Showing posts with label CERPEN. Show all posts
Showing posts with label CERPEN. Show all posts

Sunday 1 January 2012

Cinta Merobohkan Akalku



Seorang ahli ibadah bernama Umar, sedang asyik dengan kkhusyuannya membaca setiap ayat Al Quran dengan lantunan sangat indah. Tiba-tiba datanglah seorang wanita cantik duduk di depannya dengan pakaian seadanya tak menutupi auratnya. Dengan sangat terkejut umar lalu beristighfar dan langsung menundukkan pandangannya.

”Saudariku,apa yang kau lakukan disini,tolong keluarlah atau fitnah akan mengguncang kita,” kata umar bergetar.

“Aku tergoda olehmu, aku mencintaimu, aku ingin bermesraan denganmu,apakah kau tak menyukaiku?,” wanita itu mencoba merayu.

”Pergilah, syetan telah merusak jiwamu,” dengan penuh ketegasan umar mengusirnya.

” Tidak wahai umar, aku rusak karna cintamu, aku buta karna cintamu, lihatlah aku yang begitu mencintaimu, menginginkanmu ada dipelukanmu,” wanita itu terus menggodanya.

” Baik, aku ingin bertanya padamu saudariku. Jika engkau membenarkan perkataanku,maka aku mau melakukan apapun yang kau minta,”kata umar

”Jangan tanya lagi, aku pasti akan membenarkan semuanya,”kata wanita itu senang.

”Jika malaikat maut datang menemui dan akan mencabut nyawamu, apakah kau mau jika peristiwa itu datang saat aku sedang memuaskan nafsumu?” umar mulai bertanya.

” Demi Allah,tentu saja tidak!!” Wanita itu terkejut mendengar pertanyaan umar.

“Jika kau masuk ke dalam kubur lantas di dudukkan dan ditanya oleh malaikat tentang perbuatanmu, apakah kau senang jika aku memuaskan nafsumu??” umar terus bertanya.

” Demi Allah,tentu saja tidak !!”wanita itu mulai menangis

” Jika manusia diberikan buku amalnya di hari kiamat, sedangkan kau tak tau akan menerima dengan tangan kanan atau tangan kirimu, apakah kau suka jika aku memuaskan nafsumu??”

” Demi Allah,tentu saja tidak !!” kata wanita itu tertunduk

” Jika kau melewati jembatan Shirathal Mustaqim padahal kau belum tau apakah selamat atau tidak, apakah kau masih senang jika aku memuaskan nafsumu??”

” Demi Allah,tentu saja tidak!! cukup wahai umar! ”wanita itu terus menangis.

” Jika kau datang pada timbangan amal, padahal kau belum tahu timbanganmu berat atau ringan,apakah kau masih senang jika aku memuaskan nafsumu?”

” Demi Allah, tentu saja tidak !!”

” Jika engkau berdiri dihadapan Allah untuk ditanya dan dimintai pertanggung jawaban.apakah kau masih senang jika aku memuaskan nafsumu??”

“ Demi Allah,tentu saja tidak!!” wanita itu menangis tak tertahan lagi.

” Bertakwalah kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya Allah telah memberimu nikmat kecantikan, tak sepatutnya kau menampakkan kecantikan dan auratmu.” kata umar menenagkan.

” Wahai umar, maafkan lah aku, aku begitu mncintaimu, aku selalu terkagum-kagum dengan ibadahmu, sedangkan aku tak mampu meraihmu, hanya bisa melihatmu dari jauh,” kata wanita itu mencoba menghapus air matanya yang terus mengalir.

”Baiklah,kala engkau mau berubah akan ku bimbing engkau, aku akan menikahimu sekarang juga”

Bergetar umar mengatakan itu, umar ingin beribadah denganya. Tak mungkin dipungkiri,telah bergetar hati umar dibuatnya.

”Benarkah umar?” terkejut wanita itu mendengar perkataannya.

”Bawa walimu kemari, aku akan menyiapkan mahar dan saksinya,” masih dengan tertunduk malu,umar tersenyum.

”Terimakasih umar,aku akan segera membawa waliku kemari.”

Tangis wanita itu berubah menjadi tangis kebahagiaan. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan berubah mengikuti calon suaminya umar.

Pernikahan itu akhirnya terjadi,wanita itu menunggu di rumahnya. Dirinya tak percaya melihat sosok yang ada di cermin di hadapannya, kini wanita yang tadi pagi ingin memuaskan hasratnya pada Umar telah membalut dirinya dengan jilbab. Senyum merekah menghiasai bibir merahnya.

Pamannya telah menjemput untuk mengantarkannya pada Umar, suaminya.. Paman wanita itu terkejut melihat penampilan wanita yang ada di hadapannya sekarang berubah.

”Apa yang membuatmu berubah seperti ini anakku?beruntung sekali Umar mendapatkanmu.” Pamanya bertanya heran

”Tidak paman,aku yang beruntung mendapatkannya,” wanita itu tersenyum senang.

Sampailah wanita itu di rumah Umar,dengan malu-malu Umar menyambutnya. Kini mereka menggenggam erat satu sama lain dalam kehalalan untuk beribadah padaNya.

(Yang di cetak tebal di atas saya ambil dari buku “Taman Para Pecinta” (Ibnu Qayyim al-Jauziyah)

***

Akhi, seandainya kamu adalah pemeran utama dari kisah di atas, apa yang akan kamu lakukan? Mampukah kamu seteguh Umar? Mampukah kamu keluar dari Nafsu yang membelenggu ketika akal sudah dikuasai nafsu? Atau ikut kata pepatah “Mana ada kucing nolak kalau diberi ikan, meskipun itu hanya tulangnya saja”…Masyaallah…Renungkanlah Saudaraku!

Ukhti, seandainya kamu adalah pemeran utama dari kisah di atas, akal dan hatimu sudah dibutakan oleh cinta yang berbalut nafsu, akankah kamu mampu lepas dari belenggunya walaupun kamu katakan atas nama cinta? Kamu hilangkan kehormatanmu demi cinta yang tak halal? Kamu pupuskan harga dirimu demi cinta yang bernoda? Atau kamu hanya ingin ikuti kata” Demi cinta, akan ku korbankan apa saja demi dirimu kasih”, padahal belum tentu kekasih yang kamu banggakan, mau berkorban untukmu setelah kehormatan dan harga dirimu terenggut.. Masyaallah…Renungkanlah Saudariku!

Pikirkanlah ketika engkau hendak berbuat kemaksiatan, Allah selalu melihatmu. Pangkal segala maksiat,kelalaian dan syahwat adalah Mengumbar Nafsu. Sedangkan pangkal dari ketaatan adalah Dikekangnya nafsu.

Hadiah Cinta





“Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak elaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya,aku ini makhluk aneh." Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Iapun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, "Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah. Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Dihari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah...bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?"

Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui