Showing posts with label RAMADHAN. Show all posts
Showing posts with label RAMADHAN. Show all posts

Wednesday 7 June 2017

Apakah Sikat Gigi Pake Odol Membatalkan Puasa?


TANYA: Apa hukumnya sikat gigi pake odol selama berpuasa? Apakah membatalkan puasa?

JAWAB: Menyikat gigi dengan pasta/odol dalam keadaan berpuasa, hukumnya mubah (boleh). Tidak ada larangan dan tidak termasuk dalam perkara yang membatalkan puasa. Namun, hati-hati saja, jangan sampai odolnya atau airnya tertelan.


Jika sampai odol atau airnya ditelan dengan sengaja, itu baru membatalkan puasa. Rasulullah Saw sangat menganjurkan umatnya sikat gigi, terutama ketika hendak shalat.
“Andaikan tidak memberatkan umatku, niscaya perintahkan mereka untuk gosok gigi setiap hendak shalat.” (HR. Bukhari)
“Bersiwak (sikat gigi) bisa membersihkan mulut dan mendatangkan ridha Allah.” (HR. Nasa’i)

Hadits-hadits tentang anjuran sikat gigi di atas berlaku dalam setiap keadaan, tidak ada pengecualian, sehingga keumuman hadits mencakup orang yang puasa dan orang yang tidak puasa.

Ulama asal Arab Saudi, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz , pernah ditanya, “Apakah seseorang yang berpuasa boleh menggunakan pasta gigi padahal dia sedang berpuasa di siang hari?”

Ia menjawab, “Melakukan seperti itu tidaklah mengapa selama tetap menjaga sesuatu agar tidak tertelan di kerongkongan. Sebagaimana pula dibolehkan bersiwak bagi orang yang berpuasa baik di pagi hari atau sore harinya.” (Fatwa Ramadhan).

Pertanyaan yang serupa juga pernah disampaikan kepada Syaikh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin, “Apa hukum menggunakan pasta gigi bagi orang yang berpuasa di siang hari bulan Ramadan?”
Ia menjawab, penggunaan pasta gigi bagi orang yang sedang berpuasa tidaklah mengapa (boleh) jika pasta gigi tersebut tidak sampai masuk ke dalam tubuhnya (tidak sampai ia telan). Akan tetapi, yang lebih utama adalah tidak menggunakannya, karena pada pasta gigi terdapat rasa yang begitu kuat yang bisa jadi masuk ke dalam perut seseorang tanpa dia sadari."

Dengan demikian, jelaslah, sikat gigi pake odol di siang hari selama puasa, tidak membatalkan puasa dengan ketentuan sebagaimana dijelaskan di atas. Wallahu a'lam bish-shawabi. (http://www.risalahislam.com).*




Wednesday 1 August 2012

KESADARAN MEMANEN PAHALA

Bulan Ramadhan adalah bulan Ibadah, bulan berbuat baik, bulan kebaikan, bulan simpati, bulan pembebasan dari neraka, bulan kemenangan atas nafsu, dan kemenangan. Pada bulan tersebut, Allah melimpahkan banyak kerunia kepada hamba-hamba-Nya dengan dilipatgandakan pahala dan diberi jaminan ampunan dosa bagi siapa yang bisa memanfaatkannya dengan semestinya. Berikut ini kami hadirkan beberapa amal-amal utama yang sangat ditekankan pada bulan Ramadhan.

Selain dikenal sebagai syahru shiyam, syahru qiyam, dan syahru Qur'an, Pada bulan Ramadhan, para salaf berkonsentrasi membaca Al Qur`an. Di antara mereka ada yang mengkhatamkan Al Qur`an setiap minggu, ada yang setiap tiga hari, ada juga yang menamatkan dalam waktu dua malam. Bahkan ada di antara mereka pada saat sepuluh malam yang terakhir, menamatkan Al Qur`an setiap malam. Hendaknya membaca dengan tartil, memperhatikan hukum-hukum tajwid disertai dengan mentadabburi ayat-ayat yang dibacanya. 

Jika ayat yang dibaca berkaitan dengan kekurangan atau kesalahannya, maka hendaknya dia beristighfar. Jika melewati ayat-ayat yang berkaitan dengan rahmat Allah, maka hendaknya dia meminta kepada Allah rahmat Allah tersebut. Jika melewati ayat-ayat tentang adzab, maka hendaknya dia takut dan berlindung kepada Allah dari adzab tersebut. Oleh karena itu, jika membaca Al Qur`an dengan cepat dan kurang memperhatikan hukum-hukum tajwid, maka sulit untuk mempraktekan tadabbur Al Qur`an. 

Bahkan membaca Al Qur`an dengan cepat tanpa aturan, terkadang hukumnya bisa menjadi haram, jika sampai menimbulkan perubahan huruf-huruf (tidak keluar sesuai dengan makhrajnya), karena menyebabkan terjadinya perubahan atas Al Qur`an. Adapun jika membaca dengan cepat, namun tetap memperhatikan hukum-hukum tajwid, maka tidak mengapa, karena sebagian orang mudah bagi lisannya membaca Al Qur`an (dan sebagian orang bisa mentadabburi Al Qur`an walaupun dibaca dengan cepat).

Yang menyedihkan, banyak orang tidak mengerti kemuliaan bulan suci ini. Tidak menjadikan bulan suci ini sebagai lahan untuk memanen pahala dari Allah dengan memperbanyak beribadah, bersedekah dan membaca Al Qur`an. Namun bulan yang agung ini, mereka jadikan musim menyediakan dan menyantap aneka ragam makanan dan minuman, menyibukkan kaum ibu terus berkutat dengan dapur. 

Bulan Ramadhan merupakan momen yang spesial sehingga beliau lebih dermawan lagi. Bahkan dalam hadits, kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan melebihi angin yang berhembus. Diibaratkan demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus cepat. Dalam hadits juga angin diberi sifat ‘mursalah’ (berhembus), mengisyaratkan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki nilai manfaat yang besar, bukan asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan bermanfaat adalah angin yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari.

Kemuliaan zaman (waktu) dan dilipat gandakannya amal-amal shalih di dalamnya. Dalam Sunan al-Tirmidzi, dari Anas bin Malik secara marfu', "Shadaqah yang paling utama adalah pada bulan Ramadhan."

Sesungguhnya malam dan siang Ramadhan adalah waktu-waktu yang mulia dan utama, maka manfaatkanlah dengan memperbanyak dzikir dan doa, khususnya pada waktu-waktu istijabah, di antaranya:

- Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak ditolak.

- Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan berfirman, "Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang beristighfar, pasti Aku ampuni dia."

- Beristighfar di waktu sahur, seperti yang Allah firmankan, "Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Al-Dzaariyat: 18)

MALAM-MALAM IBADAH

Ingat, diskon besar-besaran ini hanya ada di Bulan Ramadhan. Maka siang malam kita harus berupaya untuk mendapatkannya dengan penuh kesungguhan. Siang hari mungkin sebagian besar dari kita sudah harus sibuk dengan berbagai macam jenis pekerjaan. Maka malam kita tidak boleh berhenti, apalagi sekedar mengisinya dengan tidur yang berlebihan, ngobrol kesana-kemari, atau hanya menonton tv. Tentu akan sangat merugi jika malam-malam Ramadhan kita lalui dengan sekedar seperti itu. Sebab di malam hari, terutama di Bulan Ramadhan, terdapat banyak sekali keutamaan bagi mata yang mau begadang. 

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam; “Ada dua mata yang tidak akan tersentuh api neraka. Mata yang menangis karena takut kepada Allah. Dan mata yang begadang berjaga dalam jihad fii sabilillah.” (HR At-Tirmidzi).

Sebagaimana jamak dipahami bahwa Ramadhan adalah bulan penuh ampunan, maka perbanyaklah menangis di malam hari dengan keikhlasan untuk mendapat ampunan dari-Nya. Sebuah hadits menjelaskan bahwa air mata dari tangisan karena memohon ampun kepada Allah bisa memadamkan api neraka.

Bagaimana kalau ternyata kita sulit menangis di malam hari? Perbanyakah mengingat Allah dengan dzikir, menyebut-nyebut keagungan-Nya dan ingat-ingatlah dosa yang telah kita perbuat, serta bayangkanlah dalam diri dahsyatnya hari kiamat. Dengan kebeningan niscaya semua itu akan mengundang kesedihan dan ketakutan luar biasa dalam hati.

Jika itu semua juga tidak mampu menggoncangkan jiwa dan hati kita untuk takut atas kedahsyatan hari kiamat. Maka lihatlah saudara-saudara kita yang sedang dilanda bencana peperangan dan kelaparan. Setiap hari mereka menahan lapar, sementara kita hidup senang diliputi berbagai kenikmatan.

Rasulullah menangis bukan karena dosa-dosanya, tetapi karena rasa syukurnya yang luar biasa, sehingga terasalah kehinaan diri, ketidak-berdayaan diri, sehingga muncul rasa syukur yang amat 
dahsyat. Selain itu beliau juga mengalami sedih yang luar biasa ketika melihat ummatnya dalam kesengsaraan. Hal itulah yang menyebabkan beliau lebih banyak menangis daripada tertawa terbahak-bahak. Inilah yang diteladani oleh seorang Abdullah bin Umar, ia berkata: “Aku menangis karena takut kepada Allah lebih aku sukai dari pada aku berinfak sebesar seribu dinar”.

Hadits yang lain menjelaskan bahwa; “Tidak ada sesuatu yang lebih Allah sukai selain dua tetes dan dua jejak, tetesan air mata karena takut kepada Allah, da tetesan darah yang mengalir di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi).

Ibnu Mas'ud ra, juga meriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda, "Setiap mukmin yang meneteskan air mata karena takut kepada Allah walau hanya sekecil kepala seekor lalat, lalu air matanya itu membasahi pipinya niscaya Allah haramkan neraka untuk menyentuhnya." (HR.Ibnu Majah).

Malam hari adalah waktu yang paling tepat untuk kita mengasah hati ini memahami semua hal penting di atas yang selama ini mungkin sering kita abaikan atau tidak kita pedulikan. Padahal hanya dengan banyak memohon ampunan kepada Allah sambil meneteskan air mata, kita akan merasakan nikmat hidup yang sesungguhnya.

PROGRAM SUKSES BERSAMA RAMADHAN

Sahabat, Alhamdulillah tanpa terasa kita telah berada di depan PINTU GERBANG BULAN KEMULIAAN yang didalamnya terdapat SEGALA BENTUK ENERGI KESUKSESAN, Energi Sukses Menghapus Segala Dosa , Energi Sukses Meraih, mensucikan dan mengabadikan Harta, Energi Sukses menahan nafsu menundukkan mata, Energi Sukses terbebas dari segala bentuk Krisis dan Siksa, Energi Sukses meraih Cita dan Cinta. Lalu apa saja yang harus kita lakukan agar kita SUKSES BERSAMA RAMADHAN :

1. TAU ILMU PUASA, inilah hal-hal penting minimum yang harus kita ketahui supaya Puasa kita Syah dan tidak asal-asalan :

a) Syarat wajibnya puasa yaitu: (1) islam, (2) berakal, (3) sudah baligh dan (4) mengetahui akan wajibnya puasa yaitu : 1) Sehat, tidak dalam keadaan sakit.(2) Menetap, tidak dalam keadaan bersafar. 3) Suci dari haidh dan nifas.

b) Rukun puasa adalah menahan diri dari berbagai pembatal puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari


c) Pembatal Puasa : 1. Makan minum dengan sengaja, 2. muntah dengan sengaja, 3. Datang Haidh atau nifas, 4. Sengaja orgasme, 5. Niat membatalkan puasa, 6. Bersetubuh saat waktu puasa.


d) Sunah-Sunnah Puasa : 1. Mengakhirkan sahur / boleh sahur saat waktu imsak 2. Menyegerakan berbuka, 3. Berbuka dengan korma dan air, 4.memperbanyak sedekah dan ibadah.


e) Puasa Yang Sia-Sia : 1.Berdusta, 2.berkata kotor dan tak berguna, 3.Melakukan segala bentuk perbuatan maksiat.

f) Yang dibolehkan ketika Puasa : 1. Mandi junub waktu Fajar karena ketiduran, 2.bersiwak, 3. Berkumur-kumur dan membersihkan hidung, 4. Mencium istri ala kadarnya, 5.bekam atau donor darah, 6. Mencicipi makanan hanya diujung lidah, 7. Pakai celak dan tetes mata, 8. Mandi menyiram kepala, 9. Menelan dahak, 10. Muntah tidak sengaja, 11. Makan, minum, bersetubuh tapi lupa sedang puasa.

g) Yang boleh tidak berpuasa : 1.sakit yang mengharuskan minum obat, 2.bepergian yang melelahkan, 3. Wanita hamil dan menyusui, (1,2,3 harus mengganti puasanya diluar Ramadhan ) , 4. tua renta lemah atau sakit yang tak kunjung sembuh (harus membayar Fidyah = harus dirupakan makanan dan diberikan kepada orang miskin, kalaupun berupa uang harus segera dibelikan makanan jadi senilai harga 3 kg beras atau Rp.25.000,- dibayarkan pada saat masih dalam bulan Ramadhan)


h) Zakat Fitrah : Wajib bagi setiap muslim yang masih hidup sampai akhir ramadhan dan mampu membayar, harus berupa beras senilai Rp.2,5kg atau kalau berupa uang senilai Rp.25.000,- harus segera dirupakan beras ketika itu juga )


i) Sholat tarawih : 1.Waktu : setelah sholat isya’ sampai menjelang shubuh, 2.Jumlah Rakaat : 11 rakaat dengan salam setiap dua rakaat dan istirahat setiap 4 rakaat, berjama’ah bersama imam.


j) I’tikaf : 1.tempatnya dimasjid, 2.lama I’tikaf tidak dibatasi, 3. Berupaya menghidupkan 10 malam terakhir bulan ramadhan untuk meraih malam 1000 bulan / Lailatul Qodar




PUASA 24 JAM ?= Sahabat sering kita hanya mengartikan Puasa hanyalah menahan lapar dan haus mulai terbit Fajar hingga terbenamnya Matahari yang kurang lebih 14 Jam. Itu hanyalah Puasa Lahiriyah yang wajib kita lakukan namum PUASA RUHIYAH = Menahan Gejolak Hawa Nafsu untuk Tidak Bermaksiat dalam bentuk apapun tidak bisa hanya kita lakukan dalam 14 Jam tetapi harus 24 Jam mulai dari menahan pandangan mata dari segala yang menimbulkan Syahwat, menahan tangan dari menyakiti dan menyulut birahi, menahan kaki dari melangkah ke tempat yang keji, menahan Mulut dari amarah dan gosip yang menusuk hati, dan segala perbuatan yang membuat Allah SWT gak suka.



SHOLAT TARAWIH DI SEPERTIGA MALAM TERAKHIR = coba kita lihat fenomena Tarawih di Masjid-Masjid dan Musholla, Semarak di awal akhir-akhir bulan bubar, mengapa ? Sholatnya kurang asyik bahkan tidak berkualitas !, menghadap Sang Maha Pengampun seperti kita lomba lari siapa duluan dialah pemenangnya. Padahal Nabi dan para Sahabatnya melakukannya di sepertiga malam terakhir dengan kulaitas yang maksimal. Mengapa tidak kita coba lakukan saja di Rumah bersama Istri, anak, saudara dan Pembantu kita sebagai sarana Konsolidasi Spiritual agar Rumah Tangga kita semakin Kokoh di salah satu ruangan yang kita desain sebagai Masjid. Atau mengajak Ta’mir masjid terdekat untuk mengadakan Sholat Tarawih di tengah malam, kalaupun tidak memungkinkan carilah Masjid yang Sholat Tarawihnya termenej dengan baik, tertib dan tenang.


TADARUS AL-QUR'AN = ini sarana efektif Konsolidasi Spiritual Keluarga jika kita mau melakukan di Rumah bersama keluarga, undang Anggota Keluarga atau Guru Al-Qur'an yang punya kemampuan untuk membimbing selama Ramadhan, minimal sehari 1 Juz sehingga 1 Bulan Ramadhan kita khatam.


1. I'TIKAF 10 MALAM TERAKHIR = Apa yang terfikir oleh kita ketika hari telah mendekati HARI RAYA ? ya…BELANJA dan MUDIK ! , padahal saat-saat itulah KETENTUAN SUKSES RAMADHAN akan kita dapatkan dan PUNCAK PENGHARGAAN DIBERIKAN berupa LAILATUL QODAR. Harusnya Kita ajak keluarga kita ke Masjid yang Terbaik yang menyelenggarakan Program I'tikaf yang berkualitas. Nah supaya Akhir Ramadhan kita gak terganggu dengan acara Shooping & Mudik, sebaiknya sekarang ini puas-puasin pilih pakaian buat Lebaran dan Silaturrahim kepada Keluarga sekaligus kasih hadiah buat Ramadhan dan Lebaran itu jauh lebih baik.


UMROH AKHIR RAMADHAN, inilah enaknya kalo jadi orang kaya, bisa I’tikaf 10 Akhir Ramadhan di Haramain, masyaa Allah indahnya…..rugi banget kalo punya duit buat melancong kesana kemari, tapi gak nyempetin duduk didepan Ka’bah tengah malan di Akhir Ramadhan.


Sunday 22 July 2012

Jangan Khatamkan Al-Qur’an di Bulan Ramadhan

Ramadhan disebut juga bulan-nya Al-Qur’an; karena memang pada bulan inilah Allah swt menurunkan ayat pertama Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw yang juga sebagai tanda bahwa beliau telah diangkat menjadi Rasul untuk semesta alam ini.
Selain itu juga, karena memang pada bulan ini semua orang muslim menjadi sangat begitu dekat dengan al-Qur’an. Sehingga kita tidak bisa mendapati seorang muslim di bulan Ramadhan ini kecuali ia sedang menggenggam mushaf Al-Qur’an, baik itu dikantongi ataupun di-‘tengteng’. Itu saking giatnya mereka, sehingga mereka tidak ingin melewatkan kesempatan sedikit pun di waktu-waktu bulan Ramadhan ini kecuali ia manfaatkan dengan membaca mushaf Al-Qur’an.
Dan tidak jarang, bahkan hampir semua umat Islam mengusung target khatam Qur’an pada bulan suci ini. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Bahkan ada sekelompok pemuda atau remaja yang mengadakan perlombaan siapa yang paling banyak khatam-nya, dan menjadi sebuah prestise tinggi jika bisa mengatakan “Alhamdulillah saya sudah khatam 2 kali Ramadhan ini”. Begitulah kira-kiranya.
Tapi semangat ini, semangat mengkhatam-kan al-Qur’an di bulan Ramadhan hendaknya tidak digeneralisir untuk semua orang. Bagi mereka yang memang sudah mahir dan mengerti hokum-hukum Tajwid (kaidah membaca al-Qur’an) dan bisa membacanya dengan benar, ya sah-sah saja buat mereka untuk mengkhatamkan al-Qur’an. Karena tidak akan menjadi masalah.
Tapi bagi mereka yang belum mahir membaca al-Qur’an atau bahkan tidak mengerti hokum-hukum tajwid (sebenarnya membaca al-Quran dengan tajwid itu –sesuai Ijma’ Ulama- hukumnya fardhu ‘Ain), maka program mengkhatamkan al-Quran ini sungguh tidak layak dikerjakan oleh mereka.
Al-Qur’an itu ada 30 Juz, berarti kalau kita ingin mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan ini, kita diharuskan untuk menghabiskan satu hari ini dengan membaca 1 juz AL-Qur’an (dengan asumsi bahwa 1 bulan Ramadhan itu 30 hari). Dan satu juz Al-Qur’an itu terdiri dari sepuluh lembar mushaf Madani (cetakan Arab Saudi) yang sama juga 20 halaman Mushaf. Berarti mau tidak mau, kita harus membaca 20 halaman mushaf setiap harinya.
Menurut pengalaman yang saya temui dari beberapa kawan yang memang sudah mahir membaca al-Qur’an dan tentu saja mereka sangat mengerti hukum tajwid, membaca 1 juz atau 20 halaman mushaf al-Qur’an itu membutuhkan waktu 60-90 menit (1 sampai 1,5 jam). Itu bagi mereka yang lancar membacanya.
Tentu bagi kawan-kawan yang belum lancer dan mungkin tidak mengerti hokum-hukum tajwid, tentunya akan membutuhkan waktu lebih lama lagi. Tapi yang terjadi di lapangan, karena memang keinginan besarnya dan sudah menjadi target Ramadhan dari jauh-jauh hari, ia paksakan untuk bisa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan suci ini, akhirnya ia membaca sesukanya, tanpa peduli dengan kaidah-kaidah hokum tajwid. Ia tergesa-gesa dan terus membaca al-Quran walaupun salah, yang penting bisa memenuhi target baca satu hari satu juz bahkan lebih.
Padahal Allah telah memerintahkan dalam ayat-Nya:
“Dan Bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan (tartil)” (Al-Muzzammil 4)
Belum lagi mereka yang punya kesibukan, pekerjaan yang memang memakan waktu dan tenaga. Apa mungkin mereka kuat duduk 1 jam lebih dengan bacaan yang sudah tidak bisa dimengerti lagi? Yang terjadi akhirnya mereka bukan membaca Qur’an, tapi justru malah menghinakan Qur’an itu sendiri karena telah dibaca seenaknya, sesukanya, padahal ada kaidah yang HARUS diikuti. Alih-alih ingin menghargai dan menghormati al-Qur’an dengan mengkhatamkannya, tapi mereka malah menghinakannya.
“Loh bukankah baca Qur’an itu tetap mendapat pahala walaupun tidak mengerti artinya?”. Ya benar sekali. Siapapun yang membaca al-Qur’an pasti mendapat pahala walaupun ia tidak mengerti artinya atau tidak paham kaidahnya, malah mendapat 2 pahala, begitu hadits Nabi menjelaskan.
Tapi itu bagi mereka yang ma uterus belajar mempelajari kaidah-kaidahnya, bukan untuk kejar target khatam Qur’an tanpa mau belajar di sebelum bulan atau sesudah bulan Ramadhan seperti kebanyakan yang orang kerjakan belakangan ini. Mereka sepertinya menyepelekan al-Qur’an dengan ke-ogah-an mereka untuk belajar.
Lalu Bagaimana?
Semangat beribadah di bulan Ramadhan ini harusnya juga di implementasikan dengan melakukan ibadah sesuai kaidah yang telah ditetapkan oleh syariah itu sendiri. Dan di bulan Ramadhan ini, baiknya kita konversi semangat mengkhatamkan Qur’an itu menjadi semangat “BELAJAR TAJWID”. Jadi bulan Ramadhan ini sebutan barunya ialah “Bulan Tajwid”.
Tidak ada lagi cara kita untuk bisa lancer membaca al-Qur’an dan mengerti hokum serta kaidah-kaidahnya kecuali dengan kita mempelajari Tajwid itu sendiri. Karena ulama sejagad raya ini telah bersepakat bahwa mambaca AL-Quran dengan tajwid itu hukumnya Fardhu ‘Ain. Artinya kewajiban itu sama seperti kewajiban shalat 5 waktu yang harus dikerjakan oleh personal masing-masing muslim. Tidak ada tawar-tawaran lagi.
Waktu-waktu yang awalnya telah kita jadwalkan untuk berkhatam (tapi dengan bacaan salah), kita rubah dengan belajar tajwid, entah itu dengan mendatangi kawan yang mengerti guna meminta beliau mengajarkan kita tajwid. Atau mendatangi seorang ustadz/kiyai, atau juga kita mengikuti halaqah-halaqah tajwid yang biasa banyak digelar di masjid-masjid sekitar rumah kita masing-masing.
Satu bulan ini kita “khatamkan” ilmu tajwid itu, sehingga nantinya ketika keluar bulan Ramadhan ini kita sudah mampu membaca Qur’an dengan benar tanpa salah Insya Allah. Akhirnya bulan Ramadhan yang akan dating kita sudah siap dengan segudang target, baik itu meng-khatamkan al-Qur’an ataupun yang lainnya.
Akhirnya juga kita bisa tinggalkan kebiasaan buruk kita yang telah lama kita kerjakan, yaitu “masuk Ramadhan baca Qur’an nya begitu, keluar Ramadhan juga tetep ngga berubah, tetep salah. Tiap taon kaya begitu, trus buat apa ada kesempatan belajar di Ramadhan?”

Meng-Khatam-Kan Qur’an Itu Gampang Dan Tidak Perlu Nunggu Ramadhan
Urusan mengkhatamkan Qur’an itu buat saya urusan yang paling gampang di antara ibadah-ibadah yang lain. Jadi jangan takut nggak bisa mengkhatamkan Qur’an, karena mengkhatamkan Qur’an itu gampang, sebentar dan bisa kapan saja, nggak perlu nunggu Ramadhan untuk bisa khatam.
Percayakah Anda bahwa dalam satu hari saja, saya atau kita semua itu bisa mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak 70 kali bahkan seratus kali. Lah wong nggak butuh waktu lama kok, Cuma sekitar 3 sampai 5 menit kita bisa mengkhatamkan al-Qur’an.
Nabi Muhammad saw bersabda:
“Barang siapa yang membaca ‘qul huwallahu ahad’ (surat al-ikhlas) sekali berarti ia telah membaca sepertiga al-Qur’an” (HR Tirmidzi)
Dengan begitu, kalau kita membaca surat Al-Ikhlas itu sebanyak 3 kali berarti kita telah mengkhatamkan al-Qur’an. Mudah bukan? Jadi tidak perlu nunggu-nunggu Ramadhan untuk kita bisa khatam Qur’an.
Ramadhan itu kesempatan emas untuk kita menambah intensitas ibadah kita kepada Allah termasuk dengan membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Bukan kejar-kejaran target siapa yang paling banyak khatamnya. Buat apa khatam berkali-kali tapi tidak mau belajar dan tidak mau sadar kalau bacaan kita tidak benar?
Jadi pertanyaan yang harus keluar dari mulut kita ketika bertemu saudara dan kawan ialah bukan “berapa kali sudah khatam?” tapi “sudah berapa hukum tajwid yang sudah dipelajari?”.
Wallahu A’lam.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21726/jangan-khatamkan-al-quran-di-bulan-ramadhan/#ixzz21IZjUXWo