Friday 2 March 2012

Keutamaan Penghafal Al-Qur’an


Menghafal Al-Qur’an memang bukan suatu hal mudah, ya, banyak yang merasa kecewa dengan diri sendiri karena merasa begitu sulit untuk menjadi seorang penghafal Al-Quran itu. Terlalu banyak kendala dan keluhan. Yang tersisa kemudian hanyalah keinginan terpendam untuk menjadi seorang hafizh.


akan tetapi jika setiap muslim tau keutamaan menjadi seorang hafizh / hafizhah, maka semuanya akan berlomba menghafal Al-Qur’an, benar, menghafal Al-Qur’an adalah sesuatu yang harus diperjuangkan oleh para pendamba surga.


Sobat, inilah janji Allah SWT untuk para penghafal Al-Qur’an, semoga bisa menjadi pembakar semangat untuk istiqamah menghafal Al-Qur’an. check this out ^^ …


1. MEREKA ADALAH KELUARGA ALLAH SWT.


Sabda Rasulullah s.a.w:
“Dari Anas ra. Ia berkata bahawa Rasulullah s.a.w bersabda, “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia.” Kemudian Anas berkata lagi, lalu Rasulullah s.a.w bertanya: “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah. Baginda menjawab: “Iaitu ahli Quran (orang yang membaca atau menghafal Al- Quran dan mengamalkan isinya).Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.


2. DI TEMPATKAN SYURGA YANG PALING TINGGI


Sabda rasulullah s.a.w:
“Dari Abdullah Bin Amr Bin Al Ash ra dari nabi s.a.w, baginda bersabda; Diakhirat nanti para ahli Al Quran di perintahkan, “Bacalah dan naiklah kesyurga. Dan bacalah Al Quran dengan tartil seperti engkau membacanya dengan tartil pada waktu di dunia. Tempat tinggal mu di syurga berdasarkan ayat paling akhir yang engkau baca.”


3. AHLI AL QURAN ADALAH ORANG YANG ARIF DI SYURGA


Sabda rasulullah s.a.w “Dari Anas ra. Bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda; “Para pembaca Al Quran itu adalah orang-orang yang arif di antara penghuni syurga,”


4. MENGHORMATI ORANG YANG MENGHAFAL AL QURAN BERERTI MENGAGUNGKAN ALLAH SWT.


Sabda rasulullah s..a.w “Dari Abu Musa Al Asya’ari ra.ia berkata bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Diantara perbuatan mengagungkan Allah adalah menghormati Orang Islam yang sudah tua, menghormati orang yang menghafal Al-Quran yang tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan Al-Quran tidak di amalkan, serta menghormati kepada penguasa yang adil.”


5. HATI PENGHAFAL AL-QURAN TIDAK DI SEKSA


Sabda rasulullah s.a.w.
” Dari Abdullah Bin Mas’ud ra. Dari nabi s.a.w. baginda bersabda: ” bacalah Al Quran kerana Allah tidak akan menyeksa hati orang yang hafal al-quran.


Sesungguhanya Al -Quran ini adalah hidangan Allah, siapa yang memasukkunya ia akan aman. Dan barangsiapa yang mencintai Al Quran maka hendaklah ia bergembira.”


6. MEREKA LEBIH BERHAK MENJADI IMAM DALAM SOLAT


Sabda rasulullah s.a.w. :
“Dari Ibnu Mas’ud ra. Dari Rasulullah s.a.w. beliau bersabda; “yang menjadi imam dalam solat suatu kaum hendaknya yang paling pandai membaca Al Quran.”


7. DISAYANGI RASULULLAH S.A.W


Sabda rasulullah s.a.w.:
“Dari Jabir Bin Abdullah ra. Bahawa nabi s.a.w menyatukan dua orang dari orang-orang yang gugur dalam perang uhud dalam satu liang lahad.


Kemudian nabi s.a.w. bertanya, “dari mereka berdua siapakah paling banyak hafal Al Quran?” apabila ada orang yang dapat menunjukkan kepada salah satunya, maka nabi s.a.w memasukkan mayat itu terlebih dahulu ke liang lahad.”


8. DAPAT MEMBERIKAN SYAFAAT KEPADA KELUARGA


Sabda rasulullah s.a.w.:
“Dari Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah ia berkata, “Barangsiapamembaca Al Quran dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya kedalam syurga dan memberikannya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya di mana mereka semuanya telah di tetapkan untuk masuk neraka.”


9. PENGHAFAL AL QURAN AKAN MEMAKAI MAHKOTA KEHORMATAN


Sabda rasulullah s.a.w.:
“Dari Abu Hurairah ra.dari nabi s.a.w. baginda bersabda: “orang yang hafal Al Quran nanti pada hari kiamatnanti akan datang dan Al Quran akan berkata; “Wahai Tuhan ,pakaikanlah dia dengan pakaian yang baik lagi baru.” Maka orang tersebut di berikan mahkota kehormatan. Al Quran berkata lagi:


“Wahai Tuhan tambahlah pakaiannya.” Maka orang itu di beri pakaian kehormatannya. Al Quran lalu berkata lagi, “Wahai Tuhan, redailah dia.” Maka kepadanya di katakan; “Bacalah dan naiklah.” Dan untuk setiap ayat, ia di beri tambahan satu kebajikan.”


10. HAFAL AL QURAN MERUPAKAN BEKAL YANG PALING BAIK.


Sabda rasulullah s.a.w.:
“Dari jabir bin nufair, katanya rasulullah s.a.w. bersabda; “Sesungguhnya kamu tidak akan kembali menghadap Allah dengan membawa sesuatu yang paling baik daripada sesuatu yang berasal dari-Nya yaitu Al Quran.


11. ORANG TUA MEMPEROLEHI PAHALA KHUSUS JIKA ANAKNYA PENGHAFAL AL QURAN.


Sabda rasulullah s.a.w.:
“Dari Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahawasanya ia mendengar Rasulullah s..a.w bersabda: “Pada hari kiamat nanti, Al Quran akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Quran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: “Apakah anda mengenalku?”.


Penghafal tadi menjawab; “saya tidak mengenal kamu.” Al Quran berkata; “saya adalah kawanmu, Al Quran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Al Quran tadi di beri kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat di bayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya: “kenapa kami di beri dengan pakaian begini?”. Kemudian di jawab, “kerana anakmu hafal Al Quran.”


Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di perintahkan, “bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya.” Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil)


12. AKAN MENEMPATI TINGKATAN TERTINGGI DI DALAM SYURGA.


Sabda rasulullah s.a.w.:
“Dari Sisyah ra ia berkata, bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda; jumlah tingkatan-tingkatan syurga sama dengan jumlah ayat-ayat Al Quran. Maka tingkatan syurga yang di masuki oleh penghafal Al Quran adalah tingkatan yang paling atas, dimana tidak ada tingkatan lagi sesudah itu.


Semoga dengan memahami hal ini, kita semua bisa lebih terpacu untuk bisa menghafal Al Qur’an setiap harinya, semampu kita.

Sunday 29 January 2012

Khaulah Binti Tsa’labah (Wanita Yang Aduannya Didengar Allah Dari Langit Ketujuh)


Beliau adalah Khaulah binti Tsa`labah bin Ashram bin Fahar bin Tsa`labah Ghanam bin ‘Auf. Beliau tumbuh sebagai wanita yang fasih dan pandai. Beliau dinikahi oleh Aus bin Shamit bin Qais, saudara dari Ubadah bin Shamit r.a yang beliau menyertai perang Badar dan perang Uhud dan mengikuti seluruh perperangan yang disertai Rasulullah saw. Dengan Aus inilah beliau melahirkan anak laki-laki yang bernama Rabi`.

Khaulah binti Tsa`labah mendapati suaminya Aus bin Shamit dalam masalah yang membuat Aus marah, dia berkata, “Bagiku engkau ini seperti punggung ibuku.”

Kemudian Aus keluar setelah mengatakan kalimat tersebut dan duduk bersama orang-orang beberapa lama lalu dia masuk dan menginginkan Khaulah. Akan tetapi kesadaran hati dan kehalusan perasaan Khaulah membuatnya menolak hingga jelas hukum Allah terhadap kejadian yang baru pertama kali terjadi dalam sejarah Islam. Khaulah berkata, “Tidak…jangan! Demi yang jiwa Khaulah berada di tangan-Nya, engkau tidak boleh menjamahku karena engkau telah mengatakan sesuatu yang telah engkau ucapkankan terhadapku sehingga Allah dan Rasul-Nya lah yang memutuskan hukum tentang peristiwa yang menimpa kita."

Kemudian Khaulah keluar menemui Rasulullah saw, lalu dia duduk di hadapan beliau dan menceritakan peristiwa yang menimpa dirinya dengan suaminya. Keperluannya adalah untuk meminta fatwa dan berdialog dengan nabi tentang urusan tersebut. Rasulullah saw bersabda, “Kami belum pernah mendapatkan perintah berkenaan urusanmu tersebut… aku tidak melihat melainkan engkau sudah haram baginya.”

Wanita mukminah ini mengulangi perkatannya dan menjelaskan kepada Rasulullah saw apa yang menimpa dirinya dan anaknya jika dia harus cerai dengan suaminya, namun rasulullah saw tetap menjawab, “Aku tidak melihat melainkan engkau telah haram baginya”.

Sesudah itu wanita mukminah ini senantiasa mengangkat kedua tangannya ke langit sedangkan di hatinya tersimpan kesedihan dan kesusahan. Pada kedua matanya nampak meneteskan air mata dan semacam ada penyesalan, maka beliau menghadap kepada Yang tiada akan rugi siapapun yang berdoa kepada-Nya. Beliau berdo’a, “Ya Allah sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu tentang peristiwa yang menimpa diriku”.
Alangkah bagusnya seorang wanita mukminah semacam Khaulah, beliau berdiri di hadapan Rasulullah saw dan berdialog untuk meminta fatwa, adapun istighatsah dan mengadu tidak ditujukan melainkan untuk Allah Ta`ala. Ini adalah bukti kejernihan iman dan tauhidnya yang telah dipelajari oleh para sahabat kepada Rasulullah saw.

Tiada henti-hentinya wanita ini berdo`a sehingga suatu ketika Rasulullah saw pingsan sebagaimana biasanya beliau pingsan tatkala menerima wahyu. Kemudian setelah Rasulullah saw sadar kembali, beliau bersabda, “Wahai Khaulah, sungguh Allah telah menurunkan al-Qur`an tentang ditimu dan suamimu kemudian beliau membaca firman-Nya (artinya), “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan [halnya] kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat,…sampai firman Allah: “dan bagi oranr-orang kafir ada siksaan yang pedih.”(Al Mujadalah:1-4)

Kemudian Rasulullah saw menjelaskan kepada Khaulah tentang kafarat (tebusan) Zhihar:

Nabi : Perintahkan kepadanya (suami Khansa`) untuk memerdekan seorang budak

Khaulah : Ya Rasulullah dia tidak memiliki seorang budak yang bisa dia merdekakan.

Nabi : Jika demikian perintahkan kepadanya untuk shaum dua bulan berturut-turut

Khaulah : Demi Allah dia adalah laki-laki yang tidak kuat melakukan shaum.

Nabi : Perintahkan kepadanya memberi makan dari kurma sebanyak 60 orang miskin

Khaulah : Demi Allah ya Rasulullah dia tidak memilikinya.

Nabi : Aku bantu dengan separuhnya

Khaulah : Aku bantu separuhnya yang lain wahai Rasulullah.

Nabi : Engkau benar dan baik maka pergilah dan sedekahkanlah kurma itu sebagai kafarat baginya, kemudian bergaulah dengan anak pamanmu itu secara baik.” Maka Khaulah pun melaksanakannya.


Inilah kisah seorang wanita yang mengajukan gugatan kepada pemimpin anak Adam a.s yang mengandung banyak pelajaran di dalamnya dan banyak hal yang menjadikan seorang wanita yang mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dengan bangga dan perasaan mulia dan besar perhatian Islam terhadapnya.

Ummul mukminin Aisyah ra berkata tentang hal ini, “Segala puji bagi Allah yang Maha luas pendengaran-Nya terhadap semua suara, telah datang seorang wanita yang mengajukan gugatan kepada Rasulullah saw, dia berbincang-bincang dengan Rasulullah saw sementara aku berada di samping rumah dan tidak mendengar apa yang dia katakan, maka kemudian Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya dan mengadukan (halnya) kepada Allah…” (Al-Mujadalah: 1)

Inilah wanita mukminah yang dididik oleh Islam yang menghentikan Khalifah Umar bin Khaththab r.a saat berjalan untuk memberikan wejangan dan nasehat kepadanya. Beliau berkata, “Wahai Umar aku telah mengenalmu sejak namamu dahulu masih Umair (Umar kecil) tatkala engkau berada di pasar Ukazh engkau mengembala kambing dengan tongkatmu, kemudian berlalulah hari demi hari sehingga memiliki nama Amirul Mukminin, maka bertakwalah kepada Allah perihal rakyatmu, ketahuilah barangsiapa yang takut akan siksa Allah maka yang jauh akan menjadi dekat dengannya dan barangsiapa yang takut mati maka dia kan takut kehilangan dan barangsiapa yang yakin akan adanya hisab maka dia takut terhadap Adzab Allah.” Beliau katakan hal itu sementara Umar Amirul Mukminin berdiri sambil menundukkan kepalanya dan mendengar perkataannya.

Akan tetapi al-Jarud al-Abdi yang menyertai Umar bin Khaththab tidak tahan mengatakan kepada Khaulah, “Engkau telah berbicara banyak kepada Amirul Mukminin wahai wanita.!” Umar kemudian menegurnya, “Biarkan dia…tahukah kamu siapakah dia? Beliau adalah Khaulah yang Allah mendengarkan perkataannya dari langit yang ketujuh, maka Umar lebih berhak untuk mendengarkan perkataannya. “

Dalam riwayat lain Umar bin Khaththab berkata, “Demi Allah seandainya beliau tidak menyudahi nasehatnya kepadaku hingga malam hari maka aku tidak akan menyudahinya sehingga beliau selesaikan apa yang dia kehendaki, kecuali jika telah datang waktu shalat maka aku akan mengerjakan shalat kemudian kembali mendengarkannya sehingga selesai keperluannya.”


(SUMBER: buku Mengenal Shahabiah Nabi SAW., karya Mahmud Mahdi al-Istanbuly dan Musthafa Abu an-Nashar asy-Syalaby, h.242-246, penerbit AT-TIBYAN)

Read more: http://arrahmah.com/read/2009/06/18/4670-khaulah-binti-tsa.html#ixzz1kjWK2Qc1

Kaidah-kaidah menjaga Anak Dalam Islam


Delapan Kunci “Menjaga” Anak


Selain delapan “kunci”, hendaknya para orangtua tampil menjadi teladan bagi buah hatinya

Hidayatullah.com--Anak merupakan amanah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena amanah, maka kelak Dia akan meminta pertanggungjawaban kepada kita atas amanah tersebut.


Jika anak-anak tumbuh menjadi shalih dan shalihah, tentu akan membawa keuntungan dunia dan akhirat bagi orangtuanya. Sebaliknya, jika orangtua lalai dalam mengajar dan mendidik, keberadaannya akan membawa bencana dunia dan akhirat.

Bukan satu dua kali kita dikejutkan dengan pemberitaan akibat ulah anak-anak kita. Seorang siswa yang sopan, tiba-tiba bisa bunuh diri. Seorang mahasiswa yang ketika di rumah kalem, tiba-tiba bisa menjadi perampok bahkan memperkosa atau membunuh teman dekatnya. Yang tak kalah mengejutkan, berita terbaru dari Jawa Timur, seorang gadis belia, sudah mampu menjadi bos mucikari dan agen pelacuran. Sungguh mengagetkan.

Ada apa yang salah dengan kita, para orangtua? Bukankah kita semua ini, adalah para sarjana dan orang-orang terdidik?

1. Akidah yang Benar

Sesungguhnya, agama kita (Islam) telah menetapkan banyak hal, termasuk masalah pendidikan pada anak. Ini hal yang sangat penting. Jika anak-anak memiliki akidah yang benar, maka itu lahan subur bagi tumbuhnya kebaikan-kebaikan. Tidak ada kebaikan pada diri anak yang akidahnya melenceng.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak, aku akan ajarkan padamu beberapa kalimat: Jagalah Allah pasti engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa jika seluruh umat berkumpul untuk menolongmu, mereka tidak bisa menolongmu dengan sesuatu kecuali atas hal yang telah Allah takdirkan. Ketahuilah bahwa jika seluruh umat berkumpul untuk mencelakaimu, mereka tidak bisa mencelakaimu dengan sesuatu kecuali atas yang telah Allah takdirkan, pena-pena telah diangkat dan catatan-catatan telah kering.” (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi)


2. Memohon Pahala
Rasulullah bersabda, “Jika seseorang menafkahkan hartanya kepada keluarganya dengan mengharap pahala, maka baginya adalah pahala sedekah.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Mas’ud)


3. Diingatkan Shalat
Shalat merupakan kewajiban paling utama seorang hamba terhadap Allah. Rasulullah menegaskan, “Perintahkan anakmu untuk shalat saat usia tujuh tahun dan pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) saat usia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Hakim, Baihaqi, dan lain-lain)


4. Menuntun Berakhlak Baik dan Memperbaiki Kesalahan
Umar bin Abu Salamah Radhiyallahu ‘anhu saat masih kecil dalam asuhan Rasulullah, tangannya ke sana ke mari di atas makanan. Dia bersabda, “Wahai anak, bacalah ‘Bismillah’, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat darimu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abu Salamah)


5. Memisahkan Tempat Tidur
Memasuki usia sepuluh tahun, pisahkanlah tempat tidurnya. Anak-anak pada usia ini sudah terhitung dewasa dan mendekati masa baligh (puber), gairahnya mulai muncul. Maka memisahkan tidur mereka akan mencegah petaka yang tidak diinginkan. Rasulullah bersabda, “…pisahkanlah tempat tidur mereka.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, Baihaqi, dan lain-lain)


6. Berlaku Adil

Tidak bijak bila membeda-bedakan anak dalam berinteraksi dan menafkahi. Perlakuan pilih kasih kerap membawa permusuhan di antara saudara. Hal itu merupakan bentuk kezhaliman terhadap anak.
Rasulullah bersabda, ”Aku tidak akan bersaksi atas suatu kejahatan, takutlah kamu kepada Allah dan berbuat adillah kepada anak-anakmu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir)


7. Lemah Lembut, Bermain, dan Mencium
Rasulullah tidak segan mengajak anak-anak untuk bermain, berlaku lemah lembut, serta mendekati dan mencium mereka. Simaklah bagaimana cara Rasulullah memanggil mereka, “Wahai anakku.”


8. Tegas Saat Diperlukan

Anak yang tidak pernah mendapat hukuman (saat diperlukan) akan mempunyai tabiat yang kurang bagus. Hendaklah orangtua bisa menunjukkan kepada anak-anak dan keluarganya bahwa dia adalah orang yang tegas dan keras saat kondisi mengharuskan itu.

Rasulullah pernah bersabda, “…pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) saat usia sepuluh tahun.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi).

Juga, “Gantunglah cambuk di tempat yang bisa dilihat oleh anggota keluargamu, karena hal itu akan menjadi sebuah pelajaran.” (Riwayat Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad)


Selain yang terurai di atas, hendaknya para orangtua tampil menjadi teladan bagi buah hatinya, lalu mengajari ilmu yang membawa kemanfaatan dunia dan akhirat, serta tidak mendoakan yang buruk kepada mereka (anak-anak). [Ali Athwa, berbagai sumber/hidayatullah.com]

Monday 2 January 2012

Umar Mereformasi Kebijakan Bani Umayyah



Oleh : Hafidz AbdurrahmanUmar bin Abdul Aziz memang mempunyai pandangan yang berbeda dengan kebanyakan penguasa Bani Umayyah dalam meluruskan kebengkokan, baik dalam politik domestik maupun luar negeri. Bahkan, dalam kehidupan pribadinya ketika menjadi khalifah.Ketika penguasa Bani Umayyah sebelumnya mengambil sikap bermusuhan dengan lawan politiknya, maka Khalifah Umar bin Abdul Aziz justru membuka diri dan merangkul lawan-lawan politik Bani Umayyah, seperti kelompok Syiah dan Khawarij. Semuanya itu tak lain untuk menurunkan ketegangan politik yang diwariskan secara turun temurun oleh Bani Umayyah.Khalifah Umar, misalnya, menghentikan kebiasaan Bani Umayyah menyerang Sayyidina Ali di mimbar-mimbar masjid, sebagaimana kebiasaan penguasa Bani Umayyah. Dengan kebijakannya itu, para pendukung Sayyidina Ali, Yang menamakan dirinya Syiah, merasa tidak terusik. Sedangkan terhadap kaum Khawarij, Khalifah Umar banyak melakukan rekonsiliasi dengan membuka pintu dialog dan argumentasi, sebagaimana yang dilakukannya dengan Syaudzab bin al-Hakam,  tokoh Khawarij.


Selain itu, ia membangun toleransi antar umat beragama dan tanpa menghilangkan peranan negara dalam mengimplementasikan Islam dengan sempurna, termasuk kepada mereka, sebagai metode praktis untuk mengajak mereka memeluk Islam.Di antara kebijakannya, Umar banyak memberikan bantuan keuangan kepada orang-orang Kristen, sebagaimana yang dilakukannya terhadap seorang pastor, yang diberinya 1000 Dinar. Ia juga menginstruksikan kepada para walinya untuk mengajak ahli dzimmah yang di wilayahnya untuk memeluk Islam. Khalifah agung ini pun pernah menulis Surat kepada Raja Bizantium, Luis III, untuk mengajaknya masuk Islam. Hasil dari kebijakannya itu, banyak penduduk yang tinggal di wilayah Wara Nahar yang memeluk Islam, termasuk banyak penguasa Sind dan Punjab di India yang memenuhi seruannya. 


Di Maroko, Khalifah Umar mengirim para fuqaha untuk mengajarkan Islam kepada kaum Barbar, sehingga bangsa Barbar itu pun mayoritas memeluk Islam.Selain kebijakan yang radikal ini, Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga memulai reformasi birokrasi, yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran reformatifnya. Yang paling menonjol adalah kecepatan birokrasinya dalam melayani urusan publik, sehingga tidak ada satu urusan yang ditangguhkan untuk diselesaikan hari berikutnya.Tidak hanya itu, ia pun memilih orang yang terbaik dan layak untuk mengurus urusan administrasi dan birokrasi. 


Tidak hanya itu, ia juga terus-menerus mengontrol dan mengevaluasi mereka. Antara lain, Khalifah Umar memberhentikan murid dan pengikut al-Hajjaj bin Yusuf, Yang dikenal kejam, dari seluruh urusan birokrasi dan administrasi.Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah berhasil membuktikan bahwa cara satu-satunya untuk menyelesaikan berbagai persoalan, termasuk konflik horizontal, adalah dengan kembali kepada akidah Islam, kemudian meleburkan masyarakat dalam masyarakat Islam Yang dibangun berdasarkan akidah ini. 
Tanpa ada diskriminasi hak dan kewajiban di antara mereka. Ini dirasakan oleh kaum Kristen, Yahudi maupun Majusi yang baru masuk Islam. Mereka terbebas dari jizyah, maupun kharaj, serta mendapatkan hak dan kewajiban yang sama, sebagaimana kaum Muslim yang lain.

Dakwahtainment




Apa yang kamu pikirkan pertama kali baca judul ini? Seperti mengingatkan kepada acara gosip seleb? Hmm.. nggak salah juga. Kata “entertainment” yang melekat dengan kata info sering kita temukan dalam acara-acara gosip selebritis: infotainment alias informasi seputar hiburan. Nah, dakwahtainment juga kira-kira mirip lah. Mungkin tepatnya Dakwah Entertainment, disingkat jadi dakwahtainment. Lho, kalo gitu artinya dakwah yang bersifat hiburan dong? Bisa jadi. Atau… bisa juga dakwah yang dikemas dengan cara menghibur.

Bro en Sis, dakwah entertainment semarak di saat Ramadhan. Coba deh tengok, hampir semua stasiun televisi menayangkan dakwah yang dikemas dengan hiburan, atau malah dalam beberapa stasiun televisi dakwah digabung dengan hiburan. Televisi memang media paling ampuh untuk mengemas dan menayangkan dakwahtainment. Selain jangkauannya luas, juga kekuatannya sebagai media dengan keunggulan audio visual (bisa didengar dan bisa dilihat), televisi bisa mengambil ceruk pasar pemasang iklan. Kok bisa?

Iya. Ini terjadi semacam relasi komoditas. Masyarakat butuh guyuran rohani di bulan Ramadhan ketimbang di bulan lainnya. Nah, kebutuhan itu disadari betul pengelola televisi. Klop. Bertemunya dua kebutuhan, namun berbeda cara pandang. Masyarakat sih yang penting ada isi, sementara pengelola media memandang hal itu sebagai peluang bisnis. Hitungannya, kalo pengelola televisi menggelar sebuah program dakwah, apalagi jika dikemas dengan hiburan, maka akan menarik penonton dalam jumlah banyak. Kalo udah begitu, berarti rating acara tersebut bakalan naik. Berikutnya, pengiklan bakalan ngantri pengen mengambil jatah tayang di acara tersebut. Bisnis iya, menyampaikan pesan dakwah juga tercapai.

Tapi, apa sudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat? Belum. Menurut saya belum memenuhi kebutuhan akan siraman rohani yang maksimal. Saya memang belum melakukan survei, tetapi sebuah acara bisa bagus atau tidak cukup dilihat dari konten alias isi pesannya. Sebagus apapun kemasan, kalo isi pesannya tanpa makna, apalagi jika mengaburkan makna, maka tayangan tersebut terkategori sampah. Maaf, ini fakta. Lagi pula, bertaburannya simbol-simbol agama dalam berbagai acara Ramadhan dan sinetron religi sekadar tempelan saja. Pakaian (baju koko, jilbab, kerudung, sorban, peci dan sejenisnya) juga ritual (shalat, doa, mengucapkan salam dan sejenisnya) dihadirkan tanpa konteks yang mendukung pesan moral.

Sobat muda muslim, pasti kamu tahu deh sejumlah sinetron religi di beberapa stasiun televisi. Simbol-simbol agama memang mendominasi setiap tayangannya. Tetapi, pesan yang disampaikan kering dari nilai-nilai islami. Mungkin hanya beberapa saja sinetron yang udah lumayan bagus macam—salah satunya, ini sekadar menyebut contoh—Para Pencari Tuhan. Gimana yang lainnya? Silakan bandingkan aja dengan standar tersebut. Meski Para Pencari Tuhan juga masih perlu perbaikan di sana-sini, tetapi masih mending dibanding sinetron lainnya yang mengambil ceruk dakwahtainment.

Selain sinetron, acara menjelang sahur dan berbuka puasa menjadi sasaran empuk menarik jumlah penonton dan sekaligus pengiklan. Agar bisa mempertahankan penggemar dan pengiklan (dan bila perlu menambah jumlahnya), maka jalan pintasnya dihadirkan acara-acara yang memiliki rating paling tinggi selama ini untuk disulap jadi ada unsur religinya, dan agar terlihat agak islami. Lagi-lagi, di sektor ini pun yang dihadirkan hanyalah selebritis dengan pakaian dan ritual yang tak memberi konteks apapun yang mendukung pesan moral. Malah, keberadaan ustad di acara itu sekadar tempelan belaka. Selain durasi waktunya yang dikasih jatah sebatas waktu antara imsak dan shalat shubuh alias tak lebih dari sepuluh menit, juga ‘dipaksa’ mengikuti irama yang sudah ada. Alih-alih diberi kesempatan memberikan pendapatnya, malah ada ustad yang ikut larut dalam suasana acara tersebut. Ya, karena tujuan utamanya bisnis, maka kalo pun ada orang yang dapat ilmu, itu hanya efek samping saja. Halah!

Dakwah bukanlah hiburan
Bro en Sis, ada baiknya kamu mengetahui juga definisi dakwah. Nah, kata dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya da’aa yang berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Ism fa’ilnya (alias pelaku) adalah da’i yang berarti pendakwah. Di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughoh wa al-a’lam disebutkan makna da’i sebagai orang yang memangggil (mengajak) manusia kepada agamanya atau mazhabnya.

Itu secara bahasa, bagaimana secara istilah (syar’i)? Secara istilah, dakwah berarti ajakan kepada orang lain, baik dengan perkataan maupun perbuatan, kepada kebaikan (al-khair), menyuruh orang lain untuk mengerjakan hal-hal yang berpahala (al-ma’ruf), serta mencegah orang lain untuk melakukan hal-hal yang berdosa (al-munkar). Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. (yang artinya) “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran [3]: 104)

Islam adalah agama dakwah. Salah satu inti dari ajaran Islam memang perintah kepada umatnya untuk berdakwah, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah (tauhid) dengan hikmah (hujjah atau argumen). Kepedulian terhadap dakwah jugalah yang menjadi trademark seorang mukmin. Artinya, orang mukmin yang cuek bebek sama dakwah berarti bukan mukmin sejati. Bener, lho. Apa iya kamu tega kalo ada teman kamu yang berbuat maksiat kamu diemin aja?

Bahkan Allah memuji aktivitas mulia ini dalam firmanNya:”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim” (QS Fushshilat [41]: 33)

Boys and gals pembaca setia gaulislam, karena dakwah harus menyeru kepada yang ma’ruf sekaligus mencegah orang berbuat munkar, atau mengingatkan orang ketika berbuat munkar, maka sudah pasti benturannya juga kuat. Ingat lho, gimana beratnya dakwah Rasulullah saw. di Makkah. Kalo kamu sempat baca Sirah Nabawiyah, bakalan tahu gimana pahit getirnya Rasulullah saw. dan para sahabat ketika mengajak masyarakat Quraisy untuk meninggalkan kekufuran dan mengganti keimanan mereka dengan Islam. Dakwah Islam yang disampaikan oleh Rasulullah saw. nggak memaksa orang untuk masuk Islam, tetapi dengan cara berdialog, mengajak berpikir dan akhirnya mereka yang masuk Islam adalah orang-orang yang sudah rela, bukan terpaksa.

Meskipun Rasulullah saw. dan para sahabat melakukan dakwahnya tanpa kekerasan, tetapi perlawanan dari kaum Quraisy adalah dengan kekerasan. Beberapa sahabat Rasulullah saw. disiksa dan dan bahkan dibunuh oleh pembesar Quraisy agar masuk kembali ke ajaran nenek moyangnya. Bahkan Rasulullah saw. sendiri pernah diminta menghentikan dakwah oleh Abu Jahal dan para begundalnya melalui lisan Abu Thalib, pamannya. Tetapi, apa jawaban Rasulullah saw.?

Rasulullah saw. berkata kepada pamannya: “(Paman), demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan (dakwah) ini, aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah meme­nangkan agama ini atau aku hancur karenanya.”

Wuih, keren banget! Semoga kita bisa meneladani beliau dalam dakwah menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar. Insya Allah kita bisa.

Tetapi kalo kita lihat kondisi sekarang, dakwah ternyata tak lebih dari sekadar hiburan, bahkan ditempelkan ke dalam acara-acara yang sejatinya nggak islami. Kesempatan para mubaligh di layar kaca untuk nahi munkar nyaris tipis, atau bahkan sudah tidak mungkin lagi. Selain itu, ketika dakwah dicampur dengan hiburan, sejak saat itu dakwah sudah kehilangan tujuan utamanya untuk menyeru agar manusia berbuat baik dan tidak melakukan kemunkaran. Ironi yang entah sampai kapan bisa berakhir.

Jangan terbawa arus
Bro en Sis yang tetap setia membaca artikel dari gaulislam ini, kamu kudu mulai melek media. Nggak asal telen aja semua yang datangnya dari media massa, dalam hal ini televisi. Sebabnya, setiap tayangan itu tak lepas dari penyutradaraan. Tentu saja, isinya sesuai yang dikehendaki sang sutradara dan para pemilik modal.

Saat ini, dakwahtainment memang kental dengan aroma pengaburan makna dari dakwah dan tujuan dakwah. Niat menyampaikan dakwah yang dibalut dominan binis ini justru akan berdampak pada kemunduran dakwah itu sendiri. Termasuk dalam hal ini adanya ajang pencarian dai cilik, yang sarat dengan muatan bisnis. Sehingga isinya harus mengikuti selera pasar dan kering dari makna perjuangan untuk menegakkan syariat Islam secara kaafah (menyeluruh). Amat disayangkan tentunya.

Dakwah “bil-Tivi” ini, meski ada manfaatnya dalam beberapa hal, tetapi potensi bahayanya juga besar. Kok bisa? Bisa. Buktinya, pesan-pesan Islam yang ideologis tak muncul di situ. Sehingga perubahan pola pikir untuk menjadi lebih islami dan ideologis tak muncul sama sekali. Sebaliknya, malah berputar di arena sekularisme belaka. Banyak yang mengaku muslim, tetapi hanya taat di dalam masjid atau ketika beribadah ritual. Tetapi di luar masjid, duit dan kepentingan hawa nafsu lah yang dijadikan sesembahan. Gawat!

So, jangan terbawa arus. Selektiflah memilih tayangan media massa dan tetap belajar Islam dengan cara yang benar dan baik, yakni ada gurunya dan materi yang diajarkannya benar bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah. Lebih keren lagi kalo kamu juga nantinya jadi pengemban dakwah Islam yang handal. Bisa ya! [By.O. SOLIHIN]