Wednesday 9 June 2010

Mau-kah Jadi Pendamping Rasulullah di Sorga?

Bismillahirohmannirohiim...

Asalamualaikum Wr Wb,
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Syaikhani, Imam malik, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa'I dari Sahl bin sa'd As-Sa'idi, dari Rasulullah SAW bersabda:

"أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى"

"Aku dan pengasuh anak yatim di surga begini, kemudian beliyau mengisyaratkan dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah". HR. Bukhori Muslim.

Yatim bagi manusia adalah orang yang bapaknya telah meninggal dunia sebelum dia sampai baligh,. Diantara hak anak yatim yang ada pada kita adalah mengasuhnya, menyayanginya, mencintainya, sebagaimana wajib bagi kita semua untuk membantu orang-orang jompo dan orang-orang miskin, mengasihani orang-orang yatim, mencintai sesama saudara seislam untuk meraih ridha Allah SWT, dan menggapai keberada'an kita bersama Rasulullah SAW di syurga nanti. Karena dia hanyalah seorang anak yang tidak berdaya, tidak mempunyai ayah yang menafkahinya tidak juga ibu yang mengasuh, merawat dan menyayanginya. Dia dihidupi dengan hartanya sendiri jika orangtuanya meninggalkan harta, dan jika sedang sakit dia sendirilah yang merasakan kepedihan itu.

Suatu hal yang wajib dilakukan oleh orang muslim lainnya adalah mengasuhnya menghindari berbuat jahat kepadanya, dan membuahkan hartanya serta merawatnya, hingga dia sampai aqil baligh dan telah mampu melaksanakan kewajibannya sendiri. Akan tetapi masih saja ada beberapa orang yang telah kehilangan indera perasanya, dan bertambah kejahatannya, sehingga merekapun merebut kesempatan dalam kelemahan anak yatim, kemudian mereka menggunakan hartanya dengan seenaknya dan menganggapnya sebagai harta warisan dari nenek moyangnya sendiri. Mereka tidak pernah mengasihani kelemahan mereka, apa lagi menghargai keberada'annya. Bahkan mereka memakan harta anak yatim dengan tanpa hak. Mereka mengganti kewajiban mengasihi dan menyayangi mereka dengan merusak keada'an dan harta mereka, Allah SWT telah berfirman dalam hal ini:
إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا (10) [النساء : 10

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”.

Seorang mukmin tidak dianggap mukmin kecuali telah mencintai saudaranya sendiri sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri, Allah SWT telah berfirman:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (9) [النساء : 9]

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”.

Orang yang mengasuh anak yatim, memuliakan pendidikannya, dengan berbuat baik kepadanya, menyayanginya, maka telah mempunyai sifat belas kasih, dan telah melaksanakan kewajibannya sebagai anggota masyarakat, dan juga telah berbuat baik kepada saudaranya sendiri sesama muslim yang telah meninggalkan keturunannya yang lemah menuju alam akherat. Orang tersebut juga telah tahu apa hak-hak orang-orang yatim tersebut, dia juga tidak menginginkan balasan atau butuh kepada harta-harta mereka, maka dari itu dia berhak untuk menjadi pendamping Rasulullah SAW di syurga.

Maka dari itu, telah diriwayatkan berbagai hadist dari rasulullah SAW tentang masalah ini, Al-Bazar meriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliyau bersabda:
"من كفل يتيما له أو لغيره وجبت له الجنة إلا أن يكون عمل عملا لا يغفر “.

“Barangsiapa mengasuh anak yatim baik miliknya atau milik orang lain, maka wajib baginya masuk surge kecuali jika dia melakukan perbuatan yang tidak diampuni oleh Allah SWT”.

Nabi kita Muhammad SAW juga telah diasuh dalam keada’an yatim diwaktu kecilnya, Ayahnya yang bernama Abdullah bin Abdul Muththalib meninggal dunia ketika beliau masih dalam kandungan ibunya berumur dua bulan, ibunya kemudian meninggal dunia ketika beliyau berumur enam tahun, kemudian kakeknya yang bernama Abdul Mutthalib yang telah diperintahkan oleh Allah untuk merawat dan mengasuhnya agar supaya beliau tidak terlalu meratapi keadaannya, kemudian Allah SWT berwasiat kepada Rasulullah SAW untuk menyayangi dan mengasuh anak yatim, dan mewasiatkan hal ini kepada seluruh umat-Nya. Allah SWT telah berfirman:

أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَى (٦)وَوَجَدَكَ ضَالا فَهَدَى (٧)وَوَجَدَكَ عَائِلا فَأَغْنَى (٨)فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلا تَقْهَرْ (٩)وَأَمَّا السَّائِلَ فَلا تَنْهَرْ (١٠)وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (١١)

“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?. dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang. dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya. dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.”

Rasulullah SAW telah menjawab pertanyaan yang ada dalam ayat tersebut dengan bersabda: “Benar wahai tuhanku”, kemudian Allah SWT berfirman: “Apakah keta’atanmu pada waktu itu lebih mulia, ataukah keada’anmu sekarang lebih mulia?” kemudian RAsulullah SAW menjawab: “Akan tetapi sekarang lebih mulia wahai tuhan”, kemudian Allah SWT berfirman: “Ketika kamu masih kecil dan lemah, Aku tidak membiarkanmu dalam keadaan seperti itu, akan tetapi Aku telah menjaga dan membiarkanmu tetap berkembang, hingga kamu menjadi pemimpin ‘Arsy, Kemudian Kami (Allah) katakan padamu: “Kalau Bukan karenamu Kami tidak menciptakan dunia, apakah engkau menyangka setelah keada’an itu Kami menghukum dan membiarkanmu?”.

Kemudian setelah kakeknya merasa bahwa dia telah mendekati ajalnya dia berwasiat kepada Abu Thalib untuk mengasuhnya, dan menaruh kepercaya’annya kepada Abu Thalib, karena Rasulullah SAW adalah anak dari saudaranya sendiri Abdullah bin Abdul Mutthalib.

Dalam Ayat terahir dari surat Ad-Dhuha ini Allah memerintahkan untuk menyiarkan nikmat yang telah Allah berikan kepada Rasulullah SAW. Akan tetapi nikmat apa yang harus disiarkan ini?, Ulama tafsir berbeda pendapat tentang nikmat ini. Pendapat pertama adalah bahwa nikmat tersebut adalah yang berupa Al-Qur’an, karena inilah nikmat termuliya yang diberika kepada Rasulullah SAW, pendapat lain mengatakan bahwa nikmat tersebut adalah nikmat yang telah Allah berikan kepada Rasulullah SAW yang berbentuk tindakan Rasulullah SAW dalam menjaga dan memelihara hak anak yatim. Yang bias diartikan: “Taufik ini adalah sebuah nikmat dari Allah SWT, maka siarkanlah kepada umatmu, agar mereka mengikutimu”.

Telah diriwayatkan juga dari Al-Husein RA dia mengatakan: “Jika kamu berbuat baik maka siarkanlah kepada saudaramu, agar mereka mencontohnya”. Sedangkan orang yang paling berbahagia adalah orang yang menyerahkan seluruh waktunya untuk anak yatim, fakir miskin, orang yang memerlukan, agar mendapatkan kedudukan tinggi dimata Allah SWT, dan syurga yang abadi.

Semoga kita senantiasa diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk selalu membimbing, mencintai, menjaga, dan menyayangi anak yatim agar kelak di syurga kita didampungi oleh kekasih kita tercinta Rasulullah SAW.Amiiin

Ada tambahan ; “KISAH NABI DAUD & PENYANTUN ANAK YATIM”.
Anak Yatim adalah ketentuan dari Allah SWT

Apabila ada anak yatim menangis, berguncanglah Arasy Allah. Bayangkanlah.

Suatu waktu Allah bertanya kepada Malaikat, "Apa yang membuat anak yatim ini menangis yang ayahnya telah aku tanam dibawah tanah?"

Malaikat menjawab, "Engkau lebih tahu, ya Allah."

"Wahai Malaikat, siapa yang bisa menyenangkan hati anak yatim, akan Aku buat mereka senang di Akhirat."

Perhatian anak yatim seharusnya berawal dari keluarga dekat. Kalau keluarga dekat tidak mampu, tentu ini tanggung jawab pemerintah. Tapi melihat pahalanya yang begitu besar dan kemuliaan yang didapat karena menyayangi dan memperhatikan anak yatim, ini seharusnya menjadi perburuan setiap muslim. Jaminannya adalah surga dan kedekatan dengan Rasulullah SAW di surga.

Kisah Nabi Daud as

Suatu ketika Nabi Daud sedang bercengkerama dengan seorang sahabatnya, seorang anak muda yang kaya dan sukses. Anak muda ini belum menikah.

Sedang asyiknya mereka bercerita dan tertawa, tiba-tiba datang malaikat pencabut nyawa, Malaikat Izrail. Anak muda ini tentu tidak bisa melihat Malaikat Izrail, tapi Nabi Daud tahu.

Nabi Daud bertanya, "Engkau datang mau silaturahim, atau mau mencabut nyawa seseorang?"

Malaikat Izrail bukannya menjawab, malah balik bertanya, "Siapa orang yang di sampingmu itu?"

Nabi Daud menjawab, "Ini temanku yang baik dan suka menolong, dia berniat berumah tangga minggu-minggu ini."

Izrail lalu berkata lagi, "Usia anak muda ini tinggal 6 hari lagi".

Mendengar pernyataan Malaikat, berubah pucatlah muka Nabi Daud, teman akrabnya akan meninggal padahal dia berencana mau menikah.
Namun Nabi Daud tidak memberitahu temannya itu.

Waktu berjalan terus. Hari berlalu sampai hari keenam, tetapi ternyata tidak ada kematian dirumah sahabatnya itu. Sampai dua minggu, satu bulan, dua bulan, enam bulan, tidak ada kematian. Dalam hati Nabi Daud timbul pertanyaan, apa kemungkinan Malaikat Izrail salah?

Setelah enam bulan, Izrail datang kembali ke istana Nabi Daud.
Nabi Daud bertanya tanpa basa-basi terlebih dahulu, "Engkau katakan usia temanku tinggal enam hari, tapi sampai hari ini ia masih hidup. Kenapa?"

Lalu berceritalah Malaikat Izrail, "Suatu hari temanmu ini datang dini hari ke suatu tempat yang tidak satu pun orang tahu, dia pergi ke tempat perawatan anak yatim, itu terjadi sebelum batas enam hari usianya akan berakhir.

Sang ibu yang merawat beberapa anak Yatim heran, ada apa seseorang muda datang dini hari, tanpa ditemani oleh siapa-siapa.

Pemuda itu berkata, "Aku tahu, engkau merawat anak yatim, aku datang untuk memberi sedikit bantuan."

Anak-anak yatim yang terbangun mendengar ada orang datang lalu bergembira dan melompat-lompat serta bersyukur karena tamu itu memberikan bantuan kepada mereka. Terbayang oleh mereka tidak akan kelaparan, Mereka sangat berterima kasih kepada pemuda itu.

Ketika si anak muda hendak pamit pulang, si Ibu berkata, "Aku hanya bisa berdoa: Ya Allah, panjangkanlah usia anak muda ini, jadikanlah ia teman duduk di surga."
Lalu semuanya berucap, "Amin.'
Ketika sampai harinya, saat aku akan mencabut nyawanya, turun perintah langsung dari Allah SWT, "Jangan cabut nyawa anak muda ini sebelum ada perintah dariku. Engkau pernah mengatakan usia anak muda ini tinggal enam hari. Sekarang aku ganti enam hari setiap harinya sepuluh tahun, setelah itu kau boleh cabut nyawanya," demikian perintah Allah SWT.

Lalu Malaikat Izrail memandang Nabi Daud dan berkata lagi, "Itu yang membuat aku tidak datang pada saat enam hari yang aku janjikan itu."

Cerita ini dikisahkan dalam kitab Arraudhul Faiq Fil Mawadi Wal Raqaib.
Kelebihan dari pahala merawat anak yatim :

Perhatikan dialog ini :

Petang itu, kang Jamil mengantar pak Yanto berkunjung ke kediaman kyai Achid.
“Kyai, saya telah menunaikan ibadah haji tiga tahun yang lalu, dan tahun ini saya ingin berhaji lagi. Bagaimana menurut Kyai?” Tanya pak Yanto setelah berbasa-basi secukupnya.
“Dalam banyak Hadis disebutkan betapa besar pahala ibadah haji yang mabrur.” Jawab Kyai, “Misalnya Hadis muttafaq ‘alaih yang menyatakan bahwa pahala haji yang mabrur adalah surga. Dan Hadis riwayat al-Bukhari yang menyatakan bahwa orang yang hajinya mabrur, semua dosanya akan dihapuskan, mirip seperti bayi yang baru terlahir di dunia”.
Pak Yanto dan kang Jamil mendengarkan jawaban kyai dengan seksama.
"Tapi ia masuk surga sendirian", Demikian ujar kyai Achid.
"Beda dengan orang yang mau merawat anak yatim, atau membiayai pendidikannya. Orang ini dijamin oleh Kandjeng Nabi Muhammad masuk surga bersama beliau". Tambah beliau, "Demikian keterangan dari Ummul Mukminin Aisyah, seperti yang termaktub dalam Hadis riwayat al-Imam al-Bukhari".
"Kyai, surga Kandjeng Nabi seperti apa bagusnya?" Tanya pak Yanto.
"Di surga tersedia semua yang kita kehendaki dan kita inginkan. Demikian keterangan yang terdapat dalam al-Quran Surat al-Zukhruf ayat 71. Bahkan semua kenikmatan yang mungkin terlintas di benak kita, sesungguhnya kenikmatan surga lebih baik, jauh lebih enak, dan juuaauuuh lebih nikmat". Jawab kyai dengan bersemangat."Dalam Hadis riwayat al-Imam Muslim diterangkan bahwa orang yang terakhir masuk surga akan mendapat surga yang luasnya sepuluh kali lipat dunia ini. Dan surga yang demikian itu adalah surga kelas emperan, kelas yang paling ekonomis.” Sambung kyai, “Lalu menurut sampeyan surga tempat tinggal Kandjeng Nabi seperti apa?".
"Tentu surga untuk Kandjeng Nabi jauh lebih luhur, lebih agung, lebih indah, lebih nyaman, lebih menyenangkan, lebih enak, lebih baik dan lebih nikmat. Pokoknya surga untuk Kandjeng Nabi pasti yang terbaik! Kelas super super super Vi Ai Pi, lah!". Jawab kang Jamil mantap.
"Nah, orang yang mau merawat anak yatim akan bersama beliau di surga kelas super super super VIP itu". Sambut kyai.
"Jadi kita bisa dapet surga kelas super super super Vi Ai Pi, kalau kita mau merawat anak yatim Kyai?". Tanya kang Jamil lagi.
"Betul, demikian janji Kandjeng Rasul seperti yang disampaikan oleh Ibunda Aisyah". Jawab kyai dengan senyumnya yang menyejukkan hati.
"Walaupun amal kebajikan kita sedikit?" Kang Jamil penasaran.
"Ya, walau amal kebajikan kita sedikit, yang penting ikhlas dan Allah Ta'ala menerimanya". Kyai menghela napasnya, “Semisal presiden akan melakukan perjalanan ke luar kota dengan menaiki kereta api, menurut sampeyan, kira-kira dia naik kereta api kelas ekonomi atau kelas VIP?”
“Ya tentunya naik kelas VIP!” jawab kang Jamil, “Masak presiden naik kereta api kelas ekonomi”.
“Nah, presiden biasanya ditemani menteri-menterinya dan robongan yang terdiri dari para pelayan dan petugas pengaman kepresidenan. Menurut sampeyan, rombongan presiden itu naik kereta VIP yang sama dinaiki presiden atau mereka naik kereta kelas ekonomi?” Tanya kyai lagi.
“Para menteri dan rombongan pastinya ikut kereta yang sama dengan yang dinaiki presiden” jawab kang Jamil.
“Lho, pelayan dan petugas keamanan kok bisa naik kereta yang sama dengan yang dinaiki presiden?” Tanya kyai Achid.
“Tentu saja bisa, lha wong presiden yang mengajak mereka” jawab pak Yanto dengan mantap.
“Begitu pula kita yang amal kebajikannya minim dan sering kali masih disusupi perasaan ujub dan riya`. Kita bisa masuk surga kelas vi ai pi kalau diajak Rasulullah.” ujar kyai Achid, “Jadi, kalau saya boleh mengusulkan, anda urungkan saja niat berhaji lagi, toh anda sudah pernah melaksanakan ibadah haji sementara kewajiban haji hanya berlaku sekali seumur hidup. Uang ONHnya bisa anda salurkan untuk panti asuhan anak yatim, agar anda diajak Rasulullah masuk ke dalam robongan beliau, dan menjadi tetangga beliau di surga yang kelasnya super vi ai pi”.
Kang Jamil dan pak Yanto menganggukan kepala..

Untuk itu, mari kita pahami ilmu fiqih yang menjadi dasar ilmu bagi kaum muslim dalam beribadah, jangan hanya menjalanka------------ibadah------------------tanpa-----------disertai-------------ilmu-------------dan--------------pemahamannya.

Nah. Saya, tentu saja, tidak mau jadi ahli ibadah yang tidak berilmu. Anda juga tidak mau kan? Wallahu a’lam bishowab.
Semoga bermanfaat : …………………………………………InsyaAllah.

Renungan :
Sahabatku,
Bahkan ada seorang ulama salaf yang pernah menggali lubang kuburan untuk dirinya sendiri. Bila ia mengalami dan merasakan kejemuan dalam beramal, ia pun turun ke dalam lobang itu. Di sana ia menyelonjorkan tubuhnya. Lalu berkata : “Wahai diriku ! Anggaplah sekarang ini engkau telah mati dan telah berada dalam liang lahadmu, apakah yang engkau inginkan ?”.

Maka ia pun menjawab : “Aku ingin dikembalikan lagi ke dunia agar aku dapat beramal shaleh.”
Ia lalu mengatakan kepada dirinya sendiri : “Sekarang engkau telah mendapatkan apa yang engkau inginkan. (Engkau sekarang masih hidup di dunia). Bangunlah dan kerjakanlah amal shaleh itu !”.

Firman ALLAH SWT :
“Artinya : Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan Ulil Amri (pemimpin-pemimpin) di antara kamu, maka jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” [An-Nisaa': 59]

Taufiq WABILLAHI WALHIDAYAH WASSALAMU'ALAIKUM WR. WB.
Insya Allah muslim.

No comments:

Post a Comment