanya, “Untuk apa kamu bertanya demikian?, kalau kamu ingin membunuh dia, sebagaimana kamu menganiaya aku, maka lebih kamu bunuh aku daripada kamu menemui Muhammad.”

Mentalitas yang ditunjukkan oleh adik perempuan Umar adalah mentalitas hasil gemblengan al-Qur’an. Lantaran rasa TAKUT yang ia miliki kepada Allah, maka ia merasa lebih baik dirinya yang menjadi korban daripada harus mengorbankan utusan Allah.

Inilah contoh sejarah cemerlang yang akan terus diangkat dengan rasa bangga sepanjang zaman. Bahwa rasa TAKUT kepada Allah akan memunculkan kecintaan kepada-Nya dan kitab suci-Nya, melahirkan pembelaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana dia rela menerima tanggung jawab dari Allah untuk menyampaikan al-Qur’an itu.

Mendengar pekataan adiknya, Umar menyanggah, “Tidak, aku tidak akan memusuhinya lagi.” Sehingga adiknya pun memberi tahu, “Dia sedang berada di rumahnya Arqam.”

Begitulah, KETAKUTAN kepada Allah akan membangun keimanan yang teguh. Sebaliknya, seseorang yang hatinya nihil dari rasa TAKUT, tidak akan bisa diharapkan untuk membangun keimanan, apalagi kemauan untuk membela agama Allah.

Hanyalah orang-orang yang sadar akan perlunya bekal untuk hari esok yang akan mau memperjuangkan agama Allah, memperjuangkan Syari’at Allah di tengah-tengah masyarakat yang menganggap bahwa al-Qur’an adalah pembawa malapetaka, sebagaimana anggapan orang-orang Quraish.

Melalui keterangan di atas, diharapkan Kaum Muslim mampu menghayati tantangan dari masyarakat musyrik tentang al-Qur’an, serta bagaimana jawaban yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad, tentang hakekat al-Qur’an ini. Setelah jelas bahwa al-Qur’an bukan untuk menciptakan kesengsaraan, dan tahu bahwa al-Qur’an hanya bisa diterima oleh orang-orang yang TAKUT kepada Allah, maka marilah segenap Kaum Muslim bersama-sama untuk mengikuti jejak Rasulullah dan para sahabat.

Aplikasi dari kesadaran itu adalah kesediaan menyampaikan al-Qur’an secara terbuka, tidak perlu sembunyi-sembunyi, tidak perlu berbisik-bisik, tidak perlu hanya kepada kelompoknya saja. Tetapi harus ada langkah spektakuler dengan menyampaikan al-Qur’an ke pasar-pasar, kepada orang-orang kaya, ke rumah para pejabat, ke rumah orang-orang berkuasa, karena mereka itulah sasaran dakwah.

Bukan zamannya lagi main bisik-bisikan. Bukan-kah al-Qur’an diturunkan Allah bukan untuk dijadikan bahan bisikan, tetapi untuk disampaikan secara terbuka kepada siapa saja. Bukankah dalam menyampaikan al-Qur’an yang dibutuhkan adalah percaya diri, bukan rasa minder. Dan bukankah menyampaikan Islam tidak hanya dibatasi pada ruang masjid semata, atau di mushalla saja. Bila yang menjadi objek dakwah mempunyai rasa TAKUT kepada Allah, maka do’a yang pantas terlontar adalah semoga mereka menjadi orang yang beriman. Amin.

_______________
Disunting/ringkaskan dari: http://arrahmah.com/read/2008/03/23/1690-menolak-kebenaran-awal-bencana-dan-kekalahan.html

Wednesday 1 August 2012

MENCARI PERTOLONGAN ALLAH SWT

Hidup manusia memang penuh cobaan, jalan terjal penuh berliku yang terkadang menjadikan kita berputus asa, termasuk urusan rezeki. Bisnis yang dulu berjaya tiba-tiba merugi, hutang menumpuk dimana-mana dan sebagainya.Padahal kita merasa sudah berupaya semaksimal mungkin mengatasinya, namun tetap saja belum membuahkan hasil. Hal utama yang perlu dan patut kita renungkan adalah dengan introspeksi yaitu dengan sebuah pertanyaan sejauh mana usaha kita tersebut?

Usaha manusia mencakup dua dimensi, yaitu lahiriah dan batiniah. Biasanya usaha batiniah yang sering kita lupakan. Ujung-ujungnya ketika kita menghadapi kendala dalam usaha, kita langsung memvonis bahwa Tuhan tidak adil. Padahal, Dia selalu menolong hamba-Nya, namun kita sendiri yang tidak mau meminta pertolongan-Nya.

Saya akan memberikan cara bagaimana hutang-hutang anda segera terlunasi dengan cara Islam, yaitu dengan doa-doa yang berasal dari sumber yang dapat "dipertanggungjawabkan". Artinya isi kandungan dari doa-doa kita tidaklah bertentangan dengan syariat Islam.

Salah satu contoh cerita yang sangat termasyur. Dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW memasuki masjid. Tiba-tiba ada seorang pemuda yang sudah duduk lama di dalam masjid, pemuda itu bernama Abu Umamah. Rasulullah SAW bertanya kepadanya : "Wahai Abu Umamah, mengapa aku melihatmu duduk di masjid pada waktu-waktu di luar shalat?" Abu Umamah menjawab, "Aku sedang dilanda kesusahan dan dililit hutang-hutang wahai Rasulullah."

Rasulullah kemudian bersabda kepadanya, "Ketauhilah aku akan mengajarkan kepadamu ucapan yang apabila engkau mengucapkannya, maka Allah SWT akan menyingkirkan kesedihan dan membayarkan hutang-hutangmu. Ucapkanlah pada waktu pagi dan sore.

" اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

"Allahumma inni a'udzubika minal hammi wal hazani wa a'udzubika minal 'ajzi wal kasali wa a'udzubika minal jubni wal bukhli wa a'udzubika min ghalabatiddaini wa qahrirrijali"

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia."


Kata Abu Umamah radhiyallahu 'anhu: "Setelah membaca do'a tersebut, Allah berkenan menghilangkan kebingunganku dan membayarkan lunas semua hutangku." (HR Abu Dawud 4/353) Doa ampuh yang diajarkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam kepada Abu Umamah radhiyallahu ’anhu merupakan doa untuk mengatasi problem hutang berkepanjangan.

Jangan sampai kita diberi tahu sama ahli dan pakar kitanya lebih percaya tekun mencatat, tetapi hadist Rasulullah SAW yang dikasihkan kepada kita dicuekin, bagaimana etika kita disisi Allah SWT, caranya gak dipakai. Padahal semua proses itu adalah bagian dari proses kepada solusi, bagian dari ibadah, bila masuk kedalam Islam pakailah semuanya yang membuat Allah redho, ada sabar, ada tawakkal bila ikhtiar sudah makslimal dan melanggengkan ketaatan. 

( Kepastian Pertolongan Allah SWT )

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

Artinya : Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesngguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (TQS. Al-Hajj : 40)

Ayat ini menjelaskan kepastian pertolongan Allah bagi orang yang menolong-Nya. Kepastian pertolongan Allah ini dapat dilihat dari penggunaan perangkat tauqid sebanyak dua kali, yaitu lam ibtida’ dan nun tauqid (nun bertasydid). Penggunaan perangkat tauqid ini bertujuan agar orang yang menerima informasi benar-benar yakin akan kebenaran isi berita yang disampaikan kepadanya. Apalagi ditekankan sampai dua kali penekanan. Maka semestinya tidak boleh ada keraguan sedikitpun dibenak kita bahwa Allah benar-benar akan menolong orang yang menolong-Nya.

Imam Al-Baghowi menjelaskan, bahwa menolong Allah yang dimaksud adalah menolong agama-Nya dan nabi-Nya. Sedangkan Imam Ath-Thobari menjelaskan, bahwa yang dimaksud adalah berjihad di jalan Allah, untuk meninggikan kalimat Allah atas ejekan musuh-musuh-Nya.

Menolong agamanya Allah berarti menolong agama Islam. Dengan kata lain mengembalikan posisi agama Islam sebagaimana mestinya agar Umat Islam ini kembali kepada ajaran Agama-Nya dan mencintai Agama-Nya. Dikala saat ini banyak umat yang dipalingkan oleh kelalaian dan kemaksiatan secara merata.

Dalam surah Al-Hajj ayat 40, Allah pasti menolong orang yang menolong Allah. Pada ayat 41, Allah menyifati orang-orang yang mendapat pertolongan tersebut :

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

Artinya : (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allahlah kembali segala urusan.
Kalau pada ayat tersebut Allah menunjukkan karakter orang-orang yang akan mendapat pertolongan Allah, maka sebaliknya pertolongan Allah tidak akan diberikan kepada orang-orang yang tidak memiliki karakter sebagaimana yang telah Allah tetapkan. Karakter orang yang mendapat pertolongan Allah adalah orang-orang yang menjalankan/mengerjakan syariat Islam dan orang-orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Sedangkan orang-orang yang melanggar syariat Islam, apalagi berupaya mengganti syariat Islam dengan aturan yang lain, tentu pertolongan Allah tidak akan diberikan. Demikian juga orang-orang yang tidak mau melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, tentu tidak akan mendapatkan pertolongan Allah.

Karakter yang lain yang tidak akan mendapat pertolongan Allah adalah:

وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

Artinya : Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang dzalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan (TQS. Huud : 113)

Pada ayat tersebut, Allah menjelaskan sifat orang yang tidak mendapat pertolongan Allah adalah orang yang cenderung kepada orang yang berbuat dzalim dan meridloi kedzaliman yang mereka lakukan serta tidak ada upaya untuk menghentikan kedzaliman mereka. 

أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآَخِرَةِ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ

Artinya : Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong (TQS. Al-Baqarah : 86)

( Bersedekah )

“Bagaimana mungkin saya bisa melakukan sedekah? Untuk memenuhi kebutuhan sendiri saja masih kurang, belum lagi hutang masih menumpuk?”pertanyaan inilah yang sering dikemukakan orang yang berhutang ketika disuruh bersedekah. “Aya-aya wae!” (ada ada saja), demikian sanggahnya. 

Padahal, kalau mereka tahu, justru inilah jalan keluarnya. Saat kita dihimpit persoalan ekonomi, saat kita banyak hutang dan tidak tahu bagaimana cara membayarnya, sedekah solusinya! Jika digali lebih dalam firman Allah ini, dengan artinya pada Surah At Talaq ayat 7 : “Dan orang yang disempitkan rizkinya, hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya”, maka sedekah ternyata bisa menjadi solusi dari masalah yang sedang kita hadapi. Kalau ingin urusan kita selesai, segeralah bersedekah dan gabungkan dengan amalan-amalan lainnya, dengan ikhlas myakini Allah maha kuasa atas segala sesuatu, banyak nyebut, banyak sholawat dan istighfar. Jangan malah orang ditawakalin, digantungin sampai jadi hilang harga diri..naikan terus intensitasnya, naikan dan naikan semua ibadah jangan berhenti, kuatkan keikhlasan semua harapan dan kejadian ditangan Allah bukan ditangan yang lain. 

Dan yang lebih penting adalah amalan sehari-hari, jangan sekedar ibadah itu hanya ritual tanpa memperbaiki diri, yang masih ganjen stop ganjennya mending kirim2 hadist terutama bab akidah, bab mencegah kemusyrikan yang pahalanya gedean semisal dilarang baca perbintangan, ramalan dsb karena dosa syirik bisa mengakibatkan kekafiran tanpa sadar, atau memulai pakai jilbab, saudara kita yang ke dukun, yang doyan maksiat zina dan judi, benerin keluarga kerabat toh semuanya akan kembali kepada kita, manfaat dakwah paling utama dibanding manfaat lainnya karena mengantar kepada keselamatan dunia dan akhirat.

Para Nabi, Wali itu doanya cepet kekabul karena mereka paling banyak ngasih manfaat ilmu Allah kepada orang banyak, JADI sekali mereka berdoa, shalat, hasilnya berlipat ganda, lakukan dengan ikhlas yakin, kejar balasan akhirat, dunia bakal mengejar tanpa capek, ngurus anak orang, rumah orang, kantor orang aja dibales cepet jasanya sama manusia, apalagi ngurus agama Allah..beneran abis, makanya kasihan bagi yang gak nyadar2 dan terus hidup meragu menggapai impian kosong. Di Islam untuk ibadah Gak sekedar mikirin dirinya sendiri, tapi benerin orang lain, keluarga, adik-adik kita, teman2 kita semaksimal mungkin.

Janji Negara, Presiden, Konglomerat bisa bohong, bisa ada kendala diluar dugaan, tetapi janji Allah pasti beneran dalam bentuk yang terbaik kepada kita. kalo kita perbanyak beramal, ikhlas, apalagi sampe terjadwal, dan larinya juga kenceng, kekuatannya juga maksimal demi kebesaran-Nya, kebaikan-Nya, dengan mengingat semua nikmat-Nya, dannnn demi mencapai redho Allah, menjalani bertahap ayat-ayat perintah-Nya dimana ada janji pertologan Allah disitu, maka ini lebih aman dan nyaman. INVESTASI MASA DEPAN YG TERJAMIN

Perbanyak merenung, takarub, dzikir, renungi ayat2 Allah, binalah hati bawa dalam keyakinan, dan ingatlah semua hikmah kehidupan yang telah lewat, mana ada yang tanpa kehendak Allah ? 

Semoga semua kita ditolong Allah SWT dan bagi yang kena masalah Allah angkat masalahnya dengan kebaikan, bukan keburukan. Karena banyak yang nyaman hidupnya, seperti Yahudi2 tetapi mereka dalam kesesatan. Cukuplah Allah sebagai tujuan terbesar kita, secara lahir dan bathin semoga Allah memberikan pertolongan-Nya kepada kita semua, Amin

GELAPNYA KALBU DAN DAHSYATNYA IKHLAS

Biasanya orang yang memiliki kehormatan karena harta atau kekuasaannya, ia akan suka dipuji dengan perbuatannya dan ia menginginkan pujian dari manusia, meskipun terkadang perbuatan itu lebih tepat disebut sebagai perbuatan tercela dari pada perbuatan terpuji. Orang yang tidak mengikuti keinginannya, dia tidak segan-segan untuk menyakitinya. Bahkan terkadang dia melakukan perbuatan yang zhahirnya baik, tetapi ia menyembunyikan maksud yang buruk, ia senang dengan kamuflase tersebut, apalagi dengan adanya sambutan yang positif dari khalayak ramai.

Perbuatan tersebut termasuk dalam firman Allah:

لا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَآ أَتَواْ وَيُحِبُّونَ أَن يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلاَ تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِّنَ الْعَذَابِ

"Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa". [ali Imran 188]
Dari sinilah para ulama’ yang mendapatkan petunjuk dari Allah melarang manusia untuk memuji mereka atas kebaikan yang mereka lakukan kepada sesama manusia, bahkan mereka menyuruh manusia untuk mengembalikan pujian hanya kepada pemiliknya, yaitu hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, tiada sekutu bagiNya, karena sesungguhnya segala kenikmatan itu datang dariNya.

( Gila Hormat )


Dalam Shahih Bukhari no. 7148 dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda:

إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ...

"Kalian akan berambisi atas kekuasaan dan akan menjadi penyesalan pada hari kiamat...".

Ketahuilah, bahwa ambisi terhadap kehormatan sangat membahayakan pelakunya, (ia akan menghalalkan segala macam cara) dalam usahanya mencapai tujuan, dan juga sangat membahayakan pelakunya ketika telah mendapatkan kehormatan di dunia, dengan cara mempertahankan statusnya meskipun harus melakukan kezhaliman, kesombongan dan kerusakan-kerusakan yang lain sebagaimana dilakukan oleh penguasa yang zhalim.

( Penjilat )

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda:

مَنْ سَكَنَ الْبَادِيَةَ جَفَا وَمَنِ اتَّبَعَ الصَّيْدَ غَفَلَ وَمَنْ أَتَى السُّلْطَانَ افْتُتِنَ

"Barangsiapa tinggal di daerah orang-orang Badui dia akan berperangai kasar, barangsiapa mengikuti hewan buruan ia akan lalai, dan barangsiapa mendatangi pintu para penguasa, ia akan terfitnah". [ HR. Ahmad. Abu Daud no. 2859, Tirmidzi dan Nasa’i no. 4309. Syeikh Muhammad As-Subhi Hasan Hallaq berkata: “Hadits ini juga dikeluarkan oleh Ibnu Abdil Baar dalam Al-Jami’ (I/163), Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (4/72), Ibnu Katsir dalam tafsirnya (2/397), Thabrani dalam Al-Kabir no. 11030, dan Bukhari dalam Al-Kuna (8/70) dan itu adalah hadits shahih, dan dishahihkan pula oleh Al-Albani dalam Shahih Abu Daud ]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam haditsnya:

وَمَا ازْدَادَ عَبْدٌ مِنَ السُّلْطَانِ دُنُوًّا إِلاَّ ازْدَادَ مِنَ الهِu بُعْدًا

"Tidaklah seseorang semakin dekat kepada penguasa kecuali akan semakin jauh dari Allah" [ HR. Ahmad, Abu Daud no. 4860. Syeikh Muhammad As-Subhi Hasan Hallaq berkata: “Hadits ini juga dikeluarkan oleh Ibnu ‘Adi dalam Al-Kamil (1/312) Al-Qudhai dalam Musnad as-Syihab (1/222 no. 339) dan Syeikh Al-Albani memuatnya dalam as-Shahihah no. 1272 ]

Yang sangat ditakutkan atas orang yang mendatangi para penguasa yang zhalim adalah membenarkan kedustaan mereka, menolong kezhaliman mereka meskipun dengan diam membiarkan mereka berbuat zhalim. Karena orang yang mendatangi mereka dengan tujuan mendapatkan kemuliaan dan kedudukan di dunia serta berambisi terhadap keduanya, dia tidak akan mengingkari mereka, bahkan sangat mungkin baginya untuk menganggap baik tindakan buruk mereka, sebagai upaya untuk untuk mendekatkan diri kepada mereka, dan untuk mendapatkan posisi yang baik di sisi mereka, agar mereka membantunya untuk mewujudkan ambisinya.

Dari Ka’ab bin Ujrah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda:

سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يَدْخُلْ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ وَلَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ

"Akan datang sesudahku para penguasa, maka siapa yang masuk menemui mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan membantu mereka atas kezhaliman yang mereka lakukan, maka dia bukanlah dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan ia tidak akan minum air telaga. Barangsiapa yang tidak masuk menemui mereka, dan tidak menolong mereka atas kezhaliman mereka, dan tidak membenarkan kedustaan mereka, maka dia adalah termasuk golonganku dan aku darinya dan dia akan minum air telaga".[ (HR. Ahmad 3/321 dan 399, Tirmidzi 4/525 no. 2259, Nasa’i 7/160, 161 no. 4207 dan 4208 dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya (Dalam Al-Ihsan 1/248 no. 279; 1/249 no. 282; 1/250 no. 283; dan 1/251 no. 285 ]

Banyak dari kalangan Salaf yang melarang masuk mendatangi para penguasa meskipun bertujuan amar ma’ruf nahi mungkar. Di antara mereka adalah Umar bin Abdul Aziz, Abdullah bin Mubarak, Sufyan Ats-Tsauri dan lain-lain.

Abdullah bin Mubarak berkata: “Menurut kami, tidak disebut penganjur kebaikan dan pemberantas kemungkaran, orang-orang yang masuk mendatangi para penguasa untuk amar ma’ruf nahi mungkar, tetapi yang disebut penganjur kebaikan dan pemberantas kemungkaran adalah orang yang menjauhi mereka”.

Penyebabnya adalah apa yang ditakutkan berupa fitnah (kesesatan) akibat masuk menemui mereka. Karena telah dikhayalkan kepada diri manusia, bahwasanya ketika ia masih jauh dari para penguasa, ia dapat menganjurkan kebaikan kepada mereka dan melarang serta mengingkari kemungkaran kepada mereka, lalu jika ia telah menemui mereka dari jarak dekat, condonglah jiwa kepada mereka, ia memendam cinta akan kemulian dunia, ia bahkan bisa jadi jatuh cinta kepada mereka, lebih-lebih jika mereka memberikan kemudahan dan fasilitas kepadanya, dan ia terima pemberian tersebut.

( Keikhlasan )


Wahab bin Munabbih berkata: “Mengikuti hawa nafsu akan melahirkan cinta kepada dunia, cinta kepada dunia akan melahirkan cinta kepada harta dan kemuliaan, dan cinta kepada harta dan kemuliaan melahirkan sikap menghalalkan apa-apa yang diharamkan oleh Allah”.

Ucapan itu benar, hanya taqwa kepada Allah yang dapat membentengi seseorang dari mengikuti hawa nafsu dan memalingkan hati kita dari cinta kepada dunia. Allah berfirman:

فَأَمَّا مَن طَغَى . وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى . وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

"Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)". [an-Nazi’aatL: 37 – 41]

Muhammad bin Sulaiman, seorang gebernur Bashrah datang menemui Hammad bin Salamah. Gubernur itu duduk di hadapan Hammad lalu bertanya: “Wahai Abu Salamah, mengapa setiap kali saya memandangmu, saya gemetar segan kepadamu ?” Beliau menjawab: “Karena seorang alim apabila menghendaki ridla Allah dengan ilmunya, maka segala sesuatu akan takut kepadanya, apabila ia menginginkan untuk memperbanyak harta dengan ilmu, maka ia takut kepada segala sesuatu”.

Barangsiapa sibuk membina dirinya untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah, dengan jalan mengenal Allah, takut kepadaNya, cinta kepadaNya, selalu merasa dalam pengawasanNya, tawakkal, ridla dengan takdirNya, merasa tentram dan rindu kepadaNya, dia akan sampai kepadaNya dan dia tidak akan perduli dengan kedudukan yang tinggi di sisi manusia. Meskipun demikian, Allah akan memberikan kedudukan yang tinggi di mata manusia, dan mereka hormat kepadanya, padahal dia sendiri tidak menginginkan hal tersebut, bahkan lari menjauhinya dan khawatir kalau kehormatan dunia ini bisa memutuskan jalannya menuju ridla Allah. Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا

"Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka kasih sayang. [Maryam : 96]

Sunday 22 July 2012

Jangan Khatamkan Al-Qur’an di Bulan Ramadhan

Ramadhan disebut juga bulan-nya Al-Qur’an; karena memang pada bulan inilah Allah swt menurunkan ayat pertama Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw yang juga sebagai tanda bahwa beliau telah diangkat menjadi Rasul untuk semesta alam ini.
Selain itu juga, karena memang pada bulan ini semua orang muslim menjadi sangat begitu dekat dengan al-Qur’an. Sehingga kita tidak bisa mendapati seorang muslim di bulan Ramadhan ini kecuali ia sedang menggenggam mushaf Al-Qur’an, baik itu dikantongi ataupun di-‘tengteng’. Itu saking giatnya mereka, sehingga mereka tidak ingin melewatkan kesempatan sedikit pun di waktu-waktu bulan Ramadhan ini kecuali ia manfaatkan dengan membaca mushaf Al-Qur’an.
Dan tidak jarang, bahkan hampir semua umat Islam mengusung target khatam Qur’an pada bulan suci ini. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Bahkan ada sekelompok pemuda atau remaja yang mengadakan perlombaan siapa yang paling banyak khatam-nya, dan menjadi sebuah prestise tinggi jika bisa mengatakan “Alhamdulillah saya sudah khatam 2 kali Ramadhan ini”. Begitulah kira-kiranya.
Tapi semangat ini, semangat mengkhatam-kan al-Qur’an di bulan Ramadhan hendaknya tidak digeneralisir untuk semua orang. Bagi mereka yang memang sudah mahir dan mengerti hokum-hukum Tajwid (kaidah membaca al-Qur’an) dan bisa membacanya dengan benar, ya sah-sah saja buat mereka untuk mengkhatamkan al-Qur’an. Karena tidak akan menjadi masalah.
Tapi bagi mereka yang belum mahir membaca al-Qur’an atau bahkan tidak mengerti hokum-hukum tajwid (sebenarnya membaca al-Quran dengan tajwid itu –sesuai Ijma’ Ulama- hukumnya fardhu ‘Ain), maka program mengkhatamkan al-Quran ini sungguh tidak layak dikerjakan oleh mereka.
Al-Qur’an itu ada 30 Juz, berarti kalau kita ingin mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan ini, kita diharuskan untuk menghabiskan satu hari ini dengan membaca 1 juz AL-Qur’an (dengan asumsi bahwa 1 bulan Ramadhan itu 30 hari). Dan satu juz Al-Qur’an itu terdiri dari sepuluh lembar mushaf Madani (cetakan Arab Saudi) yang sama juga 20 halaman Mushaf. Berarti mau tidak mau, kita harus membaca 20 halaman mushaf setiap harinya.
Menurut pengalaman yang saya temui dari beberapa kawan yang memang sudah mahir membaca al-Qur’an dan tentu saja mereka sangat mengerti hukum tajwid, membaca 1 juz atau 20 halaman mushaf al-Qur’an itu membutuhkan waktu 60-90 menit (1 sampai 1,5 jam). Itu bagi mereka yang lancar membacanya.
Tentu bagi kawan-kawan yang belum lancer dan mungkin tidak mengerti hokum-hukum tajwid, tentunya akan membutuhkan waktu lebih lama lagi. Tapi yang terjadi di lapangan, karena memang keinginan besarnya dan sudah menjadi target Ramadhan dari jauh-jauh hari, ia paksakan untuk bisa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan suci ini, akhirnya ia membaca sesukanya, tanpa peduli dengan kaidah-kaidah hokum tajwid. Ia tergesa-gesa dan terus membaca al-Quran walaupun salah, yang penting bisa memenuhi target baca satu hari satu juz bahkan lebih.
Padahal Allah telah memerintahkan dalam ayat-Nya:
“Dan Bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan (tartil)” (Al-Muzzammil 4)
Belum lagi mereka yang punya kesibukan, pekerjaan yang memang memakan waktu dan tenaga. Apa mungkin mereka kuat duduk 1 jam lebih dengan bacaan yang sudah tidak bisa dimengerti lagi? Yang terjadi akhirnya mereka bukan membaca Qur’an, tapi justru malah menghinakan Qur’an itu sendiri karena telah dibaca seenaknya, sesukanya, padahal ada kaidah yang HARUS diikuti. Alih-alih ingin menghargai dan menghormati al-Qur’an dengan mengkhatamkannya, tapi mereka malah menghinakannya.
“Loh bukankah baca Qur’an itu tetap mendapat pahala walaupun tidak mengerti artinya?”. Ya benar sekali. Siapapun yang membaca al-Qur’an pasti mendapat pahala walaupun ia tidak mengerti artinya atau tidak paham kaidahnya, malah mendapat 2 pahala, begitu hadits Nabi menjelaskan.
Tapi itu bagi mereka yang ma uterus belajar mempelajari kaidah-kaidahnya, bukan untuk kejar target khatam Qur’an tanpa mau belajar di sebelum bulan atau sesudah bulan Ramadhan seperti kebanyakan yang orang kerjakan belakangan ini. Mereka sepertinya menyepelekan al-Qur’an dengan ke-ogah-an mereka untuk belajar.
Lalu Bagaimana?
Semangat beribadah di bulan Ramadhan ini harusnya juga di implementasikan dengan melakukan ibadah sesuai kaidah yang telah ditetapkan oleh syariah itu sendiri. Dan di bulan Ramadhan ini, baiknya kita konversi semangat mengkhatamkan Qur’an itu menjadi semangat “BELAJAR TAJWID”. Jadi bulan Ramadhan ini sebutan barunya ialah “Bulan Tajwid”.
Tidak ada lagi cara kita untuk bisa lancer membaca al-Qur’an dan mengerti hokum serta kaidah-kaidahnya kecuali dengan kita mempelajari Tajwid itu sendiri. Karena ulama sejagad raya ini telah bersepakat bahwa mambaca AL-Quran dengan tajwid itu hukumnya Fardhu ‘Ain. Artinya kewajiban itu sama seperti kewajiban shalat 5 waktu yang harus dikerjakan oleh personal masing-masing muslim. Tidak ada tawar-tawaran lagi.
Waktu-waktu yang awalnya telah kita jadwalkan untuk berkhatam (tapi dengan bacaan salah), kita rubah dengan belajar tajwid, entah itu dengan mendatangi kawan yang mengerti guna meminta beliau mengajarkan kita tajwid. Atau mendatangi seorang ustadz/kiyai, atau juga kita mengikuti halaqah-halaqah tajwid yang biasa banyak digelar di masjid-masjid sekitar rumah kita masing-masing.
Satu bulan ini kita “khatamkan” ilmu tajwid itu, sehingga nantinya ketika keluar bulan Ramadhan ini kita sudah mampu membaca Qur’an dengan benar tanpa salah Insya Allah. Akhirnya bulan Ramadhan yang akan dating kita sudah siap dengan segudang target, baik itu meng-khatamkan al-Qur’an ataupun yang lainnya.
Akhirnya juga kita bisa tinggalkan kebiasaan buruk kita yang telah lama kita kerjakan, yaitu “masuk Ramadhan baca Qur’an nya begitu, keluar Ramadhan juga tetep ngga berubah, tetep salah. Tiap taon kaya begitu, trus buat apa ada kesempatan belajar di Ramadhan?”

Meng-Khatam-Kan Qur’an Itu Gampang Dan Tidak Perlu Nunggu Ramadhan
Urusan mengkhatamkan Qur’an itu buat saya urusan yang paling gampang di antara ibadah-ibadah yang lain. Jadi jangan takut nggak bisa mengkhatamkan Qur’an, karena mengkhatamkan Qur’an itu gampang, sebentar dan bisa kapan saja, nggak perlu nunggu Ramadhan untuk bisa khatam.
Percayakah Anda bahwa dalam satu hari saja, saya atau kita semua itu bisa mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak 70 kali bahkan seratus kali. Lah wong nggak butuh waktu lama kok, Cuma sekitar 3 sampai 5 menit kita bisa mengkhatamkan al-Qur’an.
Nabi Muhammad saw bersabda:
“Barang siapa yang membaca ‘qul huwallahu ahad’ (surat al-ikhlas) sekali berarti ia telah membaca sepertiga al-Qur’an” (HR Tirmidzi)
Dengan begitu, kalau kita membaca surat Al-Ikhlas itu sebanyak 3 kali berarti kita telah mengkhatamkan al-Qur’an. Mudah bukan? Jadi tidak perlu nunggu-nunggu Ramadhan untuk kita bisa khatam Qur’an.
Ramadhan itu kesempatan emas untuk kita menambah intensitas ibadah kita kepada Allah termasuk dengan membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Bukan kejar-kejaran target siapa yang paling banyak khatamnya. Buat apa khatam berkali-kali tapi tidak mau belajar dan tidak mau sadar kalau bacaan kita tidak benar?
Jadi pertanyaan yang harus keluar dari mulut kita ketika bertemu saudara dan kawan ialah bukan “berapa kali sudah khatam?” tapi “sudah berapa hukum tajwid yang sudah dipelajari?”.
Wallahu A’lam.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21726/jangan-khatamkan-al-quran-di-bulan-ramadhan/#ixzz21IZjUXWo

Friday 2 March 2012

Keutamaan Penghafal Al-Qur’an


Menghafal Al-Qur’an memang bukan suatu hal mudah, ya, banyak yang merasa kecewa dengan diri sendiri karena merasa begitu sulit untuk menjadi seorang penghafal Al-Quran itu. Terlalu banyak kendala dan keluhan. Yang tersisa kemudian hanyalah keinginan terpendam untuk menjadi seorang hafizh.


akan tetapi jika setiap muslim tau keutamaan menjadi seorang hafizh / hafizhah, maka semuanya akan berlomba menghafal Al-Qur’an, benar, menghafal Al-Qur’an adalah sesuatu yang harus diperjuangkan oleh para pendamba surga.


Sobat, inilah janji Allah SWT untuk para penghafal Al-Qur’an, semoga bisa menjadi pembakar semangat untuk istiqamah menghafal Al-Qur’an. check this out ^^ …


1. MEREKA ADALAH KELUARGA ALLAH SWT.


Sabda Rasulullah s.a.w:
“Dari Anas ra. Ia berkata bahawa Rasulullah s.a.w bersabda, “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia.” Kemudian Anas berkata lagi, lalu Rasulullah s.a.w bertanya: “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah. Baginda menjawab: “Iaitu ahli Quran (orang yang membaca atau menghafal Al- Quran dan mengamalkan isinya).Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.


2. DI TEMPATKAN SYURGA YANG PALING TINGGI


Sabda rasulullah s.a.w:
“Dari Abdullah Bin Amr Bin Al Ash ra dari nabi s.a.w, baginda bersabda; Diakhirat nanti para ahli Al Quran di perintahkan, “Bacalah dan naiklah kesyurga. Dan bacalah Al Quran dengan tartil seperti engkau membacanya dengan tartil pada waktu di dunia. Tempat tinggal mu di syurga berdasarkan ayat paling akhir yang engkau baca.”


3. AHLI AL QURAN ADALAH ORANG YANG ARIF DI SYURGA


Sabda rasulullah s.a.w “Dari Anas ra. Bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda; “Para pembaca Al Quran itu adalah orang-orang yang arif di antara penghuni syurga,”


4. MENGHORMATI ORANG YANG MENGHAFAL AL QURAN BERERTI MENGAGUNGKAN ALLAH SWT.


Sabda rasulullah s..a.w “Dari Abu Musa Al Asya’ari ra.ia berkata bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Diantara perbuatan mengagungkan Allah adalah menghormati Orang Islam yang sudah tua, menghormati orang yang menghafal Al-Quran yang tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan Al-Quran tidak di amalkan, serta menghormati kepada penguasa yang adil.”


5. HATI PENGHAFAL AL-QURAN TIDAK DI SEKSA


Sabda rasulullah s.a.w.
” Dari Abdullah Bin Mas’ud ra. Dari nabi s.a.w. baginda bersabda: ” bacalah Al Quran kerana Allah tidak akan menyeksa hati orang yang hafal al-quran.


Sesungguhanya Al -Quran ini adalah hidangan Allah, siapa yang memasukkunya ia akan aman. Dan barangsiapa yang mencintai Al Quran maka hendaklah ia bergembira.”


6. MEREKA LEBIH BERHAK MENJADI IMAM DALAM SOLAT


Sabda rasulullah s.a.w. :
“Dari Ibnu Mas’ud ra. Dari Rasulullah s.a.w. beliau bersabda; “yang menjadi imam dalam solat suatu kaum hendaknya yang paling pandai membaca Al Quran.”


7. DISAYANGI RASULULLAH S.A.W


Sabda rasulullah s.a.w.:
“Dari Jabir Bin Abdullah ra. Bahawa nabi s.a.w menyatukan dua orang dari orang-orang yang gugur dalam perang uhud dalam satu liang lahad.


Kemudian nabi s.a.w. bertanya, “dari mereka berdua siapakah paling banyak hafal Al Quran?” apabila ada orang yang dapat menunjukkan kepada salah satunya, maka nabi s.a.w memasukkan mayat itu terlebih dahulu ke liang lahad.”


8. DAPAT MEMBERIKAN SYAFAAT KEPADA KELUARGA


Sabda rasulullah s.a.w.:
“Dari Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah ia berkata, “Barangsiapamembaca Al Quran dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya kedalam syurga dan memberikannya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya di mana mereka semuanya telah di tetapkan untuk masuk neraka.”


9. PENGHAFAL AL QURAN AKAN MEMAKAI MAHKOTA KEHORMATAN


Sabda rasulullah s.a.w.:
“Dari Abu Hurairah ra.dari nabi s.a.w. baginda bersabda: “orang yang hafal Al Quran nanti pada hari kiamatnanti akan datang dan Al Quran akan berkata; “Wahai Tuhan ,pakaikanlah dia dengan pakaian yang baik lagi baru.” Maka orang tersebut di berikan mahkota kehormatan. Al Quran berkata lagi:


“Wahai Tuhan tambahlah pakaiannya.” Maka orang itu di beri pakaian kehormatannya. Al Quran lalu berkata lagi, “Wahai Tuhan, redailah dia.” Maka kepadanya di katakan; “Bacalah dan naiklah.” Dan untuk setiap ayat, ia di beri tambahan satu kebajikan.”


10. HAFAL AL QURAN MERUPAKAN BEKAL YANG PALING BAIK.


Sabda rasulullah s.a.w.:
“Dari jabir bin nufair, katanya rasulullah s.a.w. bersabda; “Sesungguhnya kamu tidak akan kembali menghadap Allah dengan membawa sesuatu yang paling baik daripada sesuatu yang berasal dari-Nya yaitu Al Quran.


11. ORANG TUA MEMPEROLEHI PAHALA KHUSUS JIKA ANAKNYA PENGHAFAL AL QURAN.


Sabda rasulullah s.a.w.:
“Dari Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahawasanya ia mendengar Rasulullah s..a.w bersabda: “Pada hari kiamat nanti, Al Quran akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Quran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: “Apakah anda mengenalku?”.


Penghafal tadi menjawab; “saya tidak mengenal kamu.” Al Quran berkata; “saya adalah kawanmu, Al Quran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Al Quran tadi di beri kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat di bayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya: “kenapa kami di beri dengan pakaian begini?”. Kemudian di jawab, “kerana anakmu hafal Al Quran.”


Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di perintahkan, “bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya.” Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil)


12. AKAN MENEMPATI TINGKATAN TERTINGGI DI DALAM SYURGA.


Sabda rasulullah s.a.w.:
“Dari Sisyah ra ia berkata, bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda; jumlah tingkatan-tingkatan syurga sama dengan jumlah ayat-ayat Al Quran. Maka tingkatan syurga yang di masuki oleh penghafal Al Quran adalah tingkatan yang paling atas, dimana tidak ada tingkatan lagi sesudah itu.


Semoga dengan memahami hal ini, kita semua bisa lebih terpacu untuk bisa menghafal Al Qur’an setiap harinya, semampu kita.