Monday 18 February 2013

Tips Agar Dicintai Rasul: Witing Tresno, Jalaran Soko Kulino

Bismillah….
Ilustrasi (kawanimut)
Ilustrasi (kawanimut)
dakwatuna.com - “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56)
Ada yang sudah pernah mendengar pepatah Jawa di atas? Atau seperti pernah mendengar, tapi tidak tahu maksud dan artinya. Ya, beberapa mungkin mengalami hal yang sama dengan saya. Pepatah Jawa kuno ini santer terdengar di telinga saya, yang notabene orang Jawa, tapi tidak bisa saya paparkan apa maknanya. Terakhir, saya baru mendengar lagi istilah ini di sebuah diskusi keislaman waktu itu. Lalu, darinya saya terinspirasi menuliskan ini sebagai bahan artikel, dengan harapan bermanfaat bagi para pecinta sejati Rasulullah. Lho, apa hubungannya dengan cinta Rasul? Penasaran??? Lanjutkan membaca.
“Witing Tresno Jalaran Soko Kulino” adalah sebuah ungkapan dalam bahasa Jawa, yang kalau diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya menjadi “Cinta tumbuh karena terbiasa”. Memang kalau dipahami maksudnya, akan bisa dimengerti bahwa cinta itu akan bisa tumbuh karena terbiasa. Terbiasa bertemu, terbiasa bersama-sama, terbiasa berkomunikasi. Kalaupun mungkin pada awalnya cinta itu belum tumbuh, tetapi karena sering bertemu dan sering bersama-sama akhirnya cinta itupun mulai tumbuh. Rupanya ungkapan ini tidak melulu didominasi urusan cinta. Ungkapan ini bisa juga pas untuk hal-hal yang lain. Seperti yang akan kita bahas kali ini.
Siapa yang tidak ingin dicintai Rasulullah? Saya yakin, setiap manusia memiliki mimpi besar untuk duduk berdampingan dengan Rasulullah. Mendengar sirah-sirahnya yang gagah, perawakannya yang sempurna, akhlaknya yang mulia, juga life style nya yang penuh harmoni, siapa yang tak menginginkan perjumpaan dengannya? Jadi teringat sebuah lagu. Kalau mendengarkan ini…. ah, tak kuasa membendung rindu
Hatinya suci mulia
Pribadinya agung tak ternoda
Penghuni langit dan bumi cinta kepadanya
Karena ia kekasih Tuhannya
Musuh pun tak kuasa membencinya
Jasad mereka menentang
Namun hati mereka
Mengakui keagungan pribadinya
Karena akhlaknya begitu indah
Seindah keindahan yang terindah
            Ya, cinta tumbuh karena sering berjumpa, bersama. Namun, kita tidak mungkin bisa bersama Rasulullah saat ini. Kita tidak bisa memandang wajah tampannya yang tiada tandingan. Juga tidak bisa melihat kesehariannya yang penuh amalan kebaikan. Tidak bisa menyaksikan kegagahannya saat perang. Tapi, begitulah sosok Rasulullah. Walaupun tak pernah bersua, rindu itu membara saat membaca mozaik-mozaik sirahnya. Cinta itu membuncah saat terbesit namanya, “Allahumma Shalli Wa Sallim Wa Barik ‘Alaih”.
Shalawat. Ya, shalawat adalah salah satu media komunikasi dengan Rasulullah. Dengannya, ia mengenali umatnya yang rajin menyapanya. Dalam bahasa yang sederhana, begitulah cara kita memikat hati dan mencuri pandang perhatian Rasulullah. Dengannya pula, kado ‘doa keselamatan’ akan terus membanjiri pundi-pundi syafaatnya. Hingga tiba saatnya pundi-pundi itu penuh, sesak, dan terpilihlah mereka yang bersungguh-sungguh bershalawat kepadanya, lalu tersingkirlah mereka yang tidak lebih baik dari umat-umat pilihannya itu. Syafaat yang khusus diberikan kepada Rasulullah SAW adalah syafaat yang terbesar yang terjadi pada hari kiamat.
Tatkala manusia dirundung kesedihan dan bencana yang tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orang-orang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi saw, lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari azab yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya. Ini termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya:
حْمُودًا مَقَامًا رَبُّكَ يَبْعَثَكَ أَن عَسَى لَّكَ نَافِلَةً بِهِ فَتَهَجَّدْ اللَّيْلِ وَمِنَ
“Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Al-Israa’:79)
Shalawat sudah seharusnya menjadi rutinitas yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Saat kita sedang di angkot (angkutan kota), menunggu bus di halte, jalan-jalan, memasak, mencuci, dll hadirkanlah shalawat untuknya. Jadikan ia sebagai hadiah istimewa untuk mengungkapkan betapa dalam rindu dan cinta yang kau persembahkan untuknya. Pasalnya, shalawat adalah amalan ringan tapi pahalanya besar. Sangat disayangkan kalau kita tak segera memburunya. Agar kita semakin termotivasi untuk bershalawat, berikut ini paparan fadhilah shalawat kepada Rasulullah:
1. Barangsiapa bershalawat kepada Nabi Muhammad satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali shalawat.
Hal ini berdasarkan hadits shahih berikut ini:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali, maka Allah mengucapkan shalawat kepadanya 10 kali.” (HR. Muslim no. 408)
َلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطَيَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah bershalawat kepadanya 10 kali shalawat, dihapuskan darinya 10 kesalahan, dan ditinggikan baginya 10 derajat.” (HR. an-Nasa’i, III/50 dan dinyatakan Shahih oleh Syaikh al-Albani)
2. Barangsiapa bershalawat kepada Nabi sepuluh kali di pagi hari dan sepuluh kali di sore hari, maka ia berhak mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam pada hari kiamat.
Hal ini berdasarkan hadits shahih berikut ini:
Dari Abu Ad-Darda Radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِينَ يُصْبِحُ عَشْرًا وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku di pagi hari 10 kali dan di sore hari 10 kali, maka dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.” (HR. ath-Thabrani dan dinyatakan Basan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’).
3. Bershalawat kepada Nabi Muhammad merupakan salah satu sebab terkabulnya doa.
Hal ini berdasarkan hadits shahih berikut ini:
Dari Anas bin Malik Radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوبٌ حَتَّى يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ
“Setiap doa tertutup (terhalang dari pengabulannya, pent) hingga ia bershalawat kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam.” (HR. ad-Dailami dan dinyatakan Hasan oleh Syaikh al-Albani).
Dan juga Berdasarkan hadits Fadholah bin ‘Ubaid Radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya lalu tidak bershalawat kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam. Maka beliau bersabda, “Orang ini tergesa-gesa.” Kemudian beliau memanggil dan berkata kepadanya:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللهِ وَالثَّناءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيَصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ثُمَّ لْيَدْعُ بِمَا شَاءَ
“Apabila salah seorang dari kalian berdoa, maka hendaklah dia memulainya dengan memuji Allah dan mengagungkan-Nya, kemudian bershalawatlah kepada Nabi, lalu berdoa lah dengan apa yang dia kehendaki.” (HR. at-Tirmidzi, Abu Dawud, an-Nasa’i, dan dinyatakan Shahih oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i dalam al-Jami’ ash-Shahih, II/124).
Banyak lagi keuntungan yang bisa kita dapatkan dari shalawat. Tapi shalawat saja tidak cukup untuk menjadi sosok yang dicinta Rasulullah. Shalawat hanya salah satu amalan sunnah yang direkomendasikan Rasulullah. Selebihnya, gencarlah meneladani sunnah-sunnah beliau. Mulai dari cara beliau tidur, makan, hingga taktik jitunya dalam memenangkan perang. Demikianlah tips ala “Witing Tresno Jalaran Soko Kulino” yang bisa saya bagikan. Semoga semakin semangat berebut cinta dan syafaatnya.

Kisah Jeritan Muslimah

Inilah sebuah kisah ketika suatu teriakan seorang muslimah mampu membangkitkan ghirah sepasukan tentara muslim untuk mengembalikannya pada posisi dan kehormatan semula.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam tentang peristiwa ini, bahwa seorang wanita Arab pergi ke bani Qainuqa’ dengan membawa sebuah barang yang hendak di jual di pasar itu. Kemudian ia duduk di sana, di sebelah tukang sepuh. Mereka mengingingkan darinya agar dia mau membuka wajahnya dan ia menolak. Seketika si tukang sepuh langsung mengikatkan ujung pakaian wanita muslimah tadi dengan punggungnya. Sehingga ketika si wanita muslimah berdiri, terbukalah auratnya. Mereka pun tertawa girang dan menjeritlah wanita itu. Mengetahui hal ini dengan cepat seorang muslim mendekat dan membunuh tukang sepuh itu (rupanya dia seorang Yahudi). Adegan berikutnya, teman-teman si Yahudi balas mengeroyok dan membunuh si pemuda muslim. Maka bangkitlah emosi kaum muslimin dan terjadilah ketegangan yang menyulut peperangan dengan bani Qainuqa’ (Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam 2/47).
Rasulullah menyiapkan pasukan untuk memberi pelajar kepada mereka dan berakhir dengan pengusiran bani Qainuqa dari Madinah.
Sebuah teriakan yang dikumandangkan oleh seorang wanita dapat membuka sekian telinga, sekian jantung yang masih berdetak, yang di dalamnya mengalir darah menyatu dengan ghirah dan wibawanya. Jeritan yang membangkitkan para rijal (lelaki) sejati. Tertanamlah dalam jiwa kaum muslimin pembelaan terhadap kehormatan.
Sejak detik itu, wanita terpelihara kehormatannya, didengarkan jeritannya. Setiap mereka merasa bahwa wanita adalah kehormatan, walaupun tiada hubungan dengannya kecuali jalinan aqidah Islam.
Mu’tashim (salah seorang khalifah Daulah Abasiyah), ketika mendengar seorang wanita dianiaya dan dihina kehormatannya menjerit “Wa Mu’tashima” (tolonglah, hai Mu’tashim), tersentaklah hatinya oleh rintihan itu, bergolak darah di jantungnya. Ia mulai menyiapkan perlengkapan dan mengirim pasukan dari istana kekhalifahan menuju tempat teriakan bergema itu untuk memberi pelajaran kepada musuh dan mengembalikan eksistensi dan kehormatan wanita itu. Mu’tashim dan pasukannya baru kembali setelah berhasil menuntaskan semuanya.
Namun sekarang, berapa banyak jeritan yang menggema dan membentur dinding-dinding bisu pemerintahan atau menghilang begitu saja. Jeritan muslimah kita di berbagai belahan dunia ini menggema tanpa ada yang peduli. Sungguh telah mati terkubur kejayaan generasi pertama, telah tiada generasi Mu’tashim dan hilang pula semangat dan wibawa Mu’tashim.
Jeritan wanita muslimah tidak lagi bergema, tidak ada ghirah (semangat) yang tersentak, darah yang begolak. Seandainya jeritan-jeritan itu membentur dinding gunung, pastilah ia tergetar. Namun ternyata ia hanya memanggil para lelaki yang hati mereka telah membatu, bahkan lebih keras. Tersembunyi kejantanan mereka, tiada mereka tunjukkan nyali mereka kecuali kepada saudara sendiri. Innalillahi wa inna ilaihi rajiu’un. 

Oleh: Abdul Hamid Jasim Al Bilali dalam Waqafat Tarbawiyyah Fii Assiratin Nabawiyah

Sunday 20 January 2013

Kesabaran Yang Luar Biasa


Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Ibnu Hibban meriwayatkan di dalam kitab “Ats-Tsiqat” kisah ini. Dia adalah imam besar, Abu Qilabah Al-Jurmy Abdullah bin Yazid dan termasuk dari perawi-perawi yang meriwayatkan dari Anas bin malik. Dan yang meriwayatkan kisah ini adalah Abdullah bin Muhammad. Berikut kisahnya :

Saya keluar untuk menjaga perbatasan di Uraisy Mesir. Ketika aku berjalan, aku melewati sebuah perkemahan dan aku mendengar seseorang berdoa,

“Ya Allah, anugerahkan aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridloi. Dan masukkanlah aku dalam rahmatMu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang shalih.” (QS. An-Naml: 19).

Aku melihat orang yang berdoa tersebut, ternyata ia sedang tertimpa musibah. Dia telah kehilangan kedua tangan dan kedua kakinya, matanya buta dan kurang pendengarannya. Beliau kehilangan anaknya, yang biasa membantunya berwudhu dan memberi makan…

Lalu aku mendatanginya dan berkata kepadanya, “Wahai hamba Allah, sungguh aku telah mendengar doamu tadi, ada apa gerangan?”

Kemudian orang tersebut berkata, “Wahai hamba Allah. Demi Allah, seandainya Allah mengirim gunung-gunung dan membinasakanku dan laut-laut menenggelamkanku, tidak ada yang melebihi nikmat Tuhanku daripada lisan yang berdzikir ini.” Kemudian dia berkata, “Sungguh, sudah tiga hari ini aku kehilangan anakku. Apakah engkau bersedia mencarinya untukku? (Anaknya inilah yang biasa membantunya berwudhu dan memberi makan)

Maka aku berkata kepadanya, “Demi Allah, tidaklah ada yang lebih utama bagi seseorang yang berusaha memenuhi kebutuhan orang lain, kecuali memenuhi kebutuhanmu.” Kemudian, aku meninggalkannya untuk mencari anaknya. Tidak jauh setelah berjalan, aku melihat tulang-tulang berserakan di antara bukit pasir. Dan ternyata anaknya telah dimangsa binatang buas. Lalu aku berhenti dan berkata dalam hati, “Bagaimana caraku kembali kepada temanku, dan apa yang akan aku katakan padanya dengan kejadian ini? Aku mulai berpikir. Maka, aku teringat kisah Nabi Ayyub ‘alaihis salam.

Setelah aku kembali, aku memberi salam kepadanya.

Dia berkata, “Bukankah engkau temanku?”

Aku katakan, “Benar.”

Dia bertanya lagi, “Apa yang selama ini dikerjakan anakku?”

Aku berkata, “Apakah engkau ingat kisah Nabi Ayyub?”

Dia menjawab, “Ya.”

Aku berkata, “Apa yang Allah perbuat dengannya?”

Dia berkata, “Allah menguji dirinya dan hartanya.”

Aku katakan, ”Bagaimana dia menyikapinya?”

Dia berkata, “Ayyub bersabar.”

Aku katakan, “Apakah Allah mengujinya cukup dengan itu?”

Dia menjawab, “Bahkan kerabat yang dekat dan yang jauh menolak dan meninggalkannya.”

Lalu aku berkata, “Bagaimana dia menyikapinya?”

Dia berkata, “Dia tetap sabar. Wahai hamba Allah, sebenarnya apa yang engkau inginkan?”

Lalu aku berkata, “Anakmu telah meninggal, aku mendapatkannya telah dimangsa binatang buas di antara bukit pasir.”

Dia berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan dariku keturunan yang dapat menjerumuskan ke neraka.”

Lalu dia menarik nafas sekali dan ruhnya keluar.

Aku duduk dalam keadaan bingung apa yang kulakukan, jika aku tinggalkan, dia akan dimangsa binatang buas. Jika aku tetap berada disampingnya, aku tidak dapat berbuat apa-apa. Ketika dalam keadaan tersebut, tiba-tiba ada segerombolan perampok mendatangiku.

Para perampok itu berkata, “Apa yang terjadi?” Maka aku ceritakan apa yang telah terjadi. Mereka berkata, “Bukakan wajahnya kepada kami!” Maka aku membuka wajahnya, lalu mereka memiringkannya dan mendekatinya seraya berkata, “Demi Allah, Ayahku sebagai tebusannya, aku menahan mataku dari yang diharamkan Allah dan demi Allah, ayahku sebagai tebusannya, tubuh orang ini menunjukkan bahwa dia adalah orang yang sabar dalam menghadapi musibah.”

Lalu kami memandikannya, mengafaninya dan menguburnya. Kemudian, aku kembali ke perbatasan. Lalu, aku tidur dan aku melihatnya dalam mimpi, beliau kondisinya sehat. Aku berkata kepadanya, “Bukankah engkau sahabatku?” Dia berkata,” Benar.” Aku berkata, “Apa yang Allah lakukan terhadapmu?” Dia berkata, “Allah telah memasukkanku ke dalam surga dan berkata kepadaku, ‘Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu.’” (QS. Ar-Ra’d: 24). “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

Dari ceramah Syaikh Abu Ishaq Al-Huwainy yang berjudul Jannatu Ridha fit Taslim Lima Qadarallah wa Qadha
Sumber Artikel.KisahMuslim

Sunday 25 November 2012

Kenapa Do’a Ibu Mustajabah ?

Mungkin sudah pernah mendengar cerita tentang Malin Kundang, walaupun hanya cerita namun bisa dijadikan pelajaran dalam menjalani kehidupan. Seorang anak yang durhaka karena doa ibunya menjadi batu itulah simalin kundang. Sebuah pertanyaan kenapa doa seorang ibu begitu mustajabah dan terkabulkan, dalam coretan kali ini saya coba ungkapkan kenapa doa seorang ibu amat mustajabah
Berikut ini adalah sebab-sebabnya :
1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah S.A.W akan hal tersebut,jawab baginda: Ibu lebih penyayang daripada bapa dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia.
2. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1,000 orang lelaki yang soleh.
3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis karena takutkan Allah S.W.T dan orang yang takutkan Allah S.W.T akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
4. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S
5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah S.A.W) di dalam syurga.
6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
7. Daripada Aisyah r.a. Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
8. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
9. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
11. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).
12. Aisyah r.a berkata Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W,siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, Suaminya. Siapa pula berhak terhadap lelaki? Jawab Rasulullah S.A.W Ibunya.
13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa sebulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dia kehendaki.
14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T
17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
18. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T.

Wednesday 24 October 2012

Menelusuri Jejak Kehidupan Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim adalah satu diantara Nabi yang harus diteladani. Ketundukannya kepada sistem nilai-nilai dan aturan ilahiah selalu menjadi contoh untuk kehidupan sepanjang masa. Ketika Allah memerintahkannya agar tunduk dan patuh, Nabi Ibrahim tidak menunda-nundanya walau sesaat, tidak pernah terbetik keraguan dihatinya sedikit pun, apa lagi menyimpang. Ia menerima perintah Allah dengan tulus dan ikhlas.

Keimanan dan Keislaman serta ketundukan Nabi Ibrahim tidak hanya untuk dirinya sendiri, bahkan tidak hanya untuk generasi pada zamannya, melainkan untuk seluruh generasi ummat manusia. Nabi Ibrahim telah mewariskan Islam untuk anak cucunya, untuk generasi berikutnya sampai akhir masa.
Allah berfirman:

وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلاَّ مَن سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ ﴿١٣٠﴾ إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٣١﴾ وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٣٢﴾

Artinya: “Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (Q.S. Al-Baqarah: 130-132).

Nabi Ibrahim mewasiatkan agar anak cucunya menerima dan menegakkan Islam secara utuh dan konsisten dalam merealisasikannya. Ketulusan dalam menerima dan menegakkan Islam serta konsisten dalam mengamalkannya merupakan jaminan untuk memperoleh kebaikan hidup. Sebaliknya, ketidakpatuhan dan mengambil ajaran selain ajaran Islam dapat mengakibatkan kehidupan manusia menjadi centang perenang, bahkan akan mengakibatkan manusia terjebak ke dalam krisis multi dimensi yang berkepanjangan.

Empat belas abad yang lalu Rasulullah telah memberikan isyarat tentang situasi yang akan menimpa sebuah bangsa yang tidak konsisten menjalankan aturan agama, bahwa mereka akan dilanda berbagai krisis, baik krisis sosial, politik, ekonomi, moral, dan budaya yang berkepanjangan.

Kelihatannya isyarat Rasul tersebut pada saat ini telah bermunculan di tengah-tengah bangsa yang sedang dirundung krisis multi dimensi.

Kita dapat menyaksikan adanya manusia-manusia yang secara lahir berpenampilan rapi, bersih dan menarik, dengan gaya dan isi pembicaraan yang memukau, seolah ingin menggambarkan tingginya kemampuan intelektual mereka dan keberpihakan mereka kepada kebenaran dan keadilan. Padahal, kondisi sebenarnya mereka membenci dan memusuhi tegaknya kebenaran dan keadilan dalam kehidupan. Orang-orang seperti itulah yang kemudian populer disebut politisi busuk dan birokrat nakal.

Penampilan mereka yang meyakinkan bisa menutupi pandangan orang-orang tentang kondisi bathin mereka yang sesungguhnya, hidup mereka penuh dengan kepura-puraan, dan kelihatannya hal demikian telah menjadi realitas sosial yang membudaya. Akibatnya, terjadi pergeseran norma-norma sosial dan budaya, yang pada akhirnya menumbuhkan berbagai perilaku menyimpang yang berpengaruh besar terhadap keamanan dan kenyamanan dalam hidup bermasyarakat.

Gaya hidup seperti itulah yang mengobarkan kemunafikan dan kepura-puraan di berbagai sektor kehidupan. Di sana ada politisi busuk, birokrat nakal, pemimpin yang tidak berkualitas, yang kerjanya hanya mengeruk kekayaan buat dirinya sendiri, pedagang yang tidak mengindahkan norma-norma yang ada, dan merebaknya dekadensi moral yang dilakukan masyarakat secara terang-terangan. Dalam waktu yang bersamaan masyarakat tidak berdaya untuk memberantas berbagai jenis perilaku yang menyimpang itu, akibatnya persepsi dan pandangan orang menjadi berubah, yang salah dipandang benar dan yang benar dipandang salah.

Tiga puluh tahunan yang lalu kita dapat merasakan adanya suatu pandangan yang sama di tengah masyarakat bahwa berhubungan seksual di luar nikah merupakan aib besar buat keluarga dan merupakan dosa besar yang harus benar-benar dijauhi.
Pandangan ini diterima secara umum sebagai suatu norma yang berlaku di masyarakat, sehingga bila ada orang yang melanggarnya akan mendapat perlakuan yang sama dari seluruh lapisan masyarakat di mana saja. Ia akan menerima sangsi sosial berupa tereleminasinya dari pergaulan sosial, dan akan merasakan sebagai pihak yang terhukum, yang akhirnya menimbulkan efek jera.

Tapi tidak demikian dengan kondisi masyarakat dewasa ini. Berzina dianggap sebagai salah satu ciri gaya hidup modern, demikian juga perbuatan menyimpang lainnya dipandang hal yang biasa dan tidak ada rasa bersalah bila melakukannya. Kemudian pandangan seperti ini menjadi populer di tengah masyarakat, sehingga norma-norma sosial menjadi berubah.

Berbagai perilaku menyimpang terjadi di mana-mana. Mulai dari kejahatan politik sampai kejahatan moral. Akibatnya masyarakat terutama yang awam merasa kesulitan untuk memilih dan membedakan mana perbuatan baik yang dapat membawa keamanan dan kebahagiaan hidup, dan mana perbuatan buruk yang dapat membawa kesengsaraan pada kehidupan. Kebejatan moral seperti itu masih diperparah oleh perilaku para pemimpin bangsa yang buruk. Mereka masih banyak yang melakukan korupsi dan manipulasi, melakukan penipuan dan penyalahgunaan wewenang dan jabatan. Akibatnya dunia ekonomi kita mengalami keterpurukan luar biasa yang menyebabkan kita dikangkangi sistem kapitalisme global yang terus memiskinkan bangsa-bangsa di dunia.

Kelihatannya sampai saat ini belum terlihat tanda-tanda yang jelas bangsa ini dapat keluar dari krisis yang telah mengepung. Lebih celaka lagi apabila masih banyak masyarakat dan pemimpin di negeri ini yang enggan untuk kembali kepada pengamalan agama yang sesungguhnya dan melestarikan akar budaya yang baik. Yaitu ajaran Islam yang dilukiskan Nabi Ibrahim sebagai satu-satunya jalan menuju pencapaian cita-cita untuk memperoleh kesejahteraan dan kedamaian. Sebab harus diyakini, Islam adalah satu-satunya jalan untuk menuju masyarakat yang adil, sejahtera, aman dan damai.

Dalam kondisi kekinian, dimana kita ummat Islam yang akan merayakan Hari Raya Idul Adha pada tanggal 26 Oktober 2012, sewajarnyalah kalau kita menelusuri kembali jejak-jejak kehidupan yang telah diwariskan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk kita jadikan sebagai icon dalam menata kehidupan menuju pribadi-pribadi yang senantiasa tunduk kepada kehendak dan ketentuan Allah SWT. Bila hal itu dapat dilakukan insya Allah Negara ini akan memiliki pemimpin-pemimpin dan masyarakat yang hatinya selalu tunduk kepada Allah.