Menelusuri Jejak Kehidupan Nabi Ibrahim
Nabi
Ibrahim adalah satu diantara Nabi yang harus diteladani. Ketundukannya
kepada sistem nilai-nilai dan aturan ilahiah selalu menjadi contoh untuk
kehidupan sepanjang masa. Ketika Allah memerintahkannya agar tunduk dan
patuh, Nabi Ibrahim tidak menunda-nundanya walau sesaat, tidak pernah
terbetik keraguan dihatinya sedikit pun, apa lagi menyimpang. Ia
menerima perintah Allah dengan tulus dan ikhlas.
Keimanan dan
Keislaman serta ketundukan Nabi Ibrahim tidak hanya untuk dirinya
sendiri, bahkan tidak hanya untuk generasi pada zamannya, melainkan
untuk seluruh generasi ummat manusia. Nabi Ibrahim telah mewariskan
Islam untuk anak cucunya, untuk generasi berikutnya sampai akhir masa.
Allah berfirman:
وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلاَّ مَن سَفِهَ نَفْسَهُ
وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ
الصَّالِحِينَ ﴿١٣٠﴾ إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ
لِرَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٣١﴾ وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ
وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ
تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٣٢﴾
Artinya: “Dan
tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang
memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia
dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang
saleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim
menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". Dan Ibrahim
telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub.
(Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam". (Q.S. Al-Baqarah: 130-132).
Nabi Ibrahim mewasiatkan
agar anak cucunya menerima dan menegakkan Islam secara utuh dan
konsisten dalam merealisasikannya. Ketulusan dalam menerima dan
menegakkan Islam serta konsisten dalam mengamalkannya merupakan jaminan
untuk memperoleh kebaikan hidup. Sebaliknya, ketidakpatuhan dan
mengambil ajaran selain ajaran Islam dapat mengakibatkan kehidupan
manusia menjadi centang perenang, bahkan akan mengakibatkan manusia
terjebak ke dalam krisis multi dimensi yang berkepanjangan.
Empat belas abad yang lalu Rasulullah telah memberikan isyarat tentang
situasi yang akan menimpa sebuah bangsa yang tidak konsisten menjalankan
aturan agama, bahwa mereka akan dilanda berbagai krisis, baik krisis
sosial, politik, ekonomi, moral, dan budaya yang berkepanjangan.
Kelihatannya isyarat Rasul tersebut pada saat ini telah bermunculan di
tengah-tengah bangsa yang sedang dirundung krisis multi dimensi.
Kita dapat menyaksikan adanya manusia-manusia yang secara lahir
berpenampilan rapi, bersih dan menarik, dengan gaya dan isi pembicaraan
yang memukau, seolah ingin menggambarkan tingginya kemampuan intelektual
mereka dan keberpihakan mereka kepada kebenaran dan keadilan. Padahal,
kondisi sebenarnya mereka membenci dan memusuhi tegaknya kebenaran dan
keadilan dalam kehidupan. Orang-orang seperti itulah yang kemudian
populer disebut politisi busuk dan birokrat nakal.
Penampilan
mereka yang meyakinkan bisa menutupi pandangan orang-orang tentang
kondisi bathin mereka yang sesungguhnya, hidup mereka penuh dengan
kepura-puraan, dan kelihatannya hal demikian telah menjadi realitas
sosial yang membudaya. Akibatnya, terjadi pergeseran norma-norma sosial
dan budaya, yang pada akhirnya menumbuhkan berbagai perilaku menyimpang
yang berpengaruh besar terhadap keamanan dan kenyamanan dalam hidup
bermasyarakat.
Gaya hidup seperti itulah yang mengobarkan
kemunafikan dan kepura-puraan di berbagai sektor kehidupan. Di sana ada
politisi busuk, birokrat nakal, pemimpin yang tidak berkualitas, yang
kerjanya hanya mengeruk kekayaan buat dirinya sendiri, pedagang yang
tidak mengindahkan norma-norma yang ada, dan merebaknya dekadensi moral
yang dilakukan masyarakat secara terang-terangan. Dalam waktu yang
bersamaan masyarakat tidak berdaya untuk memberantas berbagai jenis
perilaku yang menyimpang itu, akibatnya persepsi dan pandangan orang
menjadi berubah, yang salah dipandang benar dan yang benar dipandang
salah.
Tiga puluh tahunan yang lalu kita dapat merasakan adanya
suatu pandangan yang sama di tengah masyarakat bahwa berhubungan
seksual di luar nikah merupakan aib besar buat keluarga dan merupakan
dosa besar yang harus benar-benar dijauhi.
Pandangan ini diterima
secara umum sebagai suatu norma yang berlaku di masyarakat, sehingga
bila ada orang yang melanggarnya akan mendapat perlakuan yang sama dari
seluruh lapisan masyarakat di mana saja. Ia akan menerima sangsi sosial
berupa tereleminasinya dari pergaulan sosial, dan akan merasakan sebagai
pihak yang terhukum, yang akhirnya menimbulkan efek jera.
Tapi
tidak demikian dengan kondisi masyarakat dewasa ini. Berzina dianggap
sebagai salah satu ciri gaya hidup modern, demikian juga perbuatan
menyimpang lainnya dipandang hal yang biasa dan tidak ada rasa bersalah
bila melakukannya. Kemudian pandangan seperti ini menjadi populer di
tengah masyarakat, sehingga norma-norma sosial menjadi berubah.
Berbagai perilaku menyimpang terjadi di mana-mana. Mulai dari kejahatan
politik sampai kejahatan moral. Akibatnya masyarakat terutama yang awam
merasa kesulitan untuk memilih dan membedakan mana perbuatan baik yang
dapat membawa keamanan dan kebahagiaan hidup, dan mana perbuatan buruk
yang dapat membawa kesengsaraan pada kehidupan. Kebejatan moral seperti
itu masih diperparah oleh perilaku para pemimpin bangsa yang buruk.
Mereka masih banyak yang melakukan korupsi dan manipulasi, melakukan
penipuan dan penyalahgunaan wewenang dan jabatan. Akibatnya dunia
ekonomi kita mengalami keterpurukan luar biasa yang menyebabkan kita
dikangkangi sistem kapitalisme global yang terus memiskinkan
bangsa-bangsa di dunia.
Kelihatannya sampai saat ini belum
terlihat tanda-tanda yang jelas bangsa ini dapat keluar dari krisis yang
telah mengepung. Lebih celaka lagi apabila masih banyak masyarakat dan
pemimpin di negeri ini yang enggan untuk kembali kepada pengamalan agama
yang sesungguhnya dan melestarikan akar budaya yang baik. Yaitu ajaran
Islam yang dilukiskan Nabi Ibrahim sebagai satu-satunya jalan menuju
pencapaian cita-cita untuk memperoleh kesejahteraan dan kedamaian. Sebab
harus diyakini, Islam adalah satu-satunya jalan untuk menuju masyarakat
yang adil, sejahtera, aman dan damai.
Dalam kondisi kekinian,
dimana kita ummat Islam yang akan merayakan Hari Raya Idul Adha pada
tanggal 26 Oktober 2012, sewajarnyalah kalau kita menelusuri kembali
jejak-jejak kehidupan yang telah diwariskan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
untuk kita jadikan sebagai icon dalam menata kehidupan menuju
pribadi-pribadi yang senantiasa tunduk kepada kehendak dan ketentuan
Allah SWT. Bila hal itu dapat dilakukan insya Allah Negara ini akan
memiliki pemimpin-pemimpin dan masyarakat yang hatinya selalu tunduk
kepada Allah.
No comments:
Post a Comment