Sunday 19 February 2017

DAUN BIDARA atau WIDARA (Ziziphus mauritiana)


Bidara atau widara (Ziziphus mauritiana) adalah sejenis pohon kecil penghasil buah yang tumbuh di daerah kering. Dalam bahasa arab, Bidara berasal dari kata Sidroh artinya pohon bidara.Dalam hal ini sidroh atau Bidara ada sejarah tersendiri dengan kaitannya perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam isra' mi'raj. Pohon bidara sangatlah banyak manfaatnya. 

Sebagaimana tuntunan Nabi Muhammad SAW, Ruqyah adalah methode pengobatan yang di anjurkan bila kita mengalami ganguan penyakit non medis. Dalam beberapa hadits daun Bidara adalah salah satu jenis tumbuhan yang bisa digunakan untuk membantu dalam pengobatan ruqyah syar’iyyah (ruqyah yang sesuai syari’at Islam). Daun bidara juga bisa digunakan untuk bersuci wanita yang sedang haidh. Daun bidara juga digunakan untuk campuran air memandikan jenazah. Daun bidara juga biasa digunakan untuk sayur, dan pakan ternak.


Berikut ini beberapa manfaat daun bidara: 
  •  Memandikan Jenazah
Ummu ‘Athiyyah Rodhiyallohu ‘Anha berkata, “Nabi Shollallohu Alaihi Wa sallam pernah menemui kami sedangkan kami kala itu tengah memandikan puterinya (Zainab), lalu Beliau bersabda: ‘Mandikanlah dia tiga, lima, (atau tujuh) kali, atau lebih dari itu. Jika kalian memandang perlu, maka pergunakan air dan daun bidara. (Ummu ‘Athiyyah berkata, ‘Dengan ganjil?’ Beliau bersabda, ‘Ya.’) dan buatlah di akhir mandinya itu tumbuhan kafur atau sedikit darinya.”
(H.R. al Bukhori 3/99-104, Muslim 3/47-48, Abu Dawud 2/60-61, an Nasa-i 1/266-267, at Tirmidzi 2/130-131, Ibnu Majah 1/445, Ibnul Jarud 258-259, Ahmad 5/84-85, 4076-4078, Syaikh al Albani – Hukum dan Tata Cara Mengurus Jenazah hal 130-131).
  • Campuran untuk bersuci pada wanita haidh
Dari Aisyah berkata, “ salah seorang wanita diantara kalian (wanita yang sedang haid) dia mengambil air lalu dia mencampurnya dengan daun bidara kemudian dia bersuci. Lalu dia menyiram air di atas kepala sambil menggosoknya dengan kuat sampai airnya masuk ke dalam pori-pori dan masuk ke akar rambutnya. Dan kemudian membilasnya dengan air bersih , lalu dia mengambil kan yang sudah di basuhi dengan minyak misk dan kemudian membersihkan dirinya dengan kain tersebut.”
  • Therapy Ruqyah
Ulama Wahab bin Munabih menyarankan untuk menggunakan tujuh lembar bidara yang dihaluskan. Kemudian dilarutkan dalam air dan dibacakan ayat Kursi, surat al Kafirun, al Ikhlash, al Falaq dan an Naas. (Boleh juga dibacakan ayat-ayat al-Qur’an lainnya) Lalu dipergunakan untuk mandi atau diminum. (lihat Mushannaf Ma’mar bin Rasyid 11/13).
Menumbuk tujuh helai daun pohon Sidr (daaun bidara) hijau di antara dua batu atau sejenisnya, lalu menyiramkan air ke atasnya sebanyak jumlah air yang cukup untuk mandi dan dibacakan di dalamnya ayat-ayat al Qur-an.
Setelah membacakan ayat-ayat tersebut pada air yang sudah disiapkan tersebut, hendaklah dia meminumnya sebanyak tiga kali, dan kemudian mandi dengan menggunakan sisa air tersebut. Dengan demikian, Insya Allah penyakit (sihir) akan hilang. Dan jika perlu, hal itu boleh diulang dua kali atau lebih, sehingga penyakit (sihir) itu benar-benar sirna. Hal itu sudah banyak dipraktekkan, dan dengan izin_Nya,Allah memberikan manfaat padanya.

Sunday 11 September 2016

ALAMAT RUQYAH DI MEDAN

Jika Anda mencari alamat ruqyah di Medan dan sekitarnya. Mungkin ini informasi terbaik yang pernah Anda dengar. Sesaat lagi saya akan menunjukkan kepada Anda beberapa tempat ruqyah di Medan yang bisa Anda kunjungi.

Sebenarnya ada banyak sekali tempat ataupun klinik Ruqyah yang sudah berdiri di Medan. Apalagi seiring dengan bertambahnya antusias masyarakat yang sudah mengenal Ruqyah dan khasiatnya di dalam mengobati berbagai penyakit, seperti Medis maupun Non Medis, baik yang diiklankan lewat media cetak dan juga televisi.




Nah...Silahkan Anda datang ke alamat-alamat praktek Ruqyah yang ada di Medan yang sebentar lagi akan saya beritahukan di bawah ini. Pastikan alamat Ruqyah yang akan Anda kunjungi, ditangani oleh praktisi-praktisi yang namanya terdaftar diDaftarPraktisi Ruqyah Syar’iyyah Indonesia dan Dunia.


Karena sebagian besar dari nama-nama yang terdaftar di Daftar Praktisi Ruqyah apalagi yang ada di Medan, mereka sudah pernah mengikuti pelatihan-pelatihan Ruqyah Syar’iyyah dengan berbagai metode-metode ampuh dan teruji di dalam menangani penyakit-penyakit tertentu. Bukan hanya itu, untuk di Kota Medan sendiri, setiap bulannya selalu diadakan Ruqyah Massal oleh Komunitas Peduli Ruqyah Syar’iyyah Indonesia yang disingkat dengan KOPERASI. Untuk mengetahui aktifitas kegiatan mereka, Anda bisa langsung mengaksesnya di website peduliruqyah atau www.ruqyahsyariyyahmedan.com


Alhamdulillah...saat ini saya diamanahkan sebagai Ketua Divisi Dakwah & Informasi yang menangani kegiatan-kegiatan Ruqyah Massal di Medan dan Sekitarnya. Beberapa bulan yang lalu, team Peduli Ruqyah Medan diminta untuk mengisi kajian dan pelatihan Ruqyah Syar’iyyah di Aceh tepatnya Pulau Simeleu. Sebenarnya banyak sudah permintaan yang masuk dari berbagai daerah untuk mengisi Kajian dan Pelatihan Ruqyah Syar’iyyah di wilayah Sumatera Utara, seperti di Kisaran, Labuhan Batu, Mandailing Natal, Padang Sidempuan, Tebing Tinggi, Dll. Namun untuk sementara ini kegiatan-kegiatan Ruqyah Massal yang sudah diadakan oleh team Peduli Ruqyah masih sering berada di dalam Kota Medan dan Sekitarnya.


Baiklah, bagi Anda yang membutuhkan layanan Ruqyah Syar’iyyah di Medan dan Sekitarnya, berikut alamat ruqyah di Medan yang bisa Anda kunjungi.

  • Ust. Fitra Rudiansyah. Alamat Praktek Ruqyah di Jl. Pringan. Lorong Puyuh. Medan Marelan
  • Ust. Barmawi. Alamat Praktek Ruqyah di Jl. Bandar Setia, Medan Tembung
  • Aby S, S.Pd. Alamat Praktek Ruqyah di Jl. Gatot Subroto km 7,5 / Jl. Pantai timur / Jl. Gereja No. 64A Cinta Damai, Medan.

Untuk Informasi Call Centre, silahkan hubungi langsung 0823-6113-6983 (Divisi Dakwah dan Informasi - Peduli Ruqyah Centre) untuk fast respons.


Bagi Anda yang ingin silaturahmi, Anda juga bisa langsung datang ke alamat ruqyah kami di 
Gatot Subroto km 7,5 / Jl. Pantai timur / Jl. Gereja No. 64A, Medan. Tepatnya di samping Masjid Al-Masturah
Semoga bermanfaat.

Monday 18 February 2013

Pacaran Sudah Jelas Sekali Haramnya!

1. Orang yang sedang pacaran gak mungkin menundukan pandangannya terhadap pacarnya
(Awal munculnya rasa suka maupun cinta  itu  adalah karena dari seringnya mata memandang kepadanya)
2. Orang yang sedang pacaran tidak akan bisa menjaga hijab (pembatas). 3. orang yang sedang pacaran biasanya sering berdua-duaan dengan pacarnya (berkhalwat), baik di dalam rumah atau di luar rumah 4. Wanita akan bersikap manja dan mendayukan suaranya saat bersama pacarnya. 5. Pacaran identik dengan saling menyentuh antara laki-laki dengan wanita, meskipun itu hanya jabat tangan. 6. Orang yang sedang pacaran, bisa dipastikan selalu membayangkan orang yang dicintainya.
Harap dipikirkan dan direnungkan kembali etika pergaulan dengan lawan jenis dalam Islam. Berapa point kah pelanggaran yang dilakukan oleh orang pacaran? 

Dalam kamus pacaran, hal-hal tersebut adalah lumrah dilakukan, padahal satu hal saja cukup untuk mengharamkan pacaran, lalu bagaimana kalau semuanya?
1. Pacaran itu ga jelas hubungannya [suami istri bukan, sodara bukan, tetangga juga bukan (lho)] tapi bermesra-mesraan seakan2 itu suami istri padahal bukan
2. Laki2 yg pacaran tidak Jentel!! hanya berani main-main aja. tidak serius untuk mencintainya. tidak berani langsung khitbah dirinya.. berjuta alasan muncul untuk menunda pernikah dan membenarkan pacaran.Dengan alasan untuk mengenal si calon pasangan. tapi kalau pacaran kelamaan, kapan coba nikahnya? Kalau pacaran kelamaan.. Berapa banyak coba dosanya?

3. Perempuan yang pacaran itu murahan, Masa mau banget berdua-duaan? Mau banget dipegang-pegang? Mau banget dikasih kata-kaa rayuan serta gombalan yang sebenarnya dusta! perempuan itu mudah sekali melepas kehormatan dan wibawa dia kepada seorang lelaki tanpa ada ikatan yg sah. mudah putus dan cari pacar lagi. Bener-bener murahan!

4. Ketika pacaran, mungkin berharap bahwa dialah manusia terakhir yang akan mencampinginya untuk mengarungi bahtera rumah tangga.. betul ga..? tapi, tahukah kamu, sahabat?.. dibalik itu ternyata sipasangan (si pacar) memperhatikan, meneliti dan menilai kamu.. didalam hatinya adalah, “apakan dia pantas menjadi pendampingku, sedangkan tingkah lakunya seperti itu, dan aku sudah tau kebiasaan buruknya?”. Dia pun bertanya-tanya.

5. Pacaran itu isinya Bohong semua..!! Percaya ga? di depan pasangan pura-pura sok romantis, kata-katanya disaring betul-betul sehingga yang terlontar hanya kata-kata yang baik-baik aja. ketika mau ketemuan pura-pura Mandi dan make minyak wangi. Pura-pura menjaga perasaaannya. Pura-pura perhatian, sms rayuan gombal. Terkadang memberi nasihat yang islami seolah-olah mereka pacaran islami.  Padahal, sifat sebenarnya mereka belum tentu begitu!. Terus Sorry-Sorry Jack ya di Islam ga ada Pacaran Islami.

Dan kalaupun pasangan ini menikah makan yg terjadi adalah kericuhan, karna setiap pihak merasa dibohongi ketika pacaran..!
Mana tutur kata manismu ketika pacaran dulu?
Mana sms gombalan dan nasehat ketika pacaran dulu?
Mana tubuh wangimu ketika ingin menjumpaiku dulu?
Mana? mana? mana?? “Ke LAUT AJA Loe! Hehe..


 


Orang yang mencintaimu.. Gak akan mungkin mengajakmu pacaran, gak mungkin ngajak kamu sms yang sekedar nanya “udah makan belum?, udah sholat belum?, udah sarapan belum?, udah belajar belum?, udah tidur belum?, udah mandi belum? lagi ngapain sekarang?” Emang kamu anak bayi? ditanya-tanya ga penting begitu.

Orang yang mencintaimu.. Gak akan mungkin mengajakmu jalan berdua.. Gak akan mungkin mengajakmu berzina, gak akan mungkin mau menambah dosa kamu, Gak mungkin akan merayu dan mendayu-dayu kepadamu.
Orang yang mencintaimu.. Akan mencintaimu dari kejauhan.. Karena ia ingin menjaga kesucian dirimu. Ia akan senang jika lihat dirimu senang walaupun dari kejauhan. Dan dirinnya akan sedih jika melihat dirimu sedih walaupun dari kejauhan.
Salam Hangat




Kalau Cinta, Jangan Maksiat

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mempersilakan.

Atau mengambil kesempatan.

Yang pertama adalah pengorbanan.

Yang kedua adalah keberanian.

(Jalan Cinta Para Pejuang_ Salim A Fillah)

 


Jamaah ini bukan jamaah malaikat tanpa hasrat. Meski tiap pertemuan ada sekat dan hijab, tetap saja fitnah bersiap siaga menjerat. Suatu fitrah nan indah dari Sang Pencipta. Tentu saja tak layak diumbar tanpa ikatan yang sah.
“Nantikan ku di batas waktu, ya ukhti” jelas bukanlah risalah yang dibenarkan syariat, yaa Akhi…
Belajarlah dari kisah romansa ‘Ali dan Fatimah. Yang sebenarnya saling memendam rasa begitu lama. Namun tak jua Sang Pria memberanikan diri memulainya walau lamaran Abu Bakar dan Umar al Khattab telah bermula. Apalah aku ini, pikir sang pemuda, hanya seorang pemuda yang tak berpunya bahkan sekadar mahar seadanya.
Tapi lihatlah ketika Allah berkehendak.
“Aku hendak menikahkan engkau hanya atas dasar mas kawin sebuah baju besi saja. Aku puas menerima barang itu dari tanganmu. Hai Ali engkau wajib bergembira sebab Allah ‘Azza wa jalla sebenarnya sudah lebih dahulu menikahkan engkau di langit sebelum aku menikahkan engkau di bumi!” Demikian perkataan Sang Rasul dalam riwayat yang diceritakan Ummu Salmah RA.
Sungguh, sebuah Romansa cinta penuh gairah ketaatan pada Robb nya yang syetan pun tak mereka kabari gejolaknya. Dan cinta pun bersemi indah hingga ke surga.
Maka mencinta lah sejantan ‘Ali. Menyimpan rapat di hati atau persilakan sang pujaan meniti mencari ridha Illaahi tanpa engkau temani. Materi bukan halangan berarti, ya Akhi. Cukuplah janji Allah engkau yakini. Maka Bismillaah…mantapkan hati.
***
“Nikahkan aku dengan nya, Yaa Abi…” atau “Ta’aruf-kan Ana dengan si ikhwan, Wahai Murabbi…” begitu syariat mengajarkan kita, Yaa Ukhti…
“Tapi kan, kita ini akhwat. Masa iya kita yang memulai?”
Ohoho terlupakah kita kekasih sang Rasulullah, Bunda Khadijah?
Dengan selisih umur yang tak sedikit, dengan status janda dan bujang, dengan strata social yang tak sepadan, cinta mereka pun menjadi kisah cinta mengagumkan. Cinta yang tetap abadi walaupun Khadijah tak lagi di sisi. Bahkan Sang Rasul menangis ketika ditanya kesediaannya untuk kembali menikah sembari berkata, “Masih adakah orang lain setelah Khadijah?”
Sejarah telah mencatat, tak berkurang izzahnya sang muslimah ketika mengutarakan isi hatinya agar bisa terjaga dalam bingkai yang sah. Lantas, apa yang engkau khawatirkan, wahai Muslimah? Tak khawatirkah dirimu syetan merajai benak mu hingga berzina-lah hati mu sepanjang masa menunggu pangeran impian mu itu?
Di Jalan Cinta Para pejuang, kita belajar untuk bertanggung jawab atas perasaan kita
Maka bertanggung jawablah atas apa yang engkau rasa. Mengutarakannya dengan cara syariat jelas bukanlah dosa. Bermain-main dengan gejolak hati justru memancing datangnya syetan penggoda. Tanyakan hati mu seberapa kuat diri mu menahannya. Ingat juga syetan tak kenal putus asa. Dan kita bukanlah pribadi terjaga bak ‘Ali dan Fatimah.
Tak selalu cinta bersemi di taman cinta hingga abadi. Penerimaannya memekarkan benih di hati. Tentu penolakan bukanlah tanda berakhirnya hari-hari. Ia adalah jalan yang dipilih Tuhan mu dan Tuhan nya. Mungkin juga pertanda belum siapnya melangkah. Hingga perlu berbenah hingga yang terbaik menurutNYA menyapa. Yakinlah IA Maha Tahu yang terbaik untuk kita.
Kau dan aku telah memilih langkah. Dan di jalan juang lah kita berada. Sebuah jalan yang tak ada pertolongan selain kekuatan NYA. Dan pertolongan kan sirna ketika kita hiasi jalan juang ini dengan maksiat atas sucinya fitrah.

Ada Apa Dengan Jilbab Punuk Unta?



Disebutkan Oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam Dalam Hadits Shahih Riwayat Imam Muslim dan Lainnya bahwa mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan Mencium Bau Wangi Surga, Padahal Bau Wangi Surga Bisa Dicium Dari Jarak yang sangat jauh.
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya,
1. Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia [maksudnya penguasa yang dzalim],
2. dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu [jarak jauh sekali]”.
(HR. Muslim).
Yang bergaris tebal itu memiliki penafsiran bahwa itu maksudnya adalah  yang menyisir rambutnya dengan gaya condong ke atas. Ia berkata: yaitu dengan memilin rambut dan mengikatnya ke atas kemudian menyatukannya di tengah-tengah kepala sehingga menjadi seperti punuk-punuk unta.
Lalu ia berkata: ini menunjukkan bahwa maksud perumpamaan dengan punuk-punuk unta adalah karena tingginya rambut di atas kepala mereka, dengan dikumpulkannya rambut di atas kepala kemudian dipilin sehingga rambut itu berlenggak-lenggok ke kiri dan ke kanan kepala.
Fatwa dari Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah:
Pertanyaannya seperti ini :
Apa hukum seorang wanita mengumpulkan (menggelung/sanggul) rambutnya di atas lehernya dan di belakang kepalanya yang membentuk benjolan sehingga ketika wanita itu memakai hijab, terlihat bentuk rambutnya dari belakang jilbabnya?

Jawaban :
Ini adalah kesalahan yang terjadi pada banyak wanita yang memakai jilbab, dimana mereka mengumpulkan rambut-rambut mereka di belakang kepala mereka sehingga menonjol dari belakang kepalanya walaupun mereka memakai jilbab di atasnya. Sesungguhnya hal ini menyelisihi syarat hijab yang telah kukumpulkan dalam kitabku “Hijab al-Mar’ah al-Muslimah minal Kitab was Sunnah”.
Dan diantara syarat-syarat tersebut adalah pakaian mereka tidak membentuk bagian tubuh atau sesuatu dari tubuh wanita tersebut, oleh karena itu tidak boleh bagi seorang wanita menggelung rambutnya dibelakang kepalanya atau disampingnya yang akan menonjol seperti itu, sehingga tampaklah bagi penglihatan orang walaupun tanpa sengaja bahwa itu adalah rambut yang lebat atau pendek. Maka wajib untuk mengurainya dan tidak menumpuknya.

Sumber : “Silsilatul Huda wan Nur“.

Maksud dari hadits “kepala mereka seperti punuk onta”, adalah wanita yang menguncir atau menggulung rambutnya sehingga tampak sebuah benjolan di bagian belakang kepala dan tampak dari balik hijabnya .
Ancaman yang sangat keras bagi setiap wanita yang keluar rumah menonjolkan rambut yang tersembunyi di balik hijabnnya dengan ancaman tidak dapat mencium bau wangi surga, padahal bau wangi surga bisa dicium dari jarak yang sangat jauh.
Apabila telah ada ketetapan dari Allah baik berupa perintah atau pun larangan, maka seorang mukmin tidak perlu berpikir-pikir lagi atau mencari alternatif yang lain. Terima dengan sepenuh hati terhadap apa yang ditetapkan Allah tersebut dalam segala permasalahan hidup.
Kalau kita perhatikan dengan seksama. Akan jelas sekali fenomena yang menghadang para muslimah ini. Apa yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits itu. Nyatanya? Memang banyak yang memakainya.
Jadi, inti dari larangan dalam hadits tersebut adalah bertabarruj, yaitu keluar rumah dengan berdandan yang melanggar aturan syari’at dan berjilbab yang tidak benar sebagaimana firman Allah:
“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu (bertabarruj) berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu“. (QS. Al-Ahzaab: 33).

Jadi, buat sobat-sobat muslimah, yuk pakai jilbabnya yang biasa-biasa aja. Yang syar’i, yang ndak ketat, yang ndak tembus pandang, dan yang ndak berpunuk unta. Iya bukan? Yapss! Kan capek ya? Unta dibawa-bawa. Kan berat boo :D
Semoga bermanfaat!
Wallahu A’lam