Showing posts with label CERPEN. Show all posts
Showing posts with label CERPEN. Show all posts

Monday 18 February 2013

Kalau Cinta, Jangan Maksiat

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mempersilakan.

Atau mengambil kesempatan.

Yang pertama adalah pengorbanan.

Yang kedua adalah keberanian.

(Jalan Cinta Para Pejuang_ Salim A Fillah)

 


Jamaah ini bukan jamaah malaikat tanpa hasrat. Meski tiap pertemuan ada sekat dan hijab, tetap saja fitnah bersiap siaga menjerat. Suatu fitrah nan indah dari Sang Pencipta. Tentu saja tak layak diumbar tanpa ikatan yang sah.
“Nantikan ku di batas waktu, ya ukhti” jelas bukanlah risalah yang dibenarkan syariat, yaa Akhi…
Belajarlah dari kisah romansa ‘Ali dan Fatimah. Yang sebenarnya saling memendam rasa begitu lama. Namun tak jua Sang Pria memberanikan diri memulainya walau lamaran Abu Bakar dan Umar al Khattab telah bermula. Apalah aku ini, pikir sang pemuda, hanya seorang pemuda yang tak berpunya bahkan sekadar mahar seadanya.
Tapi lihatlah ketika Allah berkehendak.
“Aku hendak menikahkan engkau hanya atas dasar mas kawin sebuah baju besi saja. Aku puas menerima barang itu dari tanganmu. Hai Ali engkau wajib bergembira sebab Allah ‘Azza wa jalla sebenarnya sudah lebih dahulu menikahkan engkau di langit sebelum aku menikahkan engkau di bumi!” Demikian perkataan Sang Rasul dalam riwayat yang diceritakan Ummu Salmah RA.
Sungguh, sebuah Romansa cinta penuh gairah ketaatan pada Robb nya yang syetan pun tak mereka kabari gejolaknya. Dan cinta pun bersemi indah hingga ke surga.
Maka mencinta lah sejantan ‘Ali. Menyimpan rapat di hati atau persilakan sang pujaan meniti mencari ridha Illaahi tanpa engkau temani. Materi bukan halangan berarti, ya Akhi. Cukuplah janji Allah engkau yakini. Maka Bismillaah…mantapkan hati.
***
“Nikahkan aku dengan nya, Yaa Abi…” atau “Ta’aruf-kan Ana dengan si ikhwan, Wahai Murabbi…” begitu syariat mengajarkan kita, Yaa Ukhti…
“Tapi kan, kita ini akhwat. Masa iya kita yang memulai?”
Ohoho terlupakah kita kekasih sang Rasulullah, Bunda Khadijah?
Dengan selisih umur yang tak sedikit, dengan status janda dan bujang, dengan strata social yang tak sepadan, cinta mereka pun menjadi kisah cinta mengagumkan. Cinta yang tetap abadi walaupun Khadijah tak lagi di sisi. Bahkan Sang Rasul menangis ketika ditanya kesediaannya untuk kembali menikah sembari berkata, “Masih adakah orang lain setelah Khadijah?”
Sejarah telah mencatat, tak berkurang izzahnya sang muslimah ketika mengutarakan isi hatinya agar bisa terjaga dalam bingkai yang sah. Lantas, apa yang engkau khawatirkan, wahai Muslimah? Tak khawatirkah dirimu syetan merajai benak mu hingga berzina-lah hati mu sepanjang masa menunggu pangeran impian mu itu?
Di Jalan Cinta Para pejuang, kita belajar untuk bertanggung jawab atas perasaan kita
Maka bertanggung jawablah atas apa yang engkau rasa. Mengutarakannya dengan cara syariat jelas bukanlah dosa. Bermain-main dengan gejolak hati justru memancing datangnya syetan penggoda. Tanyakan hati mu seberapa kuat diri mu menahannya. Ingat juga syetan tak kenal putus asa. Dan kita bukanlah pribadi terjaga bak ‘Ali dan Fatimah.
Tak selalu cinta bersemi di taman cinta hingga abadi. Penerimaannya memekarkan benih di hati. Tentu penolakan bukanlah tanda berakhirnya hari-hari. Ia adalah jalan yang dipilih Tuhan mu dan Tuhan nya. Mungkin juga pertanda belum siapnya melangkah. Hingga perlu berbenah hingga yang terbaik menurutNYA menyapa. Yakinlah IA Maha Tahu yang terbaik untuk kita.
Kau dan aku telah memilih langkah. Dan di jalan juang lah kita berada. Sebuah jalan yang tak ada pertolongan selain kekuatan NYA. Dan pertolongan kan sirna ketika kita hiasi jalan juang ini dengan maksiat atas sucinya fitrah.

Kisah Jeritan Muslimah

Inilah sebuah kisah ketika suatu teriakan seorang muslimah mampu membangkitkan ghirah sepasukan tentara muslim untuk mengembalikannya pada posisi dan kehormatan semula.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam tentang peristiwa ini, bahwa seorang wanita Arab pergi ke bani Qainuqa’ dengan membawa sebuah barang yang hendak di jual di pasar itu. Kemudian ia duduk di sana, di sebelah tukang sepuh. Mereka mengingingkan darinya agar dia mau membuka wajahnya dan ia menolak. Seketika si tukang sepuh langsung mengikatkan ujung pakaian wanita muslimah tadi dengan punggungnya. Sehingga ketika si wanita muslimah berdiri, terbukalah auratnya. Mereka pun tertawa girang dan menjeritlah wanita itu. Mengetahui hal ini dengan cepat seorang muslim mendekat dan membunuh tukang sepuh itu (rupanya dia seorang Yahudi). Adegan berikutnya, teman-teman si Yahudi balas mengeroyok dan membunuh si pemuda muslim. Maka bangkitlah emosi kaum muslimin dan terjadilah ketegangan yang menyulut peperangan dengan bani Qainuqa’ (Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam 2/47).
Rasulullah menyiapkan pasukan untuk memberi pelajar kepada mereka dan berakhir dengan pengusiran bani Qainuqa dari Madinah.
Sebuah teriakan yang dikumandangkan oleh seorang wanita dapat membuka sekian telinga, sekian jantung yang masih berdetak, yang di dalamnya mengalir darah menyatu dengan ghirah dan wibawanya. Jeritan yang membangkitkan para rijal (lelaki) sejati. Tertanamlah dalam jiwa kaum muslimin pembelaan terhadap kehormatan.
Sejak detik itu, wanita terpelihara kehormatannya, didengarkan jeritannya. Setiap mereka merasa bahwa wanita adalah kehormatan, walaupun tiada hubungan dengannya kecuali jalinan aqidah Islam.
Mu’tashim (salah seorang khalifah Daulah Abasiyah), ketika mendengar seorang wanita dianiaya dan dihina kehormatannya menjerit “Wa Mu’tashima” (tolonglah, hai Mu’tashim), tersentaklah hatinya oleh rintihan itu, bergolak darah di jantungnya. Ia mulai menyiapkan perlengkapan dan mengirim pasukan dari istana kekhalifahan menuju tempat teriakan bergema itu untuk memberi pelajaran kepada musuh dan mengembalikan eksistensi dan kehormatan wanita itu. Mu’tashim dan pasukannya baru kembali setelah berhasil menuntaskan semuanya.
Namun sekarang, berapa banyak jeritan yang menggema dan membentur dinding-dinding bisu pemerintahan atau menghilang begitu saja. Jeritan muslimah kita di berbagai belahan dunia ini menggema tanpa ada yang peduli. Sungguh telah mati terkubur kejayaan generasi pertama, telah tiada generasi Mu’tashim dan hilang pula semangat dan wibawa Mu’tashim.
Jeritan wanita muslimah tidak lagi bergema, tidak ada ghirah (semangat) yang tersentak, darah yang begolak. Seandainya jeritan-jeritan itu membentur dinding gunung, pastilah ia tergetar. Namun ternyata ia hanya memanggil para lelaki yang hati mereka telah membatu, bahkan lebih keras. Tersembunyi kejantanan mereka, tiada mereka tunjukkan nyali mereka kecuali kepada saudara sendiri. Innalillahi wa inna ilaihi rajiu’un. 

Oleh: Abdul Hamid Jasim Al Bilali dalam Waqafat Tarbawiyyah Fii Assiratin Nabawiyah

Wednesday 24 October 2012

Menelusuri Jejak Kehidupan Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim adalah satu diantara Nabi yang harus diteladani. Ketundukannya kepada sistem nilai-nilai dan aturan ilahiah selalu menjadi contoh untuk kehidupan sepanjang masa. Ketika Allah memerintahkannya agar tunduk dan patuh, Nabi Ibrahim tidak menunda-nundanya walau sesaat, tidak pernah terbetik keraguan dihatinya sedikit pun, apa lagi menyimpang. Ia menerima perintah Allah dengan tulus dan ikhlas.

Keimanan dan Keislaman serta ketundukan Nabi Ibrahim tidak hanya untuk dirinya sendiri, bahkan tidak hanya untuk generasi pada zamannya, melainkan untuk seluruh generasi ummat manusia. Nabi Ibrahim telah mewariskan Islam untuk anak cucunya, untuk generasi berikutnya sampai akhir masa.
Allah berfirman:

وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلاَّ مَن سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ ﴿١٣٠﴾ إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٣١﴾ وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٣٢﴾

Artinya: “Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (Q.S. Al-Baqarah: 130-132).

Nabi Ibrahim mewasiatkan agar anak cucunya menerima dan menegakkan Islam secara utuh dan konsisten dalam merealisasikannya. Ketulusan dalam menerima dan menegakkan Islam serta konsisten dalam mengamalkannya merupakan jaminan untuk memperoleh kebaikan hidup. Sebaliknya, ketidakpatuhan dan mengambil ajaran selain ajaran Islam dapat mengakibatkan kehidupan manusia menjadi centang perenang, bahkan akan mengakibatkan manusia terjebak ke dalam krisis multi dimensi yang berkepanjangan.

Empat belas abad yang lalu Rasulullah telah memberikan isyarat tentang situasi yang akan menimpa sebuah bangsa yang tidak konsisten menjalankan aturan agama, bahwa mereka akan dilanda berbagai krisis, baik krisis sosial, politik, ekonomi, moral, dan budaya yang berkepanjangan.

Kelihatannya isyarat Rasul tersebut pada saat ini telah bermunculan di tengah-tengah bangsa yang sedang dirundung krisis multi dimensi.

Kita dapat menyaksikan adanya manusia-manusia yang secara lahir berpenampilan rapi, bersih dan menarik, dengan gaya dan isi pembicaraan yang memukau, seolah ingin menggambarkan tingginya kemampuan intelektual mereka dan keberpihakan mereka kepada kebenaran dan keadilan. Padahal, kondisi sebenarnya mereka membenci dan memusuhi tegaknya kebenaran dan keadilan dalam kehidupan. Orang-orang seperti itulah yang kemudian populer disebut politisi busuk dan birokrat nakal.

Penampilan mereka yang meyakinkan bisa menutupi pandangan orang-orang tentang kondisi bathin mereka yang sesungguhnya, hidup mereka penuh dengan kepura-puraan, dan kelihatannya hal demikian telah menjadi realitas sosial yang membudaya. Akibatnya, terjadi pergeseran norma-norma sosial dan budaya, yang pada akhirnya menumbuhkan berbagai perilaku menyimpang yang berpengaruh besar terhadap keamanan dan kenyamanan dalam hidup bermasyarakat.

Gaya hidup seperti itulah yang mengobarkan kemunafikan dan kepura-puraan di berbagai sektor kehidupan. Di sana ada politisi busuk, birokrat nakal, pemimpin yang tidak berkualitas, yang kerjanya hanya mengeruk kekayaan buat dirinya sendiri, pedagang yang tidak mengindahkan norma-norma yang ada, dan merebaknya dekadensi moral yang dilakukan masyarakat secara terang-terangan. Dalam waktu yang bersamaan masyarakat tidak berdaya untuk memberantas berbagai jenis perilaku yang menyimpang itu, akibatnya persepsi dan pandangan orang menjadi berubah, yang salah dipandang benar dan yang benar dipandang salah.

Tiga puluh tahunan yang lalu kita dapat merasakan adanya suatu pandangan yang sama di tengah masyarakat bahwa berhubungan seksual di luar nikah merupakan aib besar buat keluarga dan merupakan dosa besar yang harus benar-benar dijauhi.
Pandangan ini diterima secara umum sebagai suatu norma yang berlaku di masyarakat, sehingga bila ada orang yang melanggarnya akan mendapat perlakuan yang sama dari seluruh lapisan masyarakat di mana saja. Ia akan menerima sangsi sosial berupa tereleminasinya dari pergaulan sosial, dan akan merasakan sebagai pihak yang terhukum, yang akhirnya menimbulkan efek jera.

Tapi tidak demikian dengan kondisi masyarakat dewasa ini. Berzina dianggap sebagai salah satu ciri gaya hidup modern, demikian juga perbuatan menyimpang lainnya dipandang hal yang biasa dan tidak ada rasa bersalah bila melakukannya. Kemudian pandangan seperti ini menjadi populer di tengah masyarakat, sehingga norma-norma sosial menjadi berubah.

Berbagai perilaku menyimpang terjadi di mana-mana. Mulai dari kejahatan politik sampai kejahatan moral. Akibatnya masyarakat terutama yang awam merasa kesulitan untuk memilih dan membedakan mana perbuatan baik yang dapat membawa keamanan dan kebahagiaan hidup, dan mana perbuatan buruk yang dapat membawa kesengsaraan pada kehidupan. Kebejatan moral seperti itu masih diperparah oleh perilaku para pemimpin bangsa yang buruk. Mereka masih banyak yang melakukan korupsi dan manipulasi, melakukan penipuan dan penyalahgunaan wewenang dan jabatan. Akibatnya dunia ekonomi kita mengalami keterpurukan luar biasa yang menyebabkan kita dikangkangi sistem kapitalisme global yang terus memiskinkan bangsa-bangsa di dunia.

Kelihatannya sampai saat ini belum terlihat tanda-tanda yang jelas bangsa ini dapat keluar dari krisis yang telah mengepung. Lebih celaka lagi apabila masih banyak masyarakat dan pemimpin di negeri ini yang enggan untuk kembali kepada pengamalan agama yang sesungguhnya dan melestarikan akar budaya yang baik. Yaitu ajaran Islam yang dilukiskan Nabi Ibrahim sebagai satu-satunya jalan menuju pencapaian cita-cita untuk memperoleh kesejahteraan dan kedamaian. Sebab harus diyakini, Islam adalah satu-satunya jalan untuk menuju masyarakat yang adil, sejahtera, aman dan damai.

Dalam kondisi kekinian, dimana kita ummat Islam yang akan merayakan Hari Raya Idul Adha pada tanggal 26 Oktober 2012, sewajarnyalah kalau kita menelusuri kembali jejak-jejak kehidupan yang telah diwariskan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk kita jadikan sebagai icon dalam menata kehidupan menuju pribadi-pribadi yang senantiasa tunduk kepada kehendak dan ketentuan Allah SWT. Bila hal itu dapat dilakukan insya Allah Negara ini akan memiliki pemimpin-pemimpin dan masyarakat yang hatinya selalu tunduk kepada Allah.

Sunday 14 October 2012

Mengapa Saya Memutuskan Menikah Dengannya


Oleh Dewi, 25 Juni 2008 melalui Milist.
Ada beberapa hal yang membuat saya memutuskan menikah dengannya.
Terutama adalah kesiapannya bertanggung jawab secara moral, melindungi,
dan mengayomi, saya sebagai calon istrinya waktu itu.
Walaupun sebelum menikah, dia sempat mempertanyakan.
Mampukah saya menerima dia apa adanya?
Dengan status masih calon pegawai negeri sipil.
Yang gajinya hanya Rp. 450.000,-.
Mulanya saya ragu, karena saya yang terbiasa dibesarkan dari keluarga
yang selalu memanjakan saya, tidak bisa memasak, mencuci, membersihkan
rumah, pendeknya tidak bisa diajak hidup susah.
Jauh dari kreteria istri sempurna.
Mama yang wanita karier, memberikan pengasuhan lewat bantuan
pengasuh/pembantu yang kadang setiap bulan berganti-ganti.
Beliau mengajari saya bagaimana menjadi wanita yang tangguh dan mandiri,
namun lupa memberikan pelajaran berharga untuk menjadi wanita
sesungguhnya, yaitu wanita tempat bernaung suami, wanita yang mampu
memberikan ketenangan ketika suami berada dirumah.
Pendeknya saya perlu belajar bertahun-tahun untuk menjadi Isti ideal
termasuk Ibu yang baik bagi anak-anak saya.
Tapi saya dan suami yakin bahwa pernikahan dimanapun berada pasti
membutuhkan proses untuk beradaptasi.
Membutuhkan proses menuju bijaksana dan dewasa.
Yang penting masing-masing pasangan harus mau menerima kekuarangan dan
kelebihan pasangan masing-masing. (say that “Honey, Love me just the
way I am”).
Dan keyakinan untuk menikah dengan pasangannya, memprediksikan kemampuan
menjalani hidup bersamanya.
Itu yang paling penting.
Yah…keyakinan itu yang paling luar biasa, membawa kami berjuta-juta
lebih tabah dalam menghadapi semua cobaan.
Hebohnya….Awal Menikah!.
I am not to young to be married
Menikah di usia 22 tahun, lulus kuliah, langsung dilamar dan menikah 1
bulan kemudian :-D
Sama sekali diluar bayangan….mimpi aja kagak…hehehe.
Bahkan banyak teman, handai tolan, dan juga keluarga dekat yang
terkaget-kaget selalu kata mereka “Wes, Siap ta Wi?”
(sudah siapkah kamu Dewi?)
Saya selalu mengangguk mantab, demi melihat mata suami yang penuh
keyakinan tanpa basa-basi, maka saya memiliki keberanian lebih untuk
siap menanggung resiko apapun dalam pernikahan kami.
Karena hidup itu adalah konsekuensi dari pilihan,bukan?
Dan lagi yang namanya jodoh sudah didepan mata, maka tidak boleh
ditolak.
Lagi pula suami, orang yang saya kenal hanya 3 bulan-an lamanya, adalah
orang yang serius membina hubungan untuk langsung ke jenjang pernikahan.
Alhamdulillah.
Usia kitapun tidak terpaut jauh, dan untuk ukuran laki-laki mungkin dia
termasuk yang menikah muda, di usia 27 tahun.
Kata suami dia ingin mengikuti sunnah Rasul menikah di usia ke-27
hehehe…Ah.. nih…si E’mas.
Sedang saya, adalah makhluk imut, yang nekat juga hehehe.
Nekat karena berani menikah hanya dengan modal gaji suami yang
Rp. 450.000,- aja dan juga saya yang belum bekerja, karena habis lulus
langsung menikah.
Benar-benar kata kunci ajaib untuk pernikahan abad ke-21 !
Banyak yang mengkritik, meragukan, atau bahkan menghakimi.
Tapi kenyataannya pernikahan kami harus tetap dijalani.
Mantab seranjang dengannya
Menikah hari pertama hingga satu bulan adalah masa penuh kejutan.
Kebiasaan molor bangun pagi, tidak bisa memasak, membenahi rumah, dan
sebagainya membuat saya malu dan menangis.
Sempat jatuh sakit karena stress berat.
Tapi suami alhamdulillah bisa memahami.
Kelemahan saya menjadikan saya memiliki tekad, terus belajar dan terus
belajar.
Tidak hanya untuk pernikahan kami tapi juga untuk diri saya sendiri.
Toh, saya pada akhirnya akan menjadi calon ibu, itu yang ada dalam
pikiran saya.
Seminggu setelah menikah kami pindah dari rumah orang tua saya untuk
kerumah kami sendiri.
Sekalipun masih sangat berantakan, dan rumah itu juga hasil sumbangan
dari mertua, sementara mertua sudah pindah di rumah yang lainnya. ^_^
Menikah adalah untuk ibadah, benarkah ?
Jawabannya adalah iya.
Karena dalam pernikahan sangat dibutuhkan banyak kebijakan dan
keikhlasan untuk menjalani berbagai macam cobaan hidup berdua.
Benar-benar ibadah sepanjang masa.
Bila kita menikah maka kita harus menghadapi beberapa konsekuensi dari
pernikahan itu sendiri, mulai dari menjadi istri hingga menjadi seorang
ibu.
Persiapan menjadi seorang Ibu, tentu saja harus di dukung pasangan.
Cepat atau lambat keinginan untuk memperoleh keturunan juga merupakan
bahan pertimbangan bagi pasangan calon sebelum menikah.
Nah, pada pernikahan kami, sejak awal menikah kami memang tidak pernah
menunda-nunda memiliki momongan, walaupun keadaan ekonomi sedang
gonjang-ganjing hehehe.
Kami termasuk pasangan yang mempercayai, rejeki adalah Allah yang
mengatur, dan setiap anak membawa rejekinya masing-masing.
Jadi di hari pertama menikah saya menyatakan mantab seranjang dengannya
hehehehe (;-) )
Gaji 450 Ribu, Cukupkah?
Pertama kali, menerima gaji suami ditangan, selalu disertai dengan
cucuran air mata haru.
Melihatnya tersenyum bangga, memeberikan amplop yang ada ditangannya,
yang walaupun untuk makanpun masih harus sibuk memutar otak “gali
lubang tutup lubang
Respon pertama adalah kaget, tapi segera menahannya demi melihat
ketulusan dan keikhlasan suami.
Yah, saya harus Ikhlas menikah dengan suami yang hanya bergaji Rp.
450.000,- sebulan, dan entah untuk beberapa lama lagi.
Memahami dan menikmati arti perjuangan panjang mahligai rumah tangga
kami.
Menghargai tetes keringat yang benar-benar dia usahakan untuk
kepentingan kehidupan kami berdua.
Terima kasih sayang……..!.
Begitupun satu bulan, otak masih tertatih-tatih berpikir, bagaimana cara
menambah penghasilan, hingga ide cermelang muncul dibenak satu bulan
kemudian, untuk mencoba kreatifitas, membongkar, gudang pakaian,
mengumpulkan baju yang masih cukup bagus, memangkasnya disana-sini,
membuat sketsa mode baju, dan kemudian memodifikasi dengan berbagai
aksen yang sedang trend saat ini.
Membungkusnya dan menelpon beberapa teman, saudara, bahkan tetangga
untuk main kerumah.
Nekat !, gila !, mengenakan rancangan sendiri, sambil memamerkan hasil
karya, yang sebagian digantung rapi di tempat jemuran yang saya beli
murah hanya Rp.65.000,- pada pedagang kaki lima yang kebetulan lewat
didepan rumah.
Baju-baju yang digantung, saya masukkan dalam plastik tipis, tempat
baju, dan sebagian sisanya dilipat rapi dimasukkan dalam plastik, dan
diberi bandrol “Second Keren”.
Alahmdulillah banyak yang suka, dagangan yang hampir tanpa modal ini
alias modal tipis, laris manis bak kacang goreng.
Banyak pesanan membuat saya makin kewalahan dan blusukan di pasar-pasar
baju second dari luar yang kira-kira masih bisa saya modifikasi lagi.
Dari sini, saya bisa menggaji satu pembantu dan satu orang baby sister
untuk anak, bahkan bisa mencicil membangun tempat kos di lahan luas
belakang rumah kami.
Percayalah pernikahan yang diniatkan untuk ibadah, tidak akan pernah
sesulit yang kita bayangkan.
Soal gaji atau rejeki serahkan pada Allah SWT.
Jadi salahkan jika saya katakan gaji itu dari Allah.
Selama manusia berusaha, sabar, dan berdoa, apa sih janji Allah yang
diingkari-Nya? .
Tidak ada satupun.
Allah selalu ada untuk memenuhi janji-janjinya kapada Makhluk-Nya.
Rasa syukur selalu terpanjat, karena hingga detik ini saya sudah mampu
memasukkan anak ke sekolah terbaik, memberikan gizi terbaik, dan hidup
penuh limpahan rahmat dan kasih sayang Allah.
Diberikan suami terbaik, anak-anak terbaik, juga tetangga, dan
teman-teman yang luar biasa baik.
Keberuntungan saya walaupun kecil dimata orang yang melihat hidup dari
segi materi saja, tetap tidak pernah membuat saya lupa mengucap syukur
kepada-Nya.
Demi melihat banyak orang-orang yang lebih menderita, lebih susah, lebih
berat perjuangannya dibanding saya, termasuk kedua orang tua saya.
Jika ditanya arti menikah menurut saya adalah Perjuangan tanpa akhir
dengan ibadah sepanjang masa.

Simpati Karena Amal Ibadah


Bismillah.
Prolognya adalah sebuah kisah dari seorang ikhwan yang sekarang sudah berkeluarga :
Pernah ada seorang ikhwan ikut prajabatan CPNS. Dan saat tsb juga diikuti oleh CPNS yang lain, ada yang laki ada pula wanita. Semuanya menginap dalam sebuah tempat diklat yang sama. Sering pula terjadi rasa kecocokan dan ketertarikan diantara para peserta yang mengakibatkan adanya pasangan yang menikah setelah selesai prajabatan.
Kebetulan ikhwan yang satu ini emang tingkahnya ngocol dan slebor. Cuek dan nyantai aja, juga kerjanya ngegodain akhwat (suka tebar pesona). Padahal mah si ikhwan kaga ada gantengnya pisan euy. Tingkahnya slebor, cuek, rada bergajul, kaga cakep pula. Tapi herannya saat prajabatan CPNS itu bisa sampai ada 4 akhwat kena serangan ketertarikan gara-gara si ikhwan.
Salah satu akhwat tsb adalah seorang aktivis tarbiyah dan aktivis masjid di kantor, dimana akhwat tsb banyak mendapat tawaran ta’aruf dari para ikhwan lain namun selalu ditolak secara halus. Terang aja hal ini membuat “geger”.
Dan si akhwat yang aktivis ini punya teman seorang ikhwan yang juga aktivis tarbiyah dan masjid. Dimana ikhwan ini pernah menawarkan 3 orang ikhwan untuk berta’aruf dengan si akhwat namun ditolak semua dengan halus.
Si ikhwan yang aktivis masjid ini menemui ikhwan penyebab ketertarikan tadi dan coba mengukur kapasitas pengetahuan keagamaannya. Namun dalam dialog yg didapatkan malah jawaban2 aneh dari ikhwan penyebab ketertarikan. Ikhwan aktivis makin heran, “Kok bisa akhwat temanku kesengsem sama pria tengil macam begini??”.
Akhirnya para akhwat lain yang ikut coba menyelidiki penyebab ketertarikan . Mereka curiga jangan2 ke-4 akhwat tsb mengalami gangguan pada matanya, sehingga ga bisa melihat jelas si ikhwan yang slebor ini.
Ketika saat penyelidikan dimulai, ternyata semua keempat akhwat tsb menjawab dengan alasan yang sama. Dn jawaban si akhwat aktivis masjid lah yang paling mewakili semuanya. Si akhwat bercerita bahwa ikhwan tsb emang kalo sepintas saat diamati ketika berinteraksi dalam lingkungan memang terlihat slebor, jahil, dan ngocol. Ga ada tampang alimnya sama sekali. Tapi saat malam pernah si akhwat sedang terbangun karena ingin sholat tahajjud, dia menuju kamar mandi untuk berwudhu sambil melintasi kamar si ikhwan.
Kebetulan ikhwan tsb memang tinggal sendiri di kamar tsb, tanpa ada pasangan (teman sekamar) seperti peserta prajabatan lainnya. dan saat melintas di depan kamar si ikhwan, terlihat lampu kamar menyala dan terdengar lantunan ayat suci Al Quran disertai suara tangis sesenggukan. Nampaknya si ikhwan sedang tadarus.
Si akhwat berhenti sejenak mendengarkan lantunan ayat suci Al Quran yang walau tidak merdu, namun karena diucapkan dengan penuh kesungguhan hati dan tumpahan rasa haru, membuat dinding hati si akhwat jadi bergetar. Sekembalinya dari kamar mandi yang terdengar adalah lantunan dzikir yang sendu, syahdu, dan penuh dengan emosi cinta yang meluap. Terkadang lantunan yang terdengar berupa shalawat.
Si akhwat pun kembali ke kamarnya sambil membawa sebuah rasa yang tertinggal. Pada saat menjelang subuh, seorang akhwat lain juga terbangun menuju kamar mandi dan mendengar hal yang sama. Lantunan itu baru berhenti saat azan subuh berkumandang. Keempat akhwat tsb semuanya pernah mengalami hal tsb selama prajabatan tanpa satupun pernah berpapasan di depan kamar si ikhwan.
Bahkan sampai akhirnya si akhwat aktivis masjid pun memberanikan diri untuk mengajak ta’aruf si ikhwan.
Si ikhwan yang ga tau kalo kebiasaan tengah malamnya sudah diketahui oleh akhwat tsb sempat terbengong2 dan lalu menjawab dengan santai bin ngocol. Dia bilang mungkin si akhwat terlalu terburu-buru dan salah lihat orang, sebab si ikhwan merasa ga ada hal lebih dari dirinya.
“Saya ini brengsek iya, dan jelas ga ada alim2nya sama sekali. Apalagi soal tampang, hancur lebur begini. Apa ukhti ga salah pilih orang untuk jadi imam? Ntar kalo salah pilih mah bisa fatal tuh.” kata si ikhwan.
Si akhwat menjawab dengan tenang “Ana yakin akhi cuma pura2 saja bergajulan. Ana tau kok kebiasaan akhi tengah malam. Saat dimana semua orang asyik tidur, akhi malah asyik masyuk berduaan dengan Allah” Si ikhwan berlagak pilon dan bilang “kebiasaan apa nih ukhti ? pasti deh salah orang. Saya cuma tidur kalo malem”.
Namun si ukhti membalas cepat “Udah deh, akhi ga usah menghindar dan pura2. apa mau jadi seorang pendusta??” Diam deh si ikhwan ga berani ngebohong lagi.
Mendengar hasil penuturan si akhwat aktivis masjid, para akhwat lain cuma bengong berjama’ah… Masa iya ada pria bergajulan wal slebor di luarnya dan kemana2 selalu senang make jeans dan jaket ketimbang baju koko, tapi tahajjudnya tiap malem ga putus2.
Wallahu a‘lam bishshowab.

Wednesday 1 August 2012

KISAH BERSEDEKAH KEPADA SEEKOR KUCING

Syaikh ‘Abdul Hadi Badlah, Imam Masjid Jami’ur Ridhwan di Halab Syiria, pernah bercerita, “Di awal pernikahanku, Allah telah menganugerahkan kepadaku anak yang pertama. Kami sangat bergembira dengan anugerah ini. Akan tetapi, Allah Azza wa Jalla berkehendak menimpakan penyakit yang keras kepada anakku. Pengobatan seakan tak berdaya untuk menyembuhkannya, keadaan sang anak semakin memburuk, dan keadaan kami pun menjadi buruk karena sangat bersedih memikirkan keadaan buah hati kami dan cahaya mata kami. Kalian tentu tahu, apakah artinya anak bagi kedua orang tuanya, terutama ia adalah anak yang pertama!!

Perasaan buruk itu menyeruak di dalam hati, karena kami merasa tak berdaya memberikan pengobatan bagi penderitaan anak kami!!
Sehatnya kita memang merupakan perintah Allah dan ketentuan-Nya, namun kita memang harus mengambil langkah-langkah pengobatan dan tidak meninggalkan kesempatan atau sarana apa pun untuk mengobatinya.

Seorang yang baik menunjukkan kepada kami adanya seorang dokter yang berpengalaman dan terkenal, maka aku pun pergi bersama anakku kepadanya. Anakku mengeluhkam demam yang sangat tinggi, dan dokter itu berkata kepada kami, “Apabila panas anak Anda tidak turun malam ini, maka ia akan meninggal esok hari!!”

Aku kembali bersama sang anak dengan kegelisahan yang memuncak. Sakit menyerang hatiku, hingga kelopak mataku tak mampu terpejam tidur. Aku pun mengerjakan shalat, lalu pergi dengan wajah muram durja meninggalkan isteriku yang menangis sedih di dekat kepala anakku.
Aku terus berjalan di jalanan, dan tidak tahu apa yang harus aku perbuat untuk anakku!! Tiba-tiba aku teringat dengan sedekah, dan ingat dengan hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, tatkala beliau bersabda, “Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” Namun, siapa yang akan aku temui di waktu malam seperti ini. Aku bisa saja mengetuk pintu seseorang dan bersedekah kepadanya, tapi apa yang akan ia katakan kepadaku jika aku melakukan hal itu?
Tatkala aku berada dalam kondisi bimbang seperti itu, tiba-tiba ada seekor kucing lapar yang mengeong di kegelapan malam. Aku menjadi ingat dengan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tatkala ditanya oleh seorang sahabat, “Apakah berbuat baik kepada binatang bagi kami ada pahalanya?” Beliau shalallahu alaihi wasallam menjawab, “Di dalam setiap apa yang bernyawa ada pahalanya” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). Aku pun segera masuk ke rumahku, mengambil sepotong daging, dan memberi makan kucing itu.
Aku menutup pintu belakang rumahku, dan suara pintu itu bercampur dengan suara istriku yang bertanya, “Apakah engkau telah kembali kepadaku dengan cepat?” Aku pun bergegas menuju ke arahnya. Dan, aku mendapatkan wajah isteriku telah berubah, dari permukaan wajahnya telah menyiratkan kegembiraan!
Ia berkata, “Sesudah engkau pergi, aku tertidur sebentar masih dalam keadaan duduk. Maka, aku melihat sebuah pemandangan yang menakjubkan!!”

Dalam tidurku, aku melihat diriku mendekap anakku. Tiba-tiba ada seekor burung hitam yang besar dari langit yang terbang hendak menyambar anak kita, untuk mengambilnya dariku. Aku menjadi sangat ketakutan, dan tidak tahu apa yang harus aku perbuat? Tiba-tiba muncul kepadaku seekor kucing yang menyerang secara dahsyat burung itu, dan keduanya pun saling bertempur. Aku tidak melihat kucing itu lebih kuat daripada burung itu, karena si burung badannya gemuk. Namun akhirnya, burung elang itu pun pergi menjauh. Aku terbangun mendengar suaramu ketika datang tadi.

Syaikh ‘Abdul Hadi berkata, “Aku tersenyum dan merasa gembira dengan kebaikan ini. Melihat aku tersenyum, isteriku menatap ke arahku dengan terheran-heran.”
Aku berkata kepadanya, “Semoga semuanya menjadi baik.”
Kami bergegas mendekati anak kami. Kami tak tahu siapa yang sampai terlebih dulu, tatkala penyakit demam itu sirna dan sang anak mulai membuka matanya. Dan, pada pagi hari berikutnya, sang anak telah bermain-main bersama anak-anak yang lain di desa ini, alhamdulillah.

Sesudah Syaikh menyebutkan kisah menakjubkan ini, anak tadi -–yang telah menjadi pemuda berumur 17 tahun, serta telah sempurna menghafalkan Al-Quran dan menekuni ilmu syar’i–, ia menyampaikan nasihat yang mendalam kepada kaum muslimin di masjid orang tuanya, Masjid Ar-Ridhwan di Halb, di salah satu malam dari sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan yang penuh berkah.
[Sumber: Min ‘Ajaibil ‘Ilaj bish Shadaqah ]
Ket: Foto diatas bukan yang sebenarnya.

INILAH CINTA DAN KESETIAAN

Burung betina ini terkapar tak berdaya karena ditabrak oleh sebuah mobil di salah satu jalan raya di Perancis karena terbang tealu rendah. Dia meminta pertolongan dan berharap sang jantan kekasihnya datang menolongnya.

Sang jantan berusaha menolong, tetapi dia tidak mampu berbuat apa-apa. Pertolongan yang  mampu diberikan hanyalah memberikan makanan dan minuman. Beberapa kali dengan penuh rasa cinta, sang jantan membawakan kekasihnya makanan dan minuman dari mulutnya.

Kemudian, dia membawakan lagi makanan tetapi sang betina sudah tidak memberi respon, kepalanya sudah terkulai lemas dan matanya terpejam. Burung jantan itu mencoba untuk menggerakkan tubuh pasangannya untuk memastikan apa yang terjadi…. dan ”Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” burung jantan berasa sangat sedih karena kekasihnya sudah tidak bernyawa.

Sadar bahwa kekasih hatinya telah tiada dan tidak akan kembali, ia berkicau keras meratapi kepergian pasangannya dan tidak percaya akan apa yang telah terjadi dan menyesali dirinya yang tidak dapat berbuat apa-apa utk menolong kekasih hatinya.

Setelah kekasih hatinya tiada, dia terdiam tidak dapat berbuat apa-apa, dan tidak dapat menguburkan kekasih hatinya, sang jantan dengan penuh KESETIAAN hanya menunggu jasad kekasih hatinya dalam waktu yang lama.
Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi.
Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه
“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)

Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.
Yahya bin Mu’az berkata: “Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.” Yang demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya, bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka cinta andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.

Saudaraku! setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan saudaraku…

Oleh Abu Fahd Negara Tauhid.

MAUKAH KAU HIDUP BERSAMAKU SAMPAI MATI?

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim …
Pada suatu malam, setelah selesai Qiyamul Lail berjama’ah, suamiku mengenggam tanganku. “Mataku tidak bisa tidur, bagaimana jika kita ke balkon depan menikmat…i bintang2 di angkasa”, ucap suamiku.
Aku mengangguk pelan, “sebentar, aku buatkan wedang jahe dulu”, ucapku pula. Ku lirik jam di dinding, sudah pukul 3.56 menit. Dengan ditemani suamiku, aku turun ke dapur membuat minuman hangat itu. Lalu kami naik lagi ke lantai dua, menuju balkon yg memang tidak jauh dari kamar utama.

Udara dingin menelusup ke pori2 tubuh, diam2 kupandangi suamiku yg sedang santai memegang cangkirnya sambil memandangi bintang2 di angkasa.
Biasanya saat seperti inilah kami bisa bicara dari hati ke hati, saat anak2 telah nyenyak terlelap. Lumayan ngobrol sambil menunggu waktu subuh tiba.
“Pa..,” ucapku pelan membuka pembicaraan. “mmh.. ya ma..,” jawab suamiku. “Masih ingat gak, adegan sepasang kakek dan nenek yg berpelukan ketika kapal Titanic hampir tenggelam..? itu loh yg di filem Titanic”, ucapku.

“Ya.. terus..,” suamiku manggut2 berusaha mengingat. “Aku ingin kita seperti itu.. sudah tua dan sampai meninggal pun bersama”, ku sampaikan harapanku. Lalu suamiku menoleh dan berujar, “gak mau ah..”.
Aku kaget setengah mati, bibirku rasanya kelu.. “kok gak mau..? jadi mau nya berdua pas masih muda aja.. gak mau menghabiskan masa tua denganku..?” rajukku kesal.

“Pokoknya gak mau.. Udah ah.. ganti topik aja,.. tuh udah azan shubuh, lebih baik kita wudhu terus ke mesjid,” ucap suamiku sambil meletakkan cangkirnya yg sudah kosong di meja dan meninggalkan aku yg masih manyun dan terpaku di balkon.

“ayuuk.. ma,” ajak suamiku lagi. Dengan langkah gontai karena menahan sedih, kuikuti langkah suamiku berwudhu dan siap2 menuju mesjid yg tidak begitu jauh dari rumahku.
Setelah selesai sholat shubuh di mesjid, bibirku masih terkunci namun tetap berusaha tidak merengut di depan suamiku. Duh.. betapa susahnya bersandiwara.. kala hati sedang gundah, tapi tidak tega bermuka masam pada suami tercinta, yg telah bersusah payah menafkahi ku dan anak2.. yg telah memperlakukan aku selayak permaisuri di hatinya..
Namun mengapa dengan teganya dia tidak ingin hidup berdua denganku sampai mati.. mengapa..? atau jangan2… Dia punya niat lain, jika separuh umur kelak, akan mengambil perempuan lain sebagai maduku..? Setan laknatullah menguasai pikiran ku..

Telah hari kedua sejak dialog kami di balkon tempo hari. Sepertinya suamiku bisa merasakan perubahan pada diriku. Aku jadi banyak diam, padahal aku termasuk cerewet dan bawel.

Setelah sholat Isya berjama’ah, dan menidurkan anak2, suamiku kembali mengajakku untuk duduk di balkon lagi. Dengan setengah hati, kupenuhi inginnya.
“Ada apa, ma..?,”tanya suamiku pelan sambil menatap ke manik mataku dan menggenggam jemariku. Aku diam saja, namun tak terasa dua bulir airmata menetes di pipi. “kamu kecewa sama aku..?,” tanyanya lagi. Bibirku masih terkunci. “pasti gara2 ucapanku kemarin dulu ya..” Suamiku mulai menebak..
“Begini ma, aku memang tidak ingin hidup berdua denganmu sampai mati..,” ucapnya pelan namun menghujam hatiku. Dengan terisak kutepis tangannya, hendak berlari meninggalkannya. Lengannya yg kuat kembali menarik lembut jemariku. “Dengarkan dulu..” pintanya. Baiklah, aku berikan kesempatan sekali ini lagi, pikirku.

“Aku memang tidak mau hidup berdua hanya sampai mati denganmu, namun aku ingin berdua denganmu sampai di kehidupan setelah kematian. Aku ingin berkumpul dengan mu di Syurga ALLAH Subhana Hu Wa Ta’Ala. Tak kan kugantikan dirimu dengan seratus bidadari sekalipun, karena aku telah memilikimu bidadariku, istri sholehahku, pasangan jiwaku, di dunia dan di akherat kelak..” suara suamiku pelan menelusup lembut ke rongga hatiku..

“Tidak sedikit pun, aku ragu menitipkan hartaku padamu untuk kau jaga, karena engkau amanah membelanjakannya, tidak sedikit pun aku ragu menitipkan anak2 kita untuk kau jaga dan kau didik karena aku yakin mereka mengenal Rabb nya dengan baik melalui keluhuran budimu, tidak sedikitpun pula aku takut meninggalkanmu di kala aku sedang mencari nafkah, karena aku yakin kau mampu menjaga kehormatanmu dikala aku jauh dari sisimu..”

Ya Allahu Rabbi, tidak mampu aku menahan air mata haruku, begitu besar nikmat yg KAU beri… Tiada mungkin rasa cinta kasih ini sedemikian dalam jika tanpa kuasa dan kehendakMu menyatukan kami dalam Rahmah Mu, ya Allah.. Ya kariim… Ya Arrahman Arrahimiin.. Jadikanlah hidup kami ladang amal bagi kami dalam menggapai kasih sayangMu dan RidhoMu.. masukkanlah kami ke dalam golongan Hamba2Mu yg KAU kasihi, yg KAU rahmati dan yg KAU cintai…Allohumma Sholi’ala Sayyidina Muhammad..

ANDAI WAKTU BISA BERULANG

Matanya ke sana ke mari, entah mencari apa. Dari wajah dan pakaianya yang lusuh tampaknya ibu ini barusan berpergian yang jauh. Apalagi ia membawa tas pakaian yang reslitingnya sudah rusak, sehingga pakaian yang ia bawa tampak dari luar. Aku kuatir ia akan ditipu oleh para calo yang ada di terminal Joyoboyo ini, karena biasanya wajah yang binggung seperti ibu ini akan mudah sekali menjadi korban calo terminal. "Ibu mau kemana?" tanyaku. "Saya mau ke Kupang", jawabnya lirih. Jarak Kupang (sebuah daerah di Surabaya) dari terminal Joyoboyo tidaklah terlalu jauh kurang lebih 5 kilometer. "Ibu tahu lyn (angkutan kota) ke Kupang?" tanyaku lagi. "Tahu, Mas", jawabnya dengan tatapan sayu. "Baiklah Ibu, saya duluan", aku berpamitan meninggalkan ibu tersebut.

Kebetulan kali ini aku lagi bersama dua teman tengah berjalan kaki dari Gedung Jatim Expo menuju ke kantor di jalan Bogowonto, dan jalur yang aku tempuh ini searah dengan jalur menuju Kupang. Ketika tanpa sengaja aku menoleh ke belakang, ternyata ibu tersebut juga berjalan kaki kurang lebih lima puluh meter di belakangku, padahal katanya tadi akan naik angkutan ke Kupang. Beberapa kali aku menoleh, dan ternyata ia masih di belakangku. Pasti ada masalah ibu ini pikirku.


Ketika tepat di depan patung Suro dan Boyo di depan Kebun Binatang Surabaya aku menghentikan langkah sambil menjelaskan kepada teman yang berasal dari Makassar arti historis dari patung tersebut yang menjadi awal mula dari nama kota Surabaya. Sebenarnya aku berhenti ini sambil memperhatikan ibu ini, ternyata ia melewatiku begitu saja, berarti dia tidak ada maksud apapun kepadaku, maka aku segera kembali berjalan di belakangnya.


"Ibu katanya mau naik lyn ke Kupang, tapi kok jalan", tanyaku. "Ya ...", jawabnya lirih mungkin karena kecapaian dalam perjalanan. "Tapi mengapa Ibu masih jalan kaki?" tanyaku. "Saya tidak punya uang", jawabnya dengan lebih lirih mungkin karena malu mengatakannya. "Rumah Ibu dimana?" tanyaku untuk mempertegas apakah ibu ini berbohong atau tidak. "Di Banyu Urip", jawabnya. "Banyu Urip mana?" tanyaku lagi. "Banyu Urip gang Bok Abang", jawabnya lagi. Berarti ia akan naik angkutan 2 kali dari sini. Segera aku sodorkan uang lima ribu rupiah, "Ini Ibu untuk naik lyn", ucapku. Seketika itu wajahnya berubah sangat luar biasa menjadi cerah dan bibirnya tersenyum, "Terima kasih, Mas", ucapnya spontan sambil menerima uang. Segera ia melambaikan tangan untuk menghentikan angkutan, dan segera ia naik angkutan yang menuju Kupang.


Kejadian tersebut sangat cepat tiba-tiba ia sudah naik angkutan, dan angkutan sudah berjalan meninggalkan aku yang masih terdiam. Mungkin ia sudah sangat ingin bertemu keluarganya, tapi dalam hatiku ada rasa sesal yang dalam. Maksudku menyodorkan uang lima ribu rupiah tadi untuk mengetahui apakah ia berbohong atau tidak, sebab biasanya jika berbohong responnya akan masih seperti kekurangan atau minta tambah. Tapi ternyata Ibu tadi tidak berbohong, sehingga uang lima ribu yang aku berikan sudah sangat berharga dan berarti baginya.


Astaghfirullah, seandainya saya tadi bisa menambah lebih banyak lagi, tentunya tidak hanya untuk biaya naik angkutan saja yang bisa ia bayar, mungkin ia bisa membelikan roti sisir yang harga hanya dua ribu lima ratus rupiah saja untuk anak-anaknya yang menunggunya di rumah. Jika lima ribu rupiah yang pertama bisa membuat ia bahagia karena dapat naik angkutan untuk pulang, dan dengan tambahan yang lebih akan membuat anak-anaknya bergembira menyambutnya, berarti akan semakin banyak wajah yang kembali tersenyum. Tapi mengapa tadi aku ragu memberikan tambahan lima ribu lagi ?


Sahabat, penyesalan seperti ini pernah terjadi di masa Rasulullah SAW, seperti kisah dibawah ini :


Seperti biasa ketika hari Jum'at tiba para kaum lelaki berbondong-bondong menunaikan ibadah Sholat Jum'at ke Masjid, ketika itu ada seorang Sahabat sedang bergegas menuju ke Masjid di tengah jalan berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntunnya, lalu sahabat ini dengan sabar dan penuh kasih membimbingnya hingga tiba di masjid.


Pada hari yang lain ketika waktu menjelang Shubuh dengan cuaca yang amat dingin, Sahabat tersebut hendak menunaikan Jama'ah Sholat Shubuh ke Masjid, tiba-tiba ditengah jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan, kebetulan Sahabat tadi membawa dua buah mantel, maka ia mencopot mantelnya yang lama untuk diberikan kepada lelaki tua tersebut dan mantelnya yang baru ia pakai


Pernah juga pada suatu ketika Sahabat tersebut pulang ke rumah dalam keadaan sangat lapar, kemudian sang istri menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging, namun tiba-tiba ketika hendak memakan roti yang sudah siap santap untuk dimakan tadi datanglah seorang musafir yang sedang kelaparan mengetuk pintu meminta makan, akhirnya roti yang hendak beliau makan tersebut dipotong menjadi dua, yang sepotong diberikan kepada musafir dan yang sepotong lagi beliau memakannya.


Maka ketika Sahabat tersebut wafat, Rosulullah Muhammad SAW datang, seperti yang telah biasa dilakukan beliau ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.


Kemudian Rosulullah berkata," Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?"


Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal" "Apa yang di katakannya?" "saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum wafat, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong."


"Bagaimana bunyinya?" desak Rosulullah.


Istri yang setia itu menjawab, "suami saya mengatakan "Andaikata lebih panjang lagi......andaikata yang masih baru...... andaikata semuanya......."

hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?"

Rosulullah tersenyum."sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,"ujarnya.


Jadi begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun.


Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan betapa luar biasanya pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi". Maksud suamimu, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar lagi.


Ucapan lainnya ya Rosulullah?" tanya sang istri mulai tertarik.


Nabi menjawab,"adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan.


Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya.


Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, "Coba andaikan yang masih baru yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi".Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.


Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?" tanya sang istri makin ingin tahu.


Dengan sabar Nabi menjelaskan,"ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba- tiba seorang musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan.


Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ‘ kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab ANDAIKATA SEMUANYA KUBERIKAN KEPADANYA, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda


Sahabat, coba sejenak renungkan Ayat-Ayat dibawah ini :


“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan. (Qs. Al Mu’minuun : 99-100)


“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?“ Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Munaafiquun : 10-11)


“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: “Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?”(Qs. Ibrahim : 44)


“Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: “Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafa’at yang akan memberi syafa’at bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?.“ (Qs. Al A’raaf : 53)


“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.“ (Qs. As Sajdah : 12)


“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: “Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman“, (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka.” (Qs. Al An’aam : 27-28)


“Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorang pemimpinpun sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: “Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?“ (Qs. Asy Syuura :44)

SINGKONG + KOPI PAHIT

Sahabat, apa yang terfikir dalam benak kita ketika saat kita menjadi Pengantin Baru, tidak sedikit diantara kita yang mempersiapkan segala hal yang indah-indah dan romantis, mulai dari merancang busana pengantin, mengecat rumah, menghias kamar tidur hingga rencana bulan madu. Yah sekali dalam hidup gitu lho…!, namun tidak semua kita bisa melakukan seperti itu…

Ini sebuah kisah nyata dari seorang Sahabat saya di sebuah Pesantren Besar yang sudah menusantara, ketika saat-saat indah penganten baru.


Di rumah dinasnya yang sangat-sangat sederhana, beliau menghidangkan kepada sang istri beberapa potong Singkong Rebus dan segelas Kopi Pahit (kopi tanpa gula), tak ada makanan lain selain itu.


“ Bang, gak ada makanan lainkah ? “. Tanya lembut sang istri

“ ya… di hari yang indah ini kita hanya punya Singkong Rebus dan Kopi Pahit, makanlah….” Jawab sang suami apa adanya. Hati kecil sang istri berprasangka baik kepada sang Saumi, barangkali saja sang suami sedang bercanda, maka dimakanlah singkong rebus itu dan dimunum juga kopinya dan ternyata kopinya benar-benar pahit, sang istri hanya tersenyum agak sinis sambil menyimpan pertanyaan besar dalam hatinya namun sepatah katapun dia gak berani mengungkapkan, “ apa artinya ini ya ? “.

tiba-tiba sang suami dengan serius memberikan sebuah statmen kehidupan yang akan dilalui bersama istrinya, “ Sayang… hidup kita saat ini, besok, lusa dan mungkin seterusnya adalah seperti Kopi Pahit ini, kita harus bisa dan terbiasa menelannya karena bisa jadi banyak kepahitan-kepahitan yang akan kita alami dan lebih pahit dari kopi ini, jangan pernah merasa iri dan tergiur dengan kopi manis yang diminum orang lain karena kita hanya punya Kopi Pahit, dan Singkong rebus ini adalah sesungguhnya makanan rakyat yang tangguh menghadapi sulit dan pahitnya kehidupan di negeri ini, dan itu bisa kita dapatkan dengan cara mudah dan halal, maka biasakanlah makan singkong rebus “.


Sahabat, ternyata sahabat saya ini bukan sedang bercanda, beberapa hari yang lalu saya bersama teman bersilaturrahim ke rumahnya dan ternyata sudah dikaruniai 3 orang anak, duduk di saung depan rumahnya telah tersedia makan khas beliau Singkong Rebus + Kopi, “ jangan-jangan kopinya masih pahit, nih “, bisik saya dalam hati, sayapun mencicipi, alhamdulillah ternyata manis, ha ha ha….


Sahabat, bersyukurlah jika hari-hari kita ketika kita lapar ada menu makanan yang bisa kita makan sesuai selera kita, ketika kita haus ada minuman kesukaan kita yang bisa kita beli, diperjalanan ada tukang jualan beraneka jajanan bisa kita dapatkan dengan mudah, karena dikesempatan yang sama banyak sekali saudara-saudara kita yang sehari-harinya untuk mendapatkan sesuap nasi saja harus bekerja keras peras keringat dulu bahkan tidak sedikit harus hutang dulu untuk makan. Maka sangat tidak etis kalo di meja makan kita tersedia menu lengkap dan ketika kita akan menyantapnya LUPA tidak menyebut NAMA ALLAH SWT.


Sekali waktu sempatkanlah berwisata di sebuah desa miskin atau Panti Asuhan dan Pesantren di Pelosok, betapa hebat dan tegarnya mereka mengarungi kehidupan yang serba terbatas, sehari ketemu nasi sekali saja bagi mereka sudah cukup, tidak pernah terfikir bagi mereka ingin makan pizza, hamberger, Es Teller atau menu makanan lain yang lagi ngetrend saat ini


SEDEKAH MENEMBUS KESULITAN

Balasan sedekah tidak berarti berupa materi, namun bisa saja berkah sedekah tersebut berimbas pada ketenangan hati, khusyuknya ibadah, terjaganya diri dari belanja sia-sia. Selain itu manfaat sedekah juga mampu menjadikan manusia sebagai pribadi yang mampu ikhlas kapan saja harta titipan Allah itu harus lepas dari tangannya. Biasa sedekah mental dan jiwanya kokoh, gak gantung sama duniawi suatu saat ada ujian hilang harta ia akan kuat kebiasa gak cinta berlebihan sama harta. Dengan sedekah waktu berlalu gak akan sia-sia, harapan hidupnya digantungkan kepada Allah. Jiwanya akan lapang, ketenangannya bersama jaminan kebesaran Allah SWT yang memiliki kehidupan, secara lahir bathin orang demikian akan sehat jauh dari sakit jiwa

Sedekah itu memang berat jika tidak dilandasi iman yang kuat, padahal Allah menjanjikan balasan yang luas bagi insan yang menyedekahkan hartanya untuk kepentingan di jalan Allah.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tuju bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-NYA) lagi Maha Mengetahui” (Al Baqarah 261).

Orang yang dermawan akan menjadikan keimanan diri mereka boss atas diri, harta dan hatinya. Iman yang menguasai jiwanya, maka kehidupannya akan nyaman. Beda dengan nafsu yang menguasai jiwa seseorang.

Seseorang tidak akan mencapai tingkat kebajikan di sisi Allah, sebelum ia dengan ikhlas menginfakkan harta yang dicintainya di jalan Allah.

Dahulu, setelah surat Ali imron ayat 92 turun, ("Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu, Allah Maha Mengetahui"), para sahabat berlomba-lomba berbuat kebaikan.

Abu Thalhah Al-Anshari seorang hartawan dikalangan Anshar datang menemui Rasulullah saw. dengan memberikan sebidang kebun kurma yang dicintainya untuk diinfakkan di jalan Allah.
Pemberian itu diterima oleh Rasulullah dengan baik dan memuji keikhlasannya. 
Allah SWT Berfirman artinya :
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat buruk (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui" (Qs Al-Baqarah 268).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna ayat "Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan", maksudnya: setan menakut-nakuti kalian dengan kefakiran supaya kalian tetap menggenggam tangan kalian, sehingga tidak menginfakkanya dalam keridhaan Allah.

Sedangkan ayat "Dan menyuruh kamu berbuat buruk", maksudnya: bersama larangannya kepada kalian dari berinfak karena takut miskin, setan menyuruh kalian dengan kemaksiatan, perbuatan dosa, keharaman, dan menyalahi perintah yakni Allah Ta'ala. Membelanjakan kepada kelalaian, nonton bioskop, dugem, bertamasya menghabiskan waktu di mall-mall hingga menjadi kebiasaan menyita sebagian besar waktu dan akhirnya hatinya menjadi keras, anaknya menjadi manja, kecenderungan tersebut menjadi rutinitas tanpa disadari hatinya menjadi asoy duniawi, keluarga kebawa lalai, kelamaan kehidupannya menyimpang, anaknya menjadi penuntut harta warisan, tukang palak, istrinya menjadi matre, kehidupannya menjadi kiamat lalu mengeluh-mengeluh kenapa begini, kenapa begitu karena kejiwaannya dibawa kepada kecenderungan duniawi, kejiwaannya dibawa kepada kepusingan kehidupan yang sempit, kejiwaannya terlalu terbudaki dunia, sampai rejekinya disita suatu saat kelak, berujung ajal dengan beban yang gak ringan.

Kembali kepada tafsir ayat diatas, menurut Al-Jazairi, ayat "Dan menyuruh kamu berbuat buruk" berarti setan menyeru kalian untuk mengerjakan perbuatan buruk, di antaranya bakhil dan kikir. Karenanya Allah Ta'ala memperingatkan para hamba-Nya dari setan dan godaannya, lalu mengabarkan bahwa setan menjanjikan dengan kefakiran, artinya: menakut-nakuti mereka dengan kemiskinan sehingga mereka tidak mengeluarkan zakat dan shadaqah. (Sebaliknya) ia menyuruh mereka untuk berbuat buruk sehingga mengeluarkan harta mereka dalam keburukan dan kerusakan

Dalam hadits Mu'adz, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

والصَّدقَةُ تُطْفِئُ الخَطيئَةَ كَما يُطفئُ الماءُ النارَ ، وصَلاةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوفِ اللَّيلِ

"Shadaqah menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam." (HR. Al-Tirmidzi)

Abu Darda' Radhiyallahu 'Anhu berkata,

صلوا في ظلمة الليل ركعتين لظلمة القبور، صوموا يوماً شديداً حرُّه لحر يوم النشور، تصدَّقوا بصدقة لشرِّ يوم عسير


"Shalatlah dua rakaat di kegelapan malam untuk gelapnya kubur, berpuasalah di hari yang sangat panas untuk (menebus) panasnya hari perhimpunan, dan bershadahlah dengan shadaqah (menebus) untuk hari yang sulit."

RUMPUT TETANGGA TAK SEHIJAU PERSEPSI KITA

Jika Nafsu telah terbelenggu dan dikuasai oleh Setan, maka iman yang telah kita pupuk sekian puluh tahun akan lenyap juga dalam waktu yang amat singkat. Betapa sering hubungan rumah tangga retak dan hancur karena tidak terkontrolnya dan terjaganya interaksi dengan lawan jenis. Maka berhati-hatilah jangan sampai kisah dibawah ini terjadi dalam keluarga kita.

Sebut saja namanya Shidiq seorang pemuda saleh, Sidiq menikah dengan seorang wanita solehah, Anisah. Mereka berdua berasal dari keluarga agamis, terpandang dan mulia. Kedua belah pihak merasa sangat berbahagia dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. karena telah dikaruniai pasangan yang sesuai dan cocok dengan hati. Hari-hari yang mereka jalani penuh dengan keceriaan dan kemesraan.


Sidiq kesehariannya bekerja diluar rumah. Ia berangkat pada pagi hari dan pulang pada sore hari. Anisah tinggal dirumah sendirian. Untuk menghibur hati sang istri dan teman dikala kesepian Sidiq membelikan Anisah komputer. Komputer tersebut diletakkan didalam kamar dan disambungkan padanya internet. Awalnya Anisah tidak tahu apa-apa tentang komputer. Sidiqlah yang mengajarkan cara penggunaan komputer. Hingga pada akhirnya Anisah sudah biasa menggunakan komputer sendiri dengan baik.


Sehabis menyelesaikan pekerjaan rumah, Anisah memanfaatkan waktunya didepan komputer, mengakses berita dan mengikuti perkembangan dunia Islam. Waktu pun terus berjalan dan kehidupan mereka tetap harmonis dan tentram. Sehingga sampai pada suatu hari, Anisah masuk ruang chating dan disanalah ia mulai berkenalan dengan banyak orang. Awalnya hanya tanya jawab tentang nama, tempat tinggal, sehingga karena sudah keasyikan pembicaraan menjadi panjang dan lebar. Telah banyak teman dan kenalan Anisah di ruang chating. Dan setiap hari sehabis pekerjaan rumah, Anisah lebih banyak menghabiskan waktunya untuk chating.


Hingga pada suatu ketika, Anisah berkenalan dengan seorang pemuda di ruang chating, namanya Fatih. Chating mereka lakukan dengan menggunakan kamera. Sehingga diantara mereka saling melihat. Awalnya pembicaran mereka hanya berkisar tanya nama, tempat tinggal dan lainnya. Namun chating ini terus berlangsung setiap hari. Sehingga timbullah rasa suka dihati Fatih pada Anisah. Ia mulai bermanis kata dan merayu. Fatih mulai berkata-kata yang membuat tersentuh hati Anisah. Setan pun tak tinggal diam. Membisikkan kedalam hati Anisah hal-hal yang tidak baik. Anisah berusaha untuk menolak dan melawannya. Namun karena mereka chating setiap hari, dengan saling melihat, akhirnya sedikit demi sedikit timbullah dihati Anisah perasaan suka pada Fatih. Sebenarnya Fatih menyukai Anisah hanya karena kecantikan wajahnya saja, rasa suka yang berlandaskan pada hasrat nafsu. Dan akhirnya Anisah juga terpedaya dengan kata-kata dan ketampanan Fatih yang menjadi teman chatingnya setiap hari tersebut.


Chating itupun terus berlangsung. Dan Sidiq tidak menaruh curiga pada Anisah. Karena ia sangat percaya pada Anisah. Dan Anisah pun sangat pandai menyimpan rahasia. Namun sesuatu yang busuk bagaimanapun pintar menyimpan akan ketahuan juga baunya. Akhirnya Sidiq mulai curiga dengan gelagat Anisah, sehingga setelah ia selidiki akhirnya ia mengetahui bahwa Anisah telah menjalin hubungan gelap dengan seorang pemuda di ruang chating. Fatih sangat marah dan akhirnya ia menjual komputer tersebut. Dan memperingatkan Anisah untuk segera bertobat pada Allah Subhanahu wa Ta'ala. dan meninggalkan pemuda tersebut. Anisah pun mengakui kesalahannya.


Namun, karena hati telah diberikan pada syetan dan hawa nafsu selama ini, Anisah merasa masih sulit menghilangkan bayangan Fatih dari pikirannya. Hatinya telah terpaut pada Fatih. Sehingga tanpa diketahui oleh Sidiq, Anisah menghubungi Fatih lewat telpon. Ia menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya pada Fatih dan tentang perasaannya pada Fatih. Rupanya Fatih telah berhasil menjaring mangsanya. Iapun memanfaatkan kesempatan tersebut, ia mulai merayu dan menggombal. Ia berkata,


"Kalau kamu menyukai dan mencintai saya, tinggalkanlah suamimu! Minta cerailah darinya! Saya akan datang untuk melamarmu dan kamu akan hidup tentram dan bahagia dengan saya."


Anisah yang telah goyah dan lemah imannya ini mulai terpedaya dengan bujuk rayu dan janji-janji Fatih. Ia telah dipengaruhi oleh syetan dan nafsu, ia lebih memilih Fatih dari pada suaminya. Anisah tidak sadar bahwa syetan dan nafsu sedang menipunya dan ingin menghancurkan dirinya dan kehidupan rumah tangganya.


Akhirnya, Anisah minta cerai pada Sidiq. Dan terjadilah perceraian yang tidak diharapkan tersebut. Anisah pulang kerumah orang tuanya. Keluarganya sangat menyesalkan perceraian tersebut. Dan mulailah Anisah berhubungan dengan Fatih. Fatih sering datang kerumah Anisah dan terkadang mengajaknya keluar rumah, dengan mobil mewah yang dimiliki Fatih.


Hari dan minggu terus berganti, namun Fatih belum juga melamar Anisah. Mereka masih menjalani pacaran. Sampai pada suatu malam, Fatih mengajak Anisah menginap di sebuah hotel dan pada malam itu terjadilah perselingkuhan, terjadilah hubungan yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, mereka berzina. Mereka telah dikuasai oleh hasrat nafsu dan syetan.


Hari dan bulan terus berganti, tapi Fatih belum juga datang untuk melamar Anisah. Anisah sangat gelisah dan tidak bisa tenang, ia selalu diberi janji yang tak pasti. Dan sampai pada suatu hari Fatih berkata pada Anisah,


" Wahai wanita yang hina, apakah engkau mengira aku akan menikah dengan wanita seperti dirimu, tidak akan pernah! Aku tidak akan mau menikah dengan wanita murahan seperti dirimu. Engkau tidak lagi berharga, engkau adalah wanita kotor dan hina, engkau tidak layak menikah dengan pemuda terpandang seperti diriku. Aku yakin, kalau sekali sudah berkhianat, kelak engkau berkhianat lagi. Kalaupun engkau kunikahi, kelak bila engkau bertemu pemuda yang lebih ganteng dan lebih kaya dariku pasti engkau akan meninggalkan diriku, sebagaimana engkau telah meninggalkan suami mu yang baik-baik itu. Dan aku tidak mau hal itu terjadi pada diriku, sekarang pergi engkau dari sisiku! Jangan temui aku lagi, aku tidak mau lagi melihat mukamu, aku sudah muak dengan dirimu."


Anisah pun berlalu pergi dengan membawa luka mendalam di hatinya. Hidupnya telah hancur. Masa depannya telah gelap. Ia telah salah selama ini menilai. Ia telah tertipu dan terpedaya. Penyesalan tidak ada lagi gunanya. Kembali pada suami yang pertama, tak akan mungkin suaminya mau menerima dengan keadaan dirinya saat ini, kembali pada keluarganya, ia merasa malu, ia tidak tahu harus melangkah kemana dan mengadu pada siapa. Hanya kepada Allah Swt. Mengadukan segala kelukaan dan kesalahan yang dilakukan selama ini. Anisah telah menyadari kekeliruannya dan sangat menyesal atas apa yang telah ia lakukan., yah....rumput tetangga kadang terlihat lebih hijau dari rerumputan kita karena bisa jadi kita tidak merawatnya.


Sahabat, betapa pintu-pintu masuk Perzinaan dan Perselingkuhan saat ini sangat dengan mudah kita dapatkan, mulai dari senda gurau dengan lawan jenis lewat chating, berduan dengan lawan jenis ditempat-tempat yang aman dari penglihatan orang, di privat room warnet, di ruang kantor, karaoke room, mini movie room, di tempat wisata, di hotel dan Villa, hingga di rumah kita sendiri. Ditambah lagi banyaknya ivent-ivent yang membuat kita terpompa nafsu syahwat kita, juga tontonan-tontonan dan bacaan-bacaan yang mengexploitasi pornografi sangat mudah didapatkan dan mudah diakses oleh siapapun.


Maka Allah sangat melarang mendekati pintu-pintu masuk perzinaan itu apalagi sampai memasukinya, "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan seburu-buruknya jalan (hidup yang ditempuh)." (al-Israa': 32),


Bukan hanya itu, Berhati-hatilah dengan perbuatan zina karena ternyata zina adalah hutang, coba kita cermati baik-baik nasehat dari Imam Syafi'i berikut ini


Imam Syafi`i yang mengatakan, "BERHATI-HATILAH DENGAN ZINA, SEBAB ZINA ADALAH HUTANG. BARANGSIAPA YANG BERZINA MAKA TUNGGULAH PEREMPUAN-PEREMPUANNYA (IBU, SAUDARA, ISTRI, ANAK, DLL) AKAN DIZINAHI WALAUPUN LEWAT LUBANG DINDING RUMAHNYA."


Rasulullah SAW telah bersabda: menceritakan pengalamannya saat diisra`kan:


"Pada malam aku diisra`kan, aku dibawa pergi melihat sekumpulan manusia yang sangat banyak jumlahnya, terdiri dari kaum wanita, ada yang digantungkan pada payudaranya dan ada pula yang digantungkan pada kedua kakinya dalam keadaan terjungkir. Mereka mengeluarkan suara jeritan dan rintihan kesakitannnya. Aku bertanya: 'Hai Jibril, siapakah mereka?' Jibril menjawab:'Mereka adalah wanita-wanita yang suka berzina, tega membunuh anak-anak mereka dan menyerahkan diri mereka kepada selain suami mereka."