Tuesday 1 June 2010

Terhapusnya Pahala Sholat Karena Tidak Memakai Jilbab

Seseorang yang bersumpah palsu saja dimuka pengadilan adalah berat hukumannya, apalagi seorang yang berjanji palsu dihadapan Allah, tentu berat hukuman didalam neraka, yaitu sampai di gantung dengan rambutnya hingga mendidih otaknya.[1] Kaum wanita menyangka bahwa tidak memakai jilbab adalah dosa kecil yang tertutup dengan pahala yang banyak dari shalat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan. Ini adalah cara berpikir yang salah harus diluruskan. Kaum wanita yang tak memakai jilbab, tidak saja telah berdosa besar kepada Allah, tetapi telah hapus seluruh pahala amal ibadahnya sebagai bunyi surat Al-Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya sbb:

“….. Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi”.

Sebagaimana telah diterangkan dimuka, memakai jilbab bagi kaum wanita adalah hukum syariat Islam yang digariskan Allah dalam surat An-Nur ayat 59. Jadi kaum wanita yang tak memakainya, mereka telah mengingkari hukum syariat Islam dan bagi mereka berlaku ketentuan Allah yang tak bisa ditawar lagi, yaitu hapus pahala shalat, puasa, zakat dan haji mereka?.

Sikap Allah diatas ini sama dengan sikap manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagai terlambang dari peribahasa seperti:“Rusak susu sebelanga, karena nila setitik,”. Contoh segelas susu adalah enak diminum. Tetapi kalau dalam susu itu ada setetes kotoran manusia, kita tidak membuang kotoran tersebut lalu meminum susu tersebut, tetapi kita membuang seluruh susu tersebut.

Begitulah sikap manusia jika ada barang yang kotor mencampuri barang yang bersih. Kalau manusia tidak mau meminum susu yang bercampur sedikit kotoran, begitu juga Allah tidak mau menerima amal ibadah manusia kalau satu saja perintah-Nya diingkari.

Di dalam surat Al A’raaf ayat 147, Allah menegaskan lagi sikapNya terhadap wanita yang tak mau memakai jilbab, yang berbunyi sbb.:

“Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, juga mendustakan akhirat, hapuslah seluruh pahala amal kebaikan. Bukankah mereka tidak akan diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan?”

Kaum wanita yang tak memakai jilbab didalam hidupnya, mereka telah sesuai dengan bunyi ayat Allah diatas ini, hapuslah pahala shalat, puasa, zakat, haji mereka.

Merupakan suatu kewajiban bagi wanita memakai jilbab didalam hidup mereka. Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, mengucapkan “Allahu Akbar” didalam shalat mereka, yang artinya “Allah Yang Maha Besar”, Dialah yang Maha Kuasa dan pemimpin tertinggi yang harus dipatuhi seluruh perintahNya, sedang dia adalah hamba Allah yang lemah dan hina dina yang tak berdaya sama sekali.


Tetapi diluar shalat dia tak mau memakai jilbab yang melambangkan ciri khas seorang wanita muslimah. Kalau begitu ucapan “Allahu Akbar” didalam shalat mereka adalah kosong tidak berbekas dihati mereka.

Jadi dapat dimengerti kenapa shalat mereka tidak ada nilainya disisi Allah, atau telah hapus pahalanya sesuai dengan bunyi surat Al Maidah ayat 5 baris terakhir dan surat Al A’raaf ayat 147 di atas tadi.

Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab berada dalam neraka sebagaimana bunyi hadits Nabi Muhammad SAW diatas, juda ditegaskan Allah sebagaimana firmanNya di dalam surat Al A’raaf ayat 36 yang artinya seperti:

“Adapun orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya”.


Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, adalah mendustakan ayat Allah surat An Nur ayat 31 dan Al Ahzab ayat 59 dan menyombongkan diri terhadap perintah Allah tersebut, maka sesuai dengan bunyi ayat tersebut diatas mereka kekal didalam neraka.

Ummat Islam selama ini menyangka tidak kekal didalam neraka, karena ada syafaat atau pertolongan Nabi Muhammad SAW yang memohon kepada Allah agar ummat yang berdosa dikeluarkan dari neraka. Mereka yang dikeluarkan Allah dari neraka, mereka yang dalam hidupnya ada perasaan takut kepada Allah. Tetapi kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, tidak ada perasaan takutnya akan siksa Allah, sebab itulah mereka kekal didalam neraka.

Seseorang yang sadar akan dosanya digambarkan Nabi Muhammad SAW seperti bunyi hadits yang artinya seperti:

“Sesungguhnya seorang mukmin dosanya itu bagaikan bukit besar yang kuatir jatuh padanya, sedang orang kafir memandang dosanya bagaikan lalat yang hinggap diatas hidungnya”.

Sekarang kaum wanita yang tak mau berjilbab, dapat menanya hati nurani mereka masing-masing. Apakah terasa berdosa bagaikan gunung yang sewaktu-waktu jatuh menghimpitnya atau bagaikan lalat yang hinggap dihidung mereka?.

Kalau kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, menganggap enteng dosa mereka bagaikan lalat yang hinggap dihidungnya, maka tak akan bertobat didalam hidupnya. Atau dalam perkataan lain tidak ada perasaan takutnya kepada Allah, sebab itu mereka kekal didalam neraka sebagaimana bunyi surat Al-A’raaf ayat 36 di atas. Jadi mereka tak mendapat syafaat atau pertolongan Nabi Muhammad SAW nanti di akhirat.


Banyak sekali kaum wanita yang tak berjilbab sungguhpun mereka mendirikan shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi telah hapus nilai pahalanya disisi Allah telah terjadi di zaman kita ini dan akan berketerusan sampai hari kiamat, kecuali dakwah menghidupkan risalah jilbab ini dikerjakan bersama-sama oleh seluruh ummat Islam, yaitu dengan mencetak ulang buku yang tipis ini dengan jumlah yang banyak dan disebarkan secara cuma-cuma ketengah-tengah ummat Islam.


Sesungguhnya banyak kaum wanita yang hapus pahala shalatnya yang hidup di zaman ini dan di zaman yang akan datang, semata-mata karena mereka tidak memakai jilbab didalam hidup mereka, telah diisyaratkan Nabi Muhammad SAW dikala hidup beliau sebagaimana bunyi hadits dibawah ini yang artinya sbb:


“Ada satu masa yang paling aku takuti, dimana ummatku banyak yang mendirikan shalat, tetapi sebenarnya mereka bukan mendirikan shalat, dan neraka jahanamlah bagi mereka”.


Tafsir “…sebenarnya bukan mendirikan shalat…” dari hadits diatas, ialah nilai shalat mereka tidak ada disisi Allah karena telah hapus pahalanya disebabkan kaum wanita mengingkari ayat jilbab. Begitulah Nabi Muhammad SAW memberi peringatan kepada kita semua, bahwa banyak ummatnya dari kaum wanita yang masuk neraka biarpun mereka mendirikan shalat, tetapi tidak memakai jilbab didalam hidup.

* KEUTAMAAN PUASA HARI PUTIH (HARI BULAN PURNAMA) > PERTENGAHAN BULAN HIJRIYAH *

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalamu’alaikum wr.wb.


Bapak2, Ibu2, Saudara/i yang dirahmati ALLAH SWT.


* KEUTAMAAN PUASA HARI PUTIH (HARI BULAN PURNAMA) > PERTENGAHAN BULAN HIJRIYAH *

1. RasulAllah SAW berpesan 3 hal jangan sampai ditinggalkan selama hidup : 'Puasa 3 hari setiap bulan (pertengahan bulan Hijriyah), shalat Dhuha, dan shalat Witir sebelum tidur'. (HR.Muslim)

2. RasulAllah SAW bersabda : Jika kamu puasa 3 hari dalam sebulan (pertengahan bulan Hiriyah), maka puasalah pada tanggal 13, 14, 15 pada bulan itu (bulan Hijriyah)'. (HR.Tirmidzi)

3. RasulAllah SAW bersabda : 'Puasa tiap bulan 3 hari (pertengahan bulan Hijriyah), bagaikan puasa selama hidup (sepanjang masa)'. (HR.Bukhari dan Muslim)

NOTE : 13, 14, 15 Rabi’ul Akhir 1431H > 29, 30, 31 Maret 2010.


Semoga kita semua bisa istiqamah dan amal, ibadah, dan aktivitas kita semua diterima, diberkahi, dan diridhoi ALLAH SWT.


Aamiin Ya Robbal ‘Aalamiin.


Wassalamu'alaikum wr.wb.

Gambaran umat nabi Muhamad SAW

Seperti apakah gambaran umat Muhammad Saw itu ? Benarkah kita layak disebut sebagai umat muhammad? Apa saja ciri-ciri dari umat Muhammad Saw? Bukankah Islam nantinya akan terpecah belah menjadi 73 golongan ? Termasuk golongan yang manakah kita ?Apa sebenarnya peran umat Islam dalam kehidupan ini ?

Istilah umat didefenisikan sebagai:

مجموعات بشرية تربطها عقيدة واحدة

"Sekelompok orang yang terikat secara bersamaan dengan kesamaan aqidah."

Selanjutnya, istilah umat tidak untuk orang-orang yang mempunyai kesamaan ras atau warna kulit; umat hanya untuk orang-orang yang dipersatukan dengan aqidah dan jalan hidup mereka saja. Istilah ini tidak cocok jika didefenisikan sebagai "negara", karena sebuah negara adalah sekelompok besar orang-orang yang tinggal pada sebuah daerah atau wilayah tertentu. (sebuah umat bisa eksis tanpa hidup di sebuah negara).

Allah swt. telah mengkategorikan manusia menjadi 2 kelompok:

1. Al-Umatul-Islaamiyah (Umat Islam)
2. Al-Umatul-Kafiraah (Ummat yang tidak beriman)

Lebih lanjut, hanya ada dua camp (kelompok) ; setiap orang (tidak kecuali) apakah seorang Muslim atau Kafir. Yahudi, Nasrani, Sikh, Hindu, Budha semuanya adalah al-Umatul-Kafirah; dengan kata lain, mereka semua tidak beriman kepada Allah.

Allah swt. berfirman:

"Dia-lah yang menciptakan kamu maka diantara kamu ada yang kafir dan diantaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS at Thaghaabun, 64: 2)

Sebagai tambahan, umat Islam terpecah menjadi dua:

1. Umatu Muhammad (Umat Muhammad, atau Ahmad - juga dikenal sebagai al-Firqatun Najiyah, atau golongan yang selamat).

2. Umatu Ahlul Qiblah (Umat Qiblah, dari tujuh puluh dua golongan yang menyimpang - juga dikenal sebagai al-Firqatul Haarikah,)

Tujuh puluh dua golongan dari umat Islam akan masuk neraka (tidak selamanya, masanya hanya Allah yang mengetahui), dan satu golongan akan masuk surga. Dengan konsekuensi jika mereka ingin selamat dari api neraka, maka mereka harus mencari pengetahuan tentang golongan yang selamat dan mempelajari serta mengamalkan karateristik mereka.

Peranan Umat

Peran umat Islam adalah menerapkan hujjah (menjadi saksi) untuk orang-orang, jadi bahwa mereka bisa tidak ada keringanan - atas orang-orang yang tidak beriman - pada hari pengadilan nanti pada saat mereka bertemu dengan Tuhan mereka yang sesungguhnya. Ini hanya bisa terpenuhi dengan iqaamatud dien, atau menerapkan dien Allah (yaitu syari'ah) - bukan dien Kuffar, seperti demokrasi atau kebebasan. Allah swt. berfirman:

"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)." (QS Asy Syura 42: 13)

Atribut atau karateristik dari umat Muhammad saw.

Allah swt. Berfirman :

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS Al Fath 48: 29)

Pada ayat di atas, Allah swt. berfirman menginformasikan kepada kita tetang atribut dan kualitas Muhammad dan "Orang-orang yang bersama mereka" - yang menunjuk para Shahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan tepat. Atribut ini adalah:

1. Asyidda'u 'alal Kuffar

Seseorang tidaklah menjadi bagian dari umat Muhammad kecuali dia "memerangi Kuffar". Selanjutnya, tindakan ini harus disalurkan secara wajar (sesuai syar'i). Akronim (singkatan) KSK bisa membantu kita untuk mengingat sikap kita, yakni : K-Kerjasama, kita bisa bekerjasama dengan orang kafir pada saat kita di bawah perjanjian (damai) dengan mereka, S-Sabar, pada saat kita berbicara tentang dien (Islam) kepada mereka (berdakwah) dan K-Kasar (keras) pada saat kita memerangi mereka di medan jihad.

2. Ruhamaa'u bainahum

Sesuatu hal yang tidak mungkin bagi seseorang yang menjadi umat Muhammad kecuali dia menunjukkan kasih sayang dan kemurahan hati kepada sesesama orang Mukmin, walaupun jika mereka (orang muslim yang taat) disebut orang gila, ekstrimis, teroris, penyebar kebencian atau fundamentalis. Kemurahan hati ini adalah manifestasi dari:

- Al-Ukhuwah (Persaudaraan)

- Al Muwaalaat (Persekutuan)

- At Ta'aatuf (Kebaikan)

Pada saat ini, adalah sebuah kondisi yang sangat menyedihkan apabila kita melihat betapa banyak orang-orang dari Ahlul Qiblah yang bingung dari poin ini dan juga melakukan hal-hal yang benar-benar terbalik. Sepertinya mereka lebih suka membenci kaum Muslimin yang sungguh-sungguh berjuang di jalan Allah serta bersekutu dengan orang-orang yang tidak beriman. (Dengan demikian, mereka tidak bisa menjadi umat Muhammad!)

3. Taraahum rukka'an sujjudan

Umat Muhammad adalah sebuah Umat yang patuh yang selalu ruku' dan sujud yaitu menyembah Allah. Mereka bukanlah orang-orang sekuler. Mereka tidak menyembah Allah hanya dalam masjid saja atau pada saat Ramadhan saja, tetapi mereka menyembah Allah dua puluh empat jam dalam sehari - bahkan tidur mereka adalah 'ibaadah.

4. Yabtaghuna fadlan minallahi wa-ridwaana

Mereka mencari "Ridha Allah". Umat Muhammad tidak mencari pujian, simpatik, kehormatan atau ridha dari manusia. Mereka hanya mencari kepuasan dan keridhoan Allah Swt. Dengan konsekuensi, mereka akan memerangi dan mendominasi atas sekutu-sekutu setan. Mereka akan menaungi segalanya, dan Allah menjaga apa yang ada dalam hati mereka.

Kesimpulan

Jika kita ingin menjadi Umat Muhammad (golongan yang selamat) kita karus mempunyai aqidah yang sama sebagaimana Rasulullah saw. yang mempunyai empat atribut atau karakter yang telah di jelaskan di atas. Tidaklah cukup hanya dengan mempunyai aqidah yang benar tetapi tidak mempunyai atribut-atribut ini-kita harus mempunyai aqidah yang benar juga atribut umat Muhammad secara bersamaan.

Source : almuhajirun.net

113 alasan menggunakan jilbab

1. Menjalankan syi’ar Islam.

2. Berniat untuk ibadah.

3. Menutup aurat terhadap yang bukan muhrim.

4. Karena saya ingin ta’at kepada Allah yang telah menciptakan saya, menyempurnakan kejadian, memberi rizki, melindungi, dan menolong saya.

5. Karena saya ingin ta’at kepada Rasul-Nya, pembimbing ummat dengan risalah beliau

6. Untuk memperoleh Ridho Allah (InsyaAllah).

7. Merupakan wujud tanda bersyukur atas nikmat-Nya yang tiada putus.

8. Seluruh ulama sepakat bahwa hukum mengenakan jilbab itu wajib.

9. Agar kaum wanita menutup auratnya.

10. Bukan karena gaya-gayaan.

11. Bukan karena mengikut trend.

12. Bukan karena berlagak sok suci.

13. Lebih baik sok suci dari pada sok zholim ^_^ .

14. Tidak sekadar bermaksud agar berbeda dari yang lain.

15. Meninggikan derajat wanita dari belenggu kehinaan yang hanya menjadi objek nafsu semata.

16. Jilbab cocok untuk semua wanita yang mau menjaga dirinya dari objek nafsu semata.

17. Saya ingin menjadi wanita solihah.

18. Saya tengah berusaha mencapai derajat teqwa.

19. Jilbab adalah pakaian taqwa.

20. Jilbab adalah identitas wanita muslimah.

21. Diawali dengan mengenakan jilbab, saya ingin menapak jalan ke surga.

22. Menjauhkan diri dari azab panasnya api neraka di hari kemudian.

23. Istri-istri Rasulullah berbusana muslimah.

24. Para sahabiah (sahabat Rasulullah yang wanita) juga berbusana muslimah.

25. Mereka merupakan panutan seluruh muslimah, begitu juga saya.

26. Semoga Allah memberikan kepada kita balasan jannah yang sama seperti mereka.

27. Untuk meninggikan izzah Islam.

28. Untuk meninggikan izzah (kemuliaan) diri sebagai wanita (muslimah).

29. Jilbab lebih melindungi diri.

30. Membuat saya lebih merasa aman.

31. Menjaga diri dari gangguan lelaki usil.

32. Menjaga diri dari obyek pandangan lelaki yang hanya ingin ‘cuci mata’.

33. Menjaga diri dari objek syahwat lelaki.

34. Menjaga diri dari mata lelaki yang jelalatan.

35. Menjaga diri dari tangan-tangan usil yang ingin menjamah.

36. Menghindari zina mata dan zina hati.

37. Merupakan pencegahan dari perbuatan zina itu sendiri.

38. Jilbab dapat menghindari saya dari sikap-sikap yang negatif.

39. Jilbab dapat menghapus keinginan-keinginan yang menyimpang.

40. Membuat saya lebih bersahaja.

41. Membuat saya lebih khusyu’.

42. Mejauhkan saya dari perbuatan dosa (insyaAllah).

43. Membuat saya malu bila berbuat dosa.

44. Mendekatkan saya pada Allah.

45. Mendekatkan saya pada Rasulullah.

46. Mendekatkan saya pada nabi-nabi-Nya.

47. Mendekatkan saya pada sesama muslim.

48. Mendekatkan saya pada ajaran Islam.

49. Membuat saya tetap ingin belajar tentang Islam.

50. Membuat saya selalu merasa haus akan ajaran Islam.

51. Membuat saya tetap ingin menjalankan ajaran Islam.

52. Ajaran Islam berlaku sepanjang masa, tidak ada yang kuno.

53. Berjilbab bukan sesuatu yang kuno.

54. Mengatakan berjilbab itu kuno berarti telah menggugat otoritas Allah.

55. Allah Yang Maha Mengetahui lebih tahu apa yang terbaik bagi ummat-Nya.

56. Berjilbab, berarti menandakan kemajuan penerapan ajaran Islam di masa kini.

57. Merupakan satu barometer telah terbentuknya suatu lingkungan yang Islami.

58. Membedakan diri dari penganut agama lain.

59. Memudahkan dalam pengidentifikasian sesama saudari seiman.

60. Memperkuat tali silaturahmi dan ukuwah sesama muslimah.

61. Menghilangkan keraguan saya bila ingin menyapa saudari muslimah.

62. Memudahkan menanamkan rasa sayang-menyayangi sesama saudara/saudari seiman.

63. Membuat saya lebih terlihat anggun.

64. Membuat saya terlihat menyenangkan.

65. Membuat saya lebih terlihat wanita.

66. Tidak terlihat seperti laki-laki.

67. Membuat saya selalu berada dalam lingkungan yang Islami.

68. Jilbab menjaga saya dari pergaulan yang salah.

69. Memudahkan saya, dengan ijin Allah, mengenal lelaki yang salih.

70. Wanita yang baik (salihah) dengan lelaki yang baik (salih) pula.

71. Mudah-mudahan saya diberi jodoh lelaki yang salih.

72. Jodoh merupakan urusan Allah.

73. Dengan keta’atan pada Allah, Allah akan memberikan kemudahan-Nya.

74. Memudahkan saya dalam beraktifitas..

75. Membuat lebih mudah bergerak.

76. Jilbab menjagaku sehingga tidak terlihat lekuk-lekuk tubuh

77. Sangat repot bila memakai pakaian wanita seperti trend saat ini (yang ketat).

78. Saya tidak suka memakai celana jeans.

79. Celana jeans yang ketat dapat menyebabkan kanker rahim karena suhu di sekitar rahim tidak
beraturan.

80. Menghemat waktu dalam berpakaian.

81. Menghemat waktu dalam berhias.

82. Tidak perlu repot-repot selalu berusaha mengikuti trend mode yang berkembang.

83. Menghemat biaya untuk membeli pakaian yang sedang trend.

84. Menghemat biaya untuk membeli make up.

85. Melindungi kulit wajah dari make up yang dapat merusak kulit.

86. Melindungi kulit dari sengatan sinar matahari.

87. Meminimalkan penyakit kanker kulit.

88. Sengatan matahari dapat mengurangi kelembaban kulit sehingga kulit jadi kering.

89. Meminimalkan munculnya bintik-bintik hitam pada permukaan kulit akibat perubahan pigmen di usia tertentu.

90. Melindungi rambut dari debu-debu yang berterbangan.

91. Debu-debu itu dapat mengotori rambut dan menyebabkan rambut mudah rontok yang berakibat
kebotakan.

92. Menuntun saya untuk hidup lebih sederhana.

93. Menghindari hidup yang konsumtif.

94. Membuat diri tidak silau dengan kemegahan dunia dan segala perhiasannya.

95. Membuat saya lebih memikirkan hal lain selain mode dan perhiasan.

96. Menempatkan wanita menjadi subjek dalam proses pembangunan ummat.

97. Lebih mudah dalam menabung.

98. Memiliki kesempatan untuk melakukan ibadah haji.

99. Memiliki kesempatan lebih banyak untuk berinfaq dan sedekah.

100. Itu berarti lebih banyak beramal untuk bekal di hari

101. Meneladani Siti Maryam, Ibunda Nabi Isa AS

102. Menuruti perintah Nabi Isa AS & para Nabi terdahulu. Berdasar ayat:
1 Korintus 11:5 Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak BERTUDUNG, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.
11:6 Sebab jika perempuan tidak mau MENUDUNGI KEPALANYA, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka HARUSLAH ia menudungi kepalanya.
11:7 Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki.
11:8 Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki.
11:9 Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki.
11:10 Sebab itu, perempuan HARUS MEMAKAI tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.
11:11 Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan.
11:12 Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.
11:13 Pertimbangkanlah sendiri: PATUTKAH PEREMPUAN BERDOA KEPADA ALLAH DENGAN KEPALA YG TIDAK BERTUDUNG?

103. Memurnikan ajaran yg telah hilang dari ummat terdahulu

104. Melaksanakan perintah dalam Qur'an, Taurat, Zabur (Mazmur) & Injil

105. Membuktikan jika ummat lain telah menghilangkan ajaran para Nabi terdahulu

106. Melindungi diri dari api neraka

107. Menjaga kesucian jiwa orang lain

108. Mengingatkan orang lain pada perintah ALLAH

109. Mengikuti Jalan, Hidup & Kebenaran yg diajarkan oleh Nabi Isa AS

110. Sampai kepada ALLAH melalui jalan Nabi Isa AS yg telah dihilangkan oleh ummat terdahulu & dimurnikan kembali oleh ALLAH dalam Qur'an melalui Rasulullah Muhammad SAW

111. Lebih berharga jika tertutup rapih dibanding dibuka percuma/free

112. Tabungan dapat digunakan untuk jalan ALLAH

113. memberi contoh baik bagi anak & sekitar

Kepada Siapakah Akan Engkau Serahkan Puterimu?

Ketika sang putri sudah beranjak dewasa, bertambahnya usia yang putri membuat orang tua gelisah, mereka mengetahui bahwa sang putri sudah waktunya untuk menikah, untuk mendapatkan seorang pendamping hidup yang bisa membuat keluarga bangga, segala keinginan dan kriteria disusun untuk sang calon menantu kelak, tidak jarang mereka mengharapkan akan mendapatkan calon menantu yang kaya, bermobil mewah dan harta yang berlimpah, sehingga bisa membuat orang tua menjadi bangga, minimal bisa dibanggakan (disombongkan) dihadapan kerabat yang lain saat ada pertemuan keluarga.

Ada juga orang tua yang mengharapkan putri mereka mendapatkan calon suami yang memiliki pekerjaan tetap dan berpenghasilan “lumayan”, agar putri mereka kelak mendapatkan nafkah yang cukup dan tidak akan kelaparan, atau juga ada yang mengharapkan calon menantu adalah orang yang memiliki jabatan atau pangkat tertentu, dan masih banyak lagi impian yang disusun rapi serta cara-cara strategis untuk mewujudkannya. Sehingga kerap terjadi bahwa “sang putri” menjadi barang komoditi atau umpan yang empuk untuk menggaet harta berlimpah dan sekedar numpang kecipratan hidup enak dari sang calon menantu.

Kemudian jika datang kepada mereka seorang laki-laki dengan memakai pakaian yang sudah pudar warnanya, dengan kerendahan hati mengajukan pinangan kepada “sang putri”, orang tua akan mengatakan, “Mau diberi makan apa anakku nanti? Coba ngaca dulu sebelum melamar putri saya!” padahal mereka tidak mengetahui bahwa sang pemuda yang sudah pudar warna bajunya adalah seorang penuntut ilmu agama yang bertaqwa kepada Allah Ta’ala, hartanya boleh sedikit namun bisa jadi dia mulia di hadapan Allah Ta’ala.

Wahai abi... ummi... harta bukan ukuran kebahagiaan, sebagaimana kesederhanaan juga bukan ukuran untuk kesengsaraan... maukah kalian membaca suatu kisah? Yang didalamnya terdapat tauladan yang membuat hatimu terpesona, dan mungkin matamu akan menitikkan air mata, jika di dalam hatimu memang masih ada secuil iman kepada Allah Ta’ala maka simaklah untaian kisah berikut :

Kisah itu terdapat dalam biografi seorang Penghulu Tabi’in dan Tabi’in yang mulia Sa’id bin Musayyib rahimahullah, bahwa Khalifah ‘Abdul Malik bin Marwan meminang anak Sa’id bin Musayyaib untuk anaknya, Al-Walid (seorang putera mahkota dan calon khalifah berikutnya) ketika itu sang khalifah masih memegang tampuk kekuasaannya. Lalu beliau (Sa’id binMusayyib) menolak lamaran itu.

Abu Wida’ah mengatakan, “Aku selalu bermajelis kepada Sa’id bin Musayyib, lalu aku tidak hadir beberapa hari. Tatkala aku datang, beliau bertanya kepadaku, “Kemana saja engkau kemarin?” Aku menjawab, “Istriku meninggal, lalu aku sibuk dibuatnya (mengurus pemakamannya).” Sa’id bin Musayyib berkata, “Kenapa engkau tidak memberitahu kami sehingga kami dapat menyaksikannya?” Aku pun menjawab, “Sebenarnya aku bermaksud demikian.”

Lalu beliau bertanya, “Apakah engkau telah menemukan wanita lain penggantinya?” Aku menjawab, “Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada anda, siapa yang berani menikahkanku (dengan putrinya), padahal aku hanya memiliki harta dua atau tiga dirham saja?” Beliau menjawab, “Apabila aku melakukannya (mencarikan seorang istri), apakah engkau mau menerimanya?” Aku menjawab, “Baiklah.” Lalu dia (Sa’id bin Musayyib) memuji Allah dan mengucapkan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Sa’id bin Musayyib menikahkan diriku dengan (mahar) dua dirham atau tiga dirham tersebut.

Abu Wida’ah melanjutkan, “Lalu aku bangkit seraya tidak mengerti apa yang harus aku perbuat karena gembira. Aku pulang ke rumahku, sembari memikirkan dari siapa aku mendapatkan pinjaman. Aku pun melaksanakan shalat Maghrib. Pada saat itu aku dalam keadaan puasa. Ketika aku hendak makan malam setelah berbuka, hanya ada sepotong roti dan minyak. Tiba-tiba pintu diketuk. Aku bertanya, “Siapa itu?” Beliau menjawab, “Sa’id!”

Aku memikirkan orang yang kukenal bernama Sa’id, namun aku hanya menemukan Sa’id bin Musayyib. Namun beliau buta sejak empat puluh tahun yang lalu kecuali (jalan) antara rumah dan masjid saja yang dikenalnya. Aku bangkit dan keluar, rupanya dia adalah Sa’id bin Musayyib, dan aku mengira ia dapat melihat. Aku pun bertanya, “Wahai Abu Muhammad kenapa anda tidak mengutus seseorang saja kepadaku, sehingga aku datang kepadamu?” Beliau menjawab, “Tidak! Engkau lebih berhak untuk diziarahi.”

Aku bertanya, “Apakah yang ingin anda perintahkan kepadaku?” Beliau menjawab, “Aku melihat engkau seorang laki-laki yang melajang. Aku telah menikahkan (putriku denganmu) karena aku melihat engkau tidak suka tidur sendirian pada malam ini. Dan inilah istrimu.” Rupanya dia adalah seorang wanita yang berdiri di belakangnya.

Kemudian beliau mendorong wanita itu ke pintu rumah dan diapun menahan pintu tersebut. Wanita itu terjatuh karena malu, lalu ia mencoba untuk bergantung ke pintu itu, kemudian bangkit masuk ke rumah. Aku bangkit memanggil tetangga, mereka pun berdatangan seraya bertanya, “Ada apa denganmu?” Aku menjawab, “Sa’id bin Musayyib menikahkan diriku dengan puterinya tanpa sebuah tanda apa-apa. Dan sekarang wanita itu ada di dalam rumah. “ lalu mereka pun menemuinya.

Ketika itu ibuku mendapatkan kabar tentang hal itu, lalu beliau datang seraya berkata, “Engkau tidak boleh tidur bersamanya sebelum aku melihat keshalihannya selama tiga hari.” Setelah bersamanya tiga hari barulah dia menggaulinya. Rupanya wanita itu adalah wanita tercantik, yang paling hafal Al-Qur’an, paling banyak ilmu tentang sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang paling tahu tentang hak suami.

Abu Wida’ah melanjutkan, “Lalu aku berdiam selama sebulan dan tidak menemuinya (Sa’id bin Musayyib), dan beliau juga tidak pernah menemuiku. Kemudian aku menemuinya setelah satu bulan berlalu, sementara itu beliau berada dalam halaqahnya. Aku mengucapkan salam kepadanya, maka beliaupun membalas salamku dan beliau tidak berbicara kepadaku sampai semua orang pergi dari masjid dan yang tersisa hanyalah aku. Beliau bertanya, “Bagaimana keadaan orang itu (yakni puterinya)?” Aku menjawab, “Seperti halnya yang dicintai orang yang shiddiq dan selalu dibenci oleh musuh Allah.” Lalu aku pulang ke rumah, sementara itu beliau memberiku dua puluh ribu dirham.”

Tidak ada lagi yang lebih tenang hidupnya melainkan Tabi’in yang mulia itu hingga akhir hidupnya bersama anak Sa’id bin Musayyib tersebut. Sehingga beliau tidak lagi memikirkan keadaan anaknya karena di bawah bimbingan seorang laki-laki yang bertaqwa yang selalu takut kepada Allah, serta mengerti tentang hak istri dan posisinya di samping istrinya tersebut. [Dinukil dari Kitab Min Akhlaqi ‘l-Ulama (123-125)]

Demikianlah sebuah kisah bagaimana seorang Tabi’in yang mulia dan buta lebih memilih seorang menantu penuntut ilmu yang miskin yang hanya memiliki dua atau tiga dirham uang saja namun memiliki keshalihan dan rasa takut yang tinggi kepada Allah Ta’ala, dan beliau menolak lamaran seorang khalifah yang akan menikahkan puteri beliau dengan anaknya seorang calon khalifah Al Walid. Sa’id bin Musayyib lebih mengkhawatirkan kekayaan duniawi akan menjerumuskan puterinya sehingga beliau memilih Abu Wida’ah sebagai menantunya, yang mana beliau telah mengenal baik keutamaan dan keilmuan Abu Wida’ah ini.

Lalu bagaimanakah halnya dengan orang tua di zaman sekarang ini, apakah mereka juga mengkhawatirkan akidah anak-anak mereka setelah pernikahannya, sehingga para orang tua lebih menitik beratkan kebersihan akidah dan kemuliaan akhlak calon menantunya daripada harta kekayaan, jabatan dan kedudukan, kita sering mendengar banyak kisah tentang KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) lalu darimanakah asal KDRT itu jika calon suami puteri mereka adalah seorang yang shalih lagi memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah Ta’ala? Ataukah mereka para orang tua akan menyerahkan puteri-puteri mereka dalam bimbingan seorang suami yang jauh dari agama dan tenggelam dalam kehidupan dunia, yang selalu melalaikan shalat mereka dan bersikap kasar terhadap istri?

Keputusan ada di tangan anda wahai para orang tua, perhatikanlah kepada siapa engkau akan menyerahkan puterimu?

Wallahu a’lam bish showab