Sunday 1 January 2012

..**Kenali Tipe Pemain Pesbuk, Don't Judge Person by Facebook Profile!!!**..


“Don’t Judge Person by Facebook Profile!” Sekilas mirip pepatah yang familiar di telinga kita, “Don’t judge book by cover.” Tetapi yang akan kita bahas kali ini bukan dunia buku, tetapi dunia maya.
Sebuah jejaring yang banyak menjangkiti warga Indonesia adalah pesbuk. Ada yang rela ga makan, rela ga pergi taklim demi pesbuk (kok senyum-senyum, merasa ya?)
“Subhanallah, setiap komentar dan postingan ukhti selalu menyejukkan dan bernilai, bagai permata berkilauan yang memancarkan keindahan.”
(Gubrakkkkkkkkk!!!!)

Komentar seorang ikhwan terhadap teman akhwatnya di pesbuk tetangga, saya tersenyum geli aja, cuma lewat doank dan kebetulan tahu ada yang tebar-tebaran pujian. Di dunia nyata sudah berkali-kali pula saya mendengar akhwat, teman sejawat, sahabat yang cerita-cerita ikhwan-ikhwan pujaannya di dunia maya bernama pesbuk. Banyak yang berpendapat dan meyakini apa yang tergambar di pesbuk adalah gambaran nyata dan pribadi sebenarnya akan diri seseorang.

Ketika seorang dengan akun pesbuk menuliskan postingan-postingan bernilai positif, itu tidak dapat dijadikan rujukan bahwa orang tersebut memang benar-benar sesuai antara kepribadian dan kemampuannya didunia nyata dengan apa yang ditampilkan di dunia maya alias dumay.
Orang yang punya kemampuan mendalam dalam berdebat di dumay, belum tentu ia juga mampu berdebat secara baik dan ilmiah didunia nyata. Bahkan seseorang yang biasa memosting komentar yang panjangnya terbentang dari Sabang sampai Merauke pun belum tentu dia mampu berkata panjang lebar didunia nyata.

Dunia maya adalah dunia penuh pesona, berisikan aneka sandiwara, adegannya palsu belaka, mirip para pemain drama. Jika ingin mengetahui seseorang secara asli dan tulen, bukan dengan cara melihat sepak terjangnya di dumay. Namun kadang kita juga tidak bisa mengatakan seseorang urakan dan berandalan hanya karena postingan pesbuknya yang suka menghajar seseorang dengan kalimat pedas, intinya ya ‘DON’T JUDGE PERSON BY FACEBOOK PROFILE!”

Ada beberapa tipe pemain pesbuk, yang di mana setiap tipe ini kadangkala sesuai karakter asli seseorang di dunia nyata, tetapi ada juga yang berbalik 180 derajat. Berikut tipe-tipenya:

1. TEBAR PESONA
Tipe ini mempunyai cirri-ciri sangat suka update foto. Hampir setiap hari atau setiap waktu, foto-fotonya akan di upload terus-menerus, agar para fansnya pada mampir untuk sekedar memberi senyum, jempol, komentar manis.

Bagi yang cantik seakan berkata ‘nih que cantik’, bagi jilbaber mengandung pesan ‘jilbab que manis khan’, bagi pemakai niqob juga membawa pesan ‘lihat nih que wanita bercadar’, bagi ikhwan juga sama, sangat ganjen bin genit, up load foto-foto agar dikomenin akhwat. Norak khan? Hihihihi. Tipe ini mirip jiwa-jiwa artis. Dahulu hanya artis saja yang bisa berpose-pose ditempat umum, tetapi era sekarang beda, orang biasa pun bisa mengalahkan rating artis, siapa aja yang tertarik boleh memberikan komentar.

2. TABUR SIMPATI
Ciri-ciri dari tipe ini adalah pribadinya yang sangat cengeng, rapuh, mellow, dan seabrek kata sedih lainnya. Semua suasana hatinya akan tumpah ruap dipesbuk. Kalau lagi sedih akan bilang ‘que dijahilin’, que disakitin’, que dibohongin’ de el el. Kalau pas bahagia juga gitu, statusnya berisi ‘asek dapat tiket undian ke new zealand’, ‘hore dapet undian lotre’, ‘uh senengnya dikecup pasangan’, hihihi, lebay bin alay khan. Gak tau ini ajaran siapa yang dipakai.

Rasulullah dan para generasi salaf adalah sebaik-baik generasi yang sangat menyembunyikan amalan-amalan. Kebaikan mereka tidak dapat dihitung, keshalehan mereka juga diacungi jempol, tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat menghindari riya’, menghindari pujian dan simpati.

3. TIPE PUBLIC FIGURE
Manusia jenis ini sangat aktif mengkampanyekan dirinya didumay. Sangat ahli mencari cara agar manusia berduyun-duyun mengalihkan pandangan padanya. Seakan-akan dia adalah manusia hebring, cerdas, mempesona dan punya nama mendunia (hihihi, emang artis Hollywood yang kerjanya pamer).

Postingan manusia jenis ini macam-macam. Dari yang ngejiplak  tulisan orang lalu diklaim karyanya sendiri, ampe postingin foto dari internet yang cakep and dibilang fotonya sendiri. Dan manusia jenis ini tidak segan-segan memakai universitas, kota dan Negara beken untuk menarik manusia agar menyukai dirinya.

Misalnya dia di Hong Kong sebagai pekerja biasa akan menuliskan Kairo-Mesir diakunnya, pekerja di Indonesia akan memakai Negara Amrik agar sibilang wah, kerja dikampung lalu mengatakan kerja di Australia agar terlihat gimane gitu. Sesuatu banget khan? Hihihi.

Sebenarnya masih banyak tipe-tipe lain, tapi saya hanya menyebutkan tiga saja. Yang sangat bagus dan salut tuh pada pesbuker yang memakai pesbuk untuk menggali ilmu, menbebar dakwah ato jualan, jadi waktu pesbukannya engga sia-sia. Yang over PD didumay juga cepet dibenerin, ntar pas diajak kopdar ga sepede didumay khan malu-maluin, iya ga sob? Dan trakhir pesan penulis adalah, hati-hati aja dengan pribadi dumay, dan yang pasti ‘don’t judge person by facebook profile’. Smile ^_^ [voa-islam.com]

..**Dunia Maya Memesonakannya**..





moga bermanfaat dan bisa di ambil Ibrohnya.
Ikan Cucut Ikan BELUT. LANJUTTTT.... :D

Ia seorang ikhwan yang iltizam terhadap din. Penghafal Al-Quran yang juga sangat bersemangat dalam mempelajari sunnah Nabi, mempraktekkannya dan mendakwahkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bolehlah sebut dia sebagai aktivis dakwah. Dengan cahaya ilmu dan amal yang menghiasi dirinya, maka tak bisa ditampik lagi, berbagai pujian pun mengalir untuknya. Keluarga, teman-teman dan orang yang mengenalnya memujinya. “Saleh” , “zuhud” , “alim” dan berbagai atribut sanjungan lainnya mereka sematkan untuknya.

Demikianlah keadaannya. Sampai ketika ia telah mengenal internet, di sinilah perubahan itu bermula. Ia yang walaupun latar belakangnya dari sekolah umum, namun sejak mengenal dakwah dan tarbiyah sudah mulai menjaga jarak dari lawan jenis, bahkan terputuslah komunikasi antaranya dengan lawan jenis, kecuali bila darurat atau ada hajat yang perlu ditunaikan. Tatkala ia membuka dan menjelajahi dunia maya, terkesiaplah ia. Ia melihat dunia baru yang belum pernah dikenalnya sebelumnya.

Ia terpana menyaksikan interaksi antara (sebagian) ikhwan dan akhwat di “dunia baru” ini. Kalau hubungan antara (sebagian) ikhwan dan akhwat terasa “dingin” di dunia nyata, namun di dunia maya, justru “kehangatan”lah yang terasa. Sekat yang selama ini membatasi pergaulan Ikhwan-akhwat dalam dunia nyata, seolah-olah tak teraba di dunia maya. Para ikhwan yang selama ini “kaku”, “jaim (jaga image)” di depan akhwat, begitu juga sebaliknya, namun di dunia maya semua itu seakan tinggal cerita. Yang ia saksikan justru “keramahan”: saling menyapa, canda dan curhat mesra. ”Pesona” seperti inilah yang ia saksikan hampir setiap hari di dunia maya. Terlihat “indah” memang. Namun, baginya “pesona” itu hanyalah kamuflase atau fatamorgana yang menipu. Ia tak menghiraukannya. Ia tetap istiqamah dalam ilmu dan amalnya.

Akan tetapi, betapapun jernihnya kaca, bila selalu terkena debu maka akan kusam pula akhirnya. Meskipun ia mengingkari “pesona” yang ada di depan matanya, namun ketika “pesona” itu berulang-ulang disaksikannya sehari-hari, tanpa disadari “pesona” itu meronai benaknya dan bergelayut di hatinya. Jadilah “pesona” itu seakan magnet yang menariknya untuk menghampiri dan menyambutnya. Maka tatkala luapan “pesona” itu telah tertambat kuat di hatinya dan membuncah di dadanya, tak sanggup lagilah ia untuk menjauhinya . Ia pun menghampiri blog-blog para akhwat demi “maslahat dakwah”. Ia buka chatting dengan lawan jenis untuk suatu tujuan yang namanya “hidayah”.

Tak dinyana, ada “kehangatan” tersendiri baginya ketika itu. Maka ia pun makin bersemangat memberikan faidah atau nasehat kepada lawan jenisnya melalui komentar di blog maupun chatting. Demikianlah seterusnya, nasihat demi nasihat selalu mengalir darinya. Setelah berlalu beberapa waktu dilanjutkan dengan “nasihat akrab”: nasihat dengan sedikit canda agar menghilangkan “kekakuan”. Demikian seterusnya. Sampai akhirnya ia mengunjungi blog-blog para akhwat dan chatting dengan mereka hanya sekedar untuk bercanda, mengisi waktu luang dan mengobati kejenuhan.


Tanpa terasa adab-adab berbicara terhadap lawan jenis makin dilalaikan. Ilmu dan amal yang selama ini dikerjakan mulai ditinggalkan. Akhirnya pikirannya dipenuhi dengan “pesona dakwah“ yang dijalankannya. Di hatinya tersemai rindu untuk bertemu dengan “mad’u”nya. Bila satu hari saja tidak memberi “nasehat”, kegalauan mengurung hatinya dan menyesakkan dadanya.

Tak terasa hafalan Al-Qurannya pun terganggu. Kekhusyukannya dalam membaca dan merenungi kitabullah pun mulai luntur. Hari demi hari berlalu terasa makin sulit baginya untuk mentadaburi ayat-ayat Al-Quran yang dibaca atau didengarnya. Ia tidak bisa lagi mencecap manisnya menyelami Al-Quran seperti sebelumnya.


Apa yang salah denganmu, ya akhi? Kenapa hatimu menjadi keras? Mana air mata yang dulu meleleh di wajahmu tatkala ayat-ayat Allah dilantunkan? Mana semangat beramalmu yang dulu membara tatkala hadits Nabi disebutkan? Apa penyebab semua ini, wahai saudaraku?


Internet! Itulah jawaban dari semua pertanyaan tadi. Kamu telah menjadi korban internet. Internet, chatting, facebook dan yang semisalnya telah menjauhkanmu dari cahaya hidayah!
Internet memang merupakan salah satu kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita semua di zaman ini. Namun siapa yang menyangka jika kenikmatan ini bisa berubah menjadi kebinasaan tatkala melampaui batas-batas hukum-Nya atau digunakan untuk selain yang diridhai-Nya.


Tak ada yang salah seorang ikhwan ingin mendakwahi atau memberikan faidah kepada akhwat, begitu juga seorang akhwat ingin mendakwahi atau memberikan faidah kepada ikhwan. Namun apa faidah yang ingin kamu sampaikan jika ada “sesuatu” pada hatimu tatkala menasehatinya? Apa faidah yang ingin kamu sampaikan jika pikiranmu membayangkan sosoknya? Apakah kata-kata mesramu itu bisa menunjukkannya pada hidayah? Apakah candamu itu bisa mendekatkannya kepada Allah?



Betul, di zaman salafus saleh memang ada surat-menyurat antara pria dan wanita. Melalui surat, mereka saling menegur, menasehati, memenuhi kebutuhan yang perlu diselesaikan. Akan tetapi, sudahkah kamu menyamai mereka dari sisi ilmu dan ketakwaan? Apakah kamu telah meneladani mereka dalam menjaga adab-adab berbicara terhadap lawan jenismu? Apakah derajat ketakwaanmu telah menyamai mereka sehingga hatimu tak merasakan “apa-apa” tatkala menasihati “mad’u”mu?



Kalau jawabanmu belum, maka tutuplah “keindahan” dan “kerinduan” yang telah kamu rasakan ini. Gantilah itu dengan keindahan tangismu tatkala membaca ayat-ayat Rabbmu. Gantilah itu dengan kebahagiaan hatimu tatkala mempraktekkan sunnah Nabimu. Gantilah itu dengan kerinduanmu untuk bertemu dengan-Nya di akhirat kelak.


Kalau kamu merasa kebiasaan barumu itu sebagai sesuatu yang lumrah dan lazim, apalagi sampai menganggapnya sebagai sesuatu yang perlu diperjuangkan dan tidak semestinya dikekang, maka marilah kamu kami mandikan, kami kafankan, kami shalatkan, lalu kami kuburkan. Karena hatimu sudah beku, sekarat atau mati, meski masih bergerak jasadmu, masih menatap matamu,dan masih berbicara lisanmu. innaa lillahi wainnaa ilaihi raji’un…

..**ProPic Facebookmu Memalingkan Wajahku**..


"Astaghfirullah..."
Itulah kata yang pertama kali ku ucapkan ketika melihat beranda Facebookku kemarin sore, seorang akhwat yang menurutku sudah mempunyai pemahaman agama yang sangat baik mengupload foto dirinya sendiri di Facebook.
Sebenarnya akhwat tersebut masih mengenakan jilbabnya dalam foto tersebut, akan tetapi yang sangat disayangkan adalah gaya si akhwat yang dibuat-buat seperti gaya abg masa kini, dan yang lebih parah lagi di foto tersebut telah banyak like dan komentar dari para "ikhwan" yang rata-rata isinya gombal semua.
Sungguh miris hati karena jilbab itu bukan hanya sekedar pakaian yang digunakan untuk menutup diri, tapi jilbab itu juga harusnya berperan dalam pembatasan diri.
"Telah ditulis bagi setiap bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya,kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah (lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara qalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang membenarkan (merealisasikan) hal itu atau mendustakannya". [HR. Al-Bukhori (5889) dari Ibnu Abbas, dan Muslim (2657) dari Abu Hurairah]
Dari hadits di atas dapat kita lihat bahwa zina itu ada berbagai macam/jenis, salah satunya ya melalui pandangan. Pandangan itu sangat berkaitan erat dengan yang namanya grafis/gambar, sehingga foto-foto akhwat-akhwat yang bertebaran di dunia maya itu bisa saja disalah gunakan oleh segelintir orang untuk melakukan zina mata,Naudzubillah...
"Itu kan foto kami, hak kami dong mau memanjangnya, salah sendiri ko ngeliatain...!"
Mungkin ada yang berpikiran seperti itu, akan tetapi kalian juga harus ingat bahwa "Kejahatan itu bukan hanya karena ada niat pelakunya, akan tetapi juga karena adanya kesempatan". Bagaimana bisa seseorang untuk tidak memandang foto anti jika foto itu dipajang lebar-lebar di halaman facebook, toh kalaupun cuma melihat sekilas itu malah bisa membuat yang melihat menjadi karena zina qolbu karena teringat-ingat dengan foto tersebut.
"Lantas bagaimana dong, masa ngga boleh pasang foto FB?"
Kalau masalah memasang foto di FB, menurut ana lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Jadi lebih baik ya ngga usahlah masang foto diri di sana, cukuplah foto yg lain aja. Toh kalaupun masih aja ingin memasang foto di FB, pesan ana cuma satu "Jangan Berlebihan" seperti foto-foto akhwat yang sekarang banyak bergentayangan di FB.
"...Sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raaf [7] : 31)
"Ngga asik banget sih kalo kayak gitu, apa-apa ngga boleh!"
Kata siapa ngga boleh, boleh aja tapi jangan berlebih-lebihan. Ingat FB itu ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi bisa menjadi ladang amal bagi kita, di sisi yang lain bisa juga membuat kita terjerumus dalam jurang kemaksiatan, karena itu "Waspadalah-waspadalah...!"
Sungguh kecantikan dari seorang akhwat itu adalah karunia dan ujian dariNya, jangan deh jadikan kecantikan itu menjadi sebuah pajangan yang bisa dengan mudah dipandang dan dinikmati oleh orang lain yang mungkin sejatinya belum kita kenal dengan baik.
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya....” (QS. An-Nuur [24] : 30-31)
Ayat itu turun saat Rasulullah Shalallahu a’laihi wassalam memalingkan muka anak pamannya, al-Fadhl bin Abbas, ketika beliau melihat al-Fadhl berlama-lama memandang wanita Khats’amiyah pada waktu haji.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa al-Fadhl bertanya kepada Rasulullah Shalallahu a’laihi wassalam, “Mengapa engkau palingkan muka anak pamanmu?” Beliau Shalallahu a’laihi wassalam menjawab, “Saya melihat seorang pemuda dan seorang pemudi, maka saya tidak merasa aman akan gangguan setan terhadap mereka.”
Dari ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa bukan hanya kewajiban ikhwan untuk menjaga pandangan, akan tetapi juga kewajiban seorang akhwat untuk menjaga dirinya dan perhiasannya. Karena itu jagalah dirimu, jagalah perhiasanmu.
Persembahkan hanya kepada pendamping hidupmu kelak, jangan jadikan perhiasan itu sebagai pajangan untuk khalayak ramai yang bisa dinikmati dengan mudah oleh siapapun, di manapun dan kapanpun.