Wednesday 9 June 2010

Bolehkah Aku Cuti dari Dakwah??

Jazakumullah ahsanal jaza kepada semua orang2 yg sering menasehati dan memberikan saya kritik, saran serta motivasi akan perjalanan dalam kehidupan ini. Salah satunya yaitu catatan dari sahabat yg saya publish saat ini, yg memberikan sy pelajaran berharga.

==========================
=============================

Sunyi.. itulah yang sedang kurasakan. Bergelut dengan aktifitas dakwah yang menyita banyak perhatian, baik tenaga, harta, waktu dan sebagainya. Seakan menempa diriku untuk terus belajar menjadi mujahid tangguh.

Tapi kini, hatiku sedang dirundung kegalauan mencari tahu tentang hakikat dakwah ini. Sebenarnya apa yang kita cari dari dakwah?dimanakah yang dinamakan konsep amal jama’i yang sering diceritakan indah? apakah itu hanya pemanis cerita tentang dakwah belaka? apakah ini yang disebut ukhuwah?

Sering terlontarkannya kata – kata “afwan akh/ukh, ana gak bisa bantu banyak..” atau sms yang berbunyi “afwan akh/ukh, ana ga bisa datang untuk syuro hari ini..” atau kata – kata berawalan “afwan akh/ukh..” lainnya dengan seribu satu alasan yang membuat seorang akh tidak bisa hadir untuk sekedar merencanakan strategi – strategi dakwah kedepannya. Kalau memang seperti itu hakikat dakwah maka cukup sudah “izinkan aku untuk cuti dari dakwah ini”, mungkin untuk seminggu, sebulan, setahun atau bahkan selamanya. Lebih baik aku konsentrasi dengan studiku yang kini sedang berantakan, atau dengan impian – impian ku yang belum terpenuhi, atau…dengan lebih memperhatikan ayah dan ibuku yang sudah semakin tua, toh tanpa dakwah akupun tetap berjalan, bukan????

Sahabat – sahabatku…. memang dalam dunia dakwah yang sedang kita geluti seperti sekarang ini, tidak jarang kita mengalami konflik atau permasalahan – permasalahan. Dari sekian permasalahan tersebut terkadang ada konflik – konflik yang timbul dikalangan internal aktifis dakwah sendiri. Pernah suatu ketika dalam aktivits sebuah barisan dakwah, ada seorang ikhwan yang mengutarakan sakit hatinya terhadap saudaranya yang tidak amanah dengan tugas dan tanggung jawab dakwahnya.

Di lain waktu disebuah lembaga dakwah kampus, seorang akhwat “minta cuti” lantaran sakit hatinya terhadap akhwat lain yang sering kali dengan seenaknya berlagak layaknya seorang bos dalam berdakwah.

Pernah pula suatu waktu seorang kawan bercerita tentang seorang ikhwan yang tedzalimi oleh saudara – saudaranya sesama aktifis dakwah. Sebuah kisah nyata yang tak pantas untuk terulang namun penuh hikmah untuk diceritakan agar menjadi pelajaran bagi kita.

Ceritanya, di akhir masa kuliahnya sebut saja si X (ikhwan yang terdzalimi) hanya mampu menyelesaikan studinya dalam waktu yang terlalu lama, enam tahun. Sedangkan dilain sisi, teman – temannya sesama (yang katanya) aktifis dakwah lulus dalam waktu empat tahun. Singkat cerita , ketika si x ditanya mengapa ia hanya mampu lulus dalam waktu enam tahun sedangkan teman – temannya lulus dalam waktu empat tahun?apa yang ia jawab? ia menjawab ” aku lulus dalam waktu enam tahun karena aku harus bolos kuliah untuk mengerjakan tugas – tugas dakwah yang seharusnya dikerjakan oleh saudara – saudaraku yang lulus dalam waktu empat tahun.”

Hmm, bolehkah aku cuti dari dakwah? Bagaimana seharusnya menyikapi kesibukan dakwah yang bersanding dengan kesibukan lain?

Nasehat yg selalu saya ingat dari seorang sahabat saya :
"Pukis..., orang yg sibuk itu adalah org yg mampu mengatur rutinitas dan aktifitasnya serta dapat menyisipkan amanah lainnya di antara aktivitasnya yg lain"

Wallahualam...

No comments:

Post a Comment