Monday 18 April 2011

TTM ( Ta’aruf tapi Mesra )





Bismillahirrahmanirrahim..

” Assalamualaikum ukhti, jangan lupa makan ya? ana nggak mau kalau nanti jadi istri ana, ukhti kena sakit maag atau kurusan.”
SMS dikirim..
SMS diterima..
“Wa’alaikumsalam akhi, iya akhi. Insyaallah ana nggak telat makan. Makasih banget ya, masih ta’aruf aja udah diperhatikan seperti ini apalagi nanti kalau jadi istri akhi, pasti jadi wanita paling bahagia.”
====================================
WoW.. PEDE aja gitu, SMS an dengan kata mesra yang bergejolak-jolak bawa kata-kata islami untuk menghalalkan ragam kemesraan.
Tak mudah memang menutupi rasa yang seharusnya tak terungkapkan begitu saja, tak diumbar begitu mudah. Seperti cinta yang tak pernah ada harganya, layaknya para pemuja cinta yang sudah kehilangan kendali bahkan telah hilang dalam mengenali bagaimana rasanya cinta.

Bahaya Akhwat GENIT




Sepintas mendengar kata Akhwat pikiran kita langsung terarah kepada satu sosok wanita sholeha yg berjilbab rapi dan menjulur hingga bawah dada. Atau saat mendengar kata itu, kita seakan mebayangkan satu wanita exclusif yg ilmu agamnya diatas rata rata wanita sebayanya. Benarkah?


Gak tau kapan awalnya Jargon ahwat dan ikhwan ini mulai populer. dan katanya, si akhwat ini bahkan membuat wanita wanita lain di luar jemaah tarbiyah iri dan merasa rendah diri?

Suatu ketika saya pernah diminta tausiyah oleh satu muslimah di ruang chating internet, disela sela obrolan kecil kita, muslimah itu memotong pembicaraan dengan nada melemah "saya bukan akhwat". Nah lo...

Ini terjadi juga sama lawan "akhwat" yg pupuler dengan sebutan "ikhwan", jargon ihwan pun mendapat posisi lebih meyakinkan dalam sosial masyarakat Indonesia. Saya pun pernah suatu ketika memanggil lawan chating dengan "akhi" dan muslim itu langsung memotong, "saya gak pantas dipanggil akhi"


Nah Lho... Nah lho?

MEMANG SELAMA INI YANG DIPAHAMI TENTANG KATA ITU SEPERTI APA?

coba Sedikit saja kita buka pengetahuan bahasa arab, gak usah belajar nahu sorof... jika kita cari, kita akan segera menemukan:

Akhwat : Perempuan / Women
Ikhwan : Laki Laki / Man
Ukhti : Saudariku / My Sister / dalam prononsiasi bahasa arab dibaca "okh'ti"
Akhi : Saudaraku / My Brother / dalam prononsiasi arab lokal dibaca "akhey"

Lalu kenapa koq si akhwat ini banyak di soroti, bahkan saya banyak menemukan Tulisan yg menyerang si Akhwat. ada juga yg berusaha menurunkan reputasi si Ikhwan dengan meng identikannya dengan bakwan?

Apakah mereka tidak mengerti kata kata bahasa arab yg hampir jadi bahasa indo ini? sayang sekali jika ada orang yg berusaha melemahkan pejihad pejihad dakwah itu. sungguh sebuah cara yg tidak terpuji jika melemahkan mereka yg jelas jelas berpakaian terpuji dan sesuai syariat. kalau begitu, pakaian seperti apa yg mereka yakini?. yah jika benci sama partai, jangan benci sama "gelora iman" di dada mereka. karena hidayah Allahlah yg akan menunjuki.

Menurut saya, akhwat itu ya.. muslimah ummat Muhammad Saw. dari harokah manapun dia berasal, bahkan kalau dari kaidah bahasa, wanita kafir pun bisa disebut "ahwat" karena artinya perempuan. ? begitupun panggilan "akhi", semua laki laki muslim bisa mendapatkan posisi itu, tidak hanya sekaliber jemaah tarbiyah saja.

:) wah jadi kepanjangan di pendahulluan nih, ...

Ikhwah wa ukhtifillah rohimakumullah.
Tapi dengan adanya serangan yg berbentuk pelecehan itu, sebetulnya bagus buat intropeksi.. Apakah kita memang bener bener "Akhwat/Ikhwan" seperti yg mereka bayangkan atau hanya numpang keren dengan style itu?

Berikut ini ada bahan INTROPEKSI yg menggigit dari eramuslim.com, especially buat yg merasa "aku adalah akhwat", ini penting. karena diakui atau tidak partner kalian adalah ikhwan ikhwan muda yg juga manusiawi, berhati lembut dan tersembunyi. apa yg tersembunyi dihati sang ikhwan ketika komunikasi dua arah terjadi kan tidak tahu. godaan syaiton itu lembut, dan saya akui sebagai, cowo/ikhwan muda yg beriman lemah ini sangat berpengaruh dan akan merobohkan dinding keikhlasan yg semula sudah terbangun..



sejujurnya, ana sendiri seneng dengan kata kata itu. tapi masalahnya ARAH perasaan senang itu kemana??kasihan kan, keikhlasan yg sudah menebal di dada sang 'ikhwan itu' tiba tiba melempuh dan bernilai ZERO dengan sms sms genit sang ahwat

8 Kriteria Akhwat Genits:

1. Sering menggunakan Kata-kata mesra yang ‘Islami’
Seringkali akhwat-akhwat genit melontarkan ‘kata-kata mesra’ kepada para ikhwan. Tentu saja kata-kata mesra mereka berbeda dengan gayanya orang berpacaran, namun mereka menggunakan gaya bahasa Islami.

“Jazakalloh yach akhi”

“Akh, antum bisa saja dech”

“Pak, jangan sampai telat makan lho, sesungguhnya Alloh menyukai hamba-Nya yang qowi”

“Kaifa haluk akhi, minta tausiah dunks…”

“Akh, besok syuro jam 9, jangan mpe telat lhoo..”

2. SMS tidak penting!
Biasanya akhwat-akhwat genit banyak beraksi lewat SMS. Karena aman, tidak ketahuan orang lain, bisa langsung dihapus. Ia sering SMS tidak penting, menanyakan kabar, mengecek shalat malam sang ikhwan, mengecek shaum sunnah, atau SMS hanya untuk mengatakan “Afwan…” atau “Jazakalloh”

3. Senang dilihat
Akhwat genit, senang sekali bila banyak dilihat oleh para ikhwan. Maka ia pun sering tampil di depan umum, sering mencari-cari perhatian para ikhwan, sering membuat sensasi-sensasi yang memancing perhatian para ikhwan dan suka berjalan melewati jalan yang terdapat para ikhwan berkumpul.

4. Banyak bercanda
Akhwat genit banyak bercanda dengan para ikhwan. Mereka pun saling tertawa tanpa takut terkena fitnah hati. Betapa banyak fitnah hati, VMJ, yang hanya berawal dari sebuah canda-mencandai.

5. Berpakaian yang mengundang pandangan
Mungkin ia memakai jilbab lebar, gamis, namun jilbab dan busana muslimah yang digunakannya dibuat sedemikian rupa agar menggoda pandangan para ikhwan. Warna yang mencolok, renda-renda, atau aksesoris lain yang membuat para pria jadi terpancing untuk memandang.

6. Tidak khawatir berikhtilat
Ada saat-saat dimana kita tidak bisa menghindari khalwat dan ikhtilat. Namun seharusnya saat berada pada kondisi tersebut seorang mu’min yang takut kepada Allah sepatutnya memiliki rasa khawatir berlama-lama di dalamnya. Bukan malah enjoy dan menikmatinya. Demikian si akhwat genit. Saat terjadi ihktilat akhwat genit tidak khawatir. Bukannya ingin cepat-cepat keluar dari kondisi tersebut, akhwat genit malah menikmatinya, berlama-lama, dan malah bercanda-ria dengan pada ikhwan laki-laki di sana.

7. Berbicara dengan nada
Maksudnya berbicara dengan intonasi kata yang bernada, mendayu, atau agak mendesah, atau dengan gaya agak kekanak-kanakan, atau dengan gaya manja, semua gaya bicara seperti ini dapat menimbulkan ‘bekas’ pada hati laki-laki yang mendengarnya. Dan ketahuilah wahai muslimah, hal ini dilarang oleh syariat. Allah SWT berfirman yang artinya: “Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma‘ruf.” (Al Ahzab: 32) Para ulama meng-qiyaskan ‘merendahkan suara’ untuk semua gaya bicara yang juga dapat menimbulkan penyakit hati pada lelaki yang mendengarnya.

Maka mari sama-sama kita perbaiki diri. Kita tata lagi pergaulan kita dengan lawan jenis. Karena inilah yang telah diperintahkan oleh syariat. Dan tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kepada hamba-Nya, kecuali itu kebaikan. Dan tidaklah Allah melarang sesuatu kepada hamba-Nya, kecuali itu keburukan. Dan sesungguhnya Rasulullah SAW telah mewasiatkan kepada ummatnya bahwa fitnah (cobaan) terbesar bagi kaum laki-laki adalah cobaan syahwat, yaitu yang berasal dari wanita: ”Tidaklah ada fitnah sepeninggalanku yang lebih besar bahayanya bagi laki-laki selain fitnah wanita. Dan sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah disebabkan oleh wanita.” (HR. Muslim)

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al Hadiid: 22)

8. Jilbab Berponi Dan Jilbab Setengah Tiang
Mungkin temen-temen pada penasaran apaan sih jilbab berponi? itu tuh orang yang pake kerudung tapi ga pake daleman kerudung dan poninya dikeluarin, (gambarnya ga ada sih, lagian ntar malah bikin dosa para ikhwan Nyengir) malah ada yg poninya di cat merah jadi persis kaya anak kecil yg hobby maen layangan jd rambutnya merah, dan itu dengan sengaja diperlihatkan…

:) ahwat ahwat jangan manyun,
Jika kriteria diatas ada di diri antm, maka renungkanlah... Karena sang "Ikhwan" ataupun bahkan "sang murobbi" -pun manusia. Dan semua keturunan adam telah digariskan dalam Al-Hadith bahwa mereka memang tidak akan terlepas dari Zina..

"Sesungguhnya Allah telah menentukan kadar nasib setiap manusia untuk berzina yang pasti akan dikerjakan olehnya dan tidak dapat dihindari. Zina kedua mata ialah memandang, zina lisan (lidah) ialah mengucapkan, sedangkan jiwa berharap dan berkeinginan dan kemaluanlah (alat kelamin) yang akan membenarkan atau mendustakan hal itu.
(Hadis riwayat Abu Hurairah ra. dalam Shahih Muslim No.4801)

Akhirul kalam, salam penulis kepada ahwat ahwat yg baca, pesanku; bantulah kami, tolonglah "akhi-mu" ini terhindar dari hal hal itu. karena Dunia ini hanya sementara, sebelum kita di paksa masuk kedalam kubur dan melanjutkan kehidupan abadi diakhirat..

Hikmah Turunya Al Qur’an Berangsur- angsur

Adapun hikmah dari penurunan Al Qur’an secara berangsur- angsur menurut Al Shabuni (1980)adalah sebagai berikut.
(1)    Menguatkan hati Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan misi kerasulannya.Seperti diketahui,beliau menghadapi penolakan dan tantangan yang keras dari kaumnya.Maka firman ALLAh turun untuk membesarkan hati dan menghibur beliau.Ada yang dalam bentuk kisah tentang para nabi terdahulu yang juga menghadapi tantangan yang berat,ada yang dalam bentuk penegasan akan kemenangan beliau di masa depan, dan pemberitahuan bahwa para penolak itu akan mengalami kehancuran.

(2)    Meringankan beban Nabi Muhammad ketika menrima wahyu.Keagungan dan wibawa Al – Qur’an demikian hebatnya, sehingga andaikata diturunkan kepada gunung, maka gunung itu akan hancur terpecah- belah(Al – Hasyr, 59:21).Maka dapat dibayangkanbetapa beratnya hati Nabi yang sangat lembut,jika harus menerima Al Qu’an utuh sekaligus.Sedangkan menerima beberapa ayat saja ,sebagaimana digambarkan oleh Siti Khadijah,”pada hari yang sangat dingin keringat beliau bercucuran”.

(3)    Mewadahi pentahapan pensyariatan atau penetapan hokum Islam.Mengubah keyakinan,kebiasaan,karakter,dan budaya tidaklah semudah membalik telapak tangan.Al Qur’an mengambil jalanyang bijak (bil – hikmah)dalam mengobati penyakit- penyakit khususnya masyarakat Arab,yaitu jalan “sedikit demi sedikit”atau “tahap demi tahap”,seperti dalam kasus pelarangan minuman keras,penghapusan riba,penghapusan perbudakan,dan lain sebagainya.

(4)    Memudahkan penghafalan dan pemahaman Al Qur’an bagi kaum Muslimin.Seperti diketahui bangsa Arab pad waktu turunnya Al Qur’an mayoritas buta huruf.Oleh karena itu mereka hanya mengandalkan ingatan dan hafalan.Maka turunnya Al Qur’an secara berangsur memudahkan mereka untuk mengingat dan menghafalkannya.

(5)    Mengikuti peristiwa- peristiwa yang terjadi dan membeikan petunjuk mengenai peristiwa tersebut pada saat kejadian.Cara demikian ini tentu lebih mengena karena bersifat kontekstual dan langsung dihadapkan pada kenyataan yang kongkrit.Misalnya sesudah perang Hunain,ketika itu umat Islam hamper mengalami kekalahan fatalkarena sikap meremehkan musuh yang jumlahnya kecil,maka Allah langsung menegur kaum muslimin dengan ayat 25 surat At Taubah.

Memberikan petunjuk bahwa Al Qur’an berasal dari Allah SWT. Diturunkannya ayat- ayat Al Qur’an secara sporadic selama sekitar 23 tahun , masing – masing dengan latar belakang situasi, peristiwa, dan konteks yang berbeda- beda , tapi kemudian tersusun dalam sebuah mushaf yang utuh, dengan sistematika yang rapi , runtut, dan teratur,hubungan antaraayat dalam satu surat dan antar surat menunjukkan korelasi dan koherensi yang sangat kuat.Ini semua menunjukkan bahwa Al Qur’an tidak mungkin dibuat oleh manusia, yang paling jenius sekalipun,termasuk Nabi Muhammad SAW.Al Qur’an pastilah bersumber dari Yang Maha Kuasa,ALLAH SWT

Monday 11 April 2011

Antara ALLAH, aku dan kau


seng-iseng bekhayal tentang sosok calon ideal… *ting…ting…ting…*

Ingin pria setampan nabi Yusuf, aku berkaca……sayangnya aku tak secantik Zulaikha……*berat*
Ingin pria sekaya nabi Sulaiman, aku berkaca……sayangnya aku tak punya istana semegah kepunyaan ratu Bilqis……*berat juga*
Ingin pria yang akhlaknya sebagus nabi Muhammad SAW, aku berkaca……sayangnya akhlakku tak sebaik Siti Khadijah ataupun Siti Aisyah……*lebih berat*

Lalu ingin pria seperti apa...?

Ketika aku berfikir akan ketampanan, maka aku risau akan pudar
Ketika  aku berujar akan aura keindahan fisik, maka aku resah akan hilang
Ketampanan hati dan iman itulah yang sebenarnya aku cari
Kerana aura keimananlah itu yang paling utama, sebab itu aku jatuh cinta...

Kepada...

Ya Rabbi datangkanlah Seorang pria yang sungguh

Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk ALLAH
Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting

Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan
dan berusaha menjadikan sifat-sifat ALLAH
Seorang pria yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdasDan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah
Seorang pria yang mencintaiku bukan karena fisikku tapi karena hatiku
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi
Seorang pria yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku di sisinya

Ya Rabbi...
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun aku meminta seseorang yang tidak
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seorang pria yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seorang pria yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna
Tapi kamu ada dimana wahai pria...?

Terserah kamu...
Aku jauh-jauh ke sana, kamu ngga ada

Sekarang juga, saat ini juga

Kalau ngga, tidak jadi masalah, bukan?
Kamu masih ragu?

Pasti kamu lagi bingung mana alasan yang tepat

Moga ALLAH memudahkan langkah ikhtiar & kemantapan hati
Dan aku mohon pada ALLAH untuk...
Membuat aku menjadi wanita yang dapat membuatmu bangga
Memberikan aku hati yang sungguh mencintai ALLAH sehingga aku dapat mencintaimu dengan sekedar cintaku
Memberikan sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dari ALLAH
Memberikan aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untukmu
Memberikan aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirimu
Memberikan aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana, agar aku mampu memberikan semangat serta mendukungmu setiap saat dan tersenyum untuk dirimu setiap pagi

Dan bilamana akhirnya kita akan bertemu, aku berharap kita berdua dapat berkata:
“Betapa Maha Besarnya ALLAH karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna.”
Aku mengetahui bahwa ALLAH ingin kita bertemu pada waktu yang tepat
Dan ALLAH akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah ALLAH tentukan
Allahumma Amin... ^_________^

Emang Akhwat Bisa Jatuh Cinta?!


Wah, ngomongin tentang cinta. Akhwat?!Jatuh cinta?! Emang bisa?!

Woi, woi, akhwat juga manusia, akhwat juga bisa jatuh cinta, seakhwatnya akhwat juga punya rasa cinta, benci, suka, dll.

Nih, salah satu contoh percakapan dua orang akhwat:

Nayla: “ras, mau nanya donk!”
Laras: “nanya apa?!“
Nayla: “tapi, kamu jawab yang jujur ya!”
Laras: “iya, emang apa?”
Nayla: “kamu pernah jatuh cinta ga?”
Laras terdiam cukup lama. Sambil berjalan di gang yang tak begitu lebar, Laras menanyakan pada dirinya sendiri: ”Pernahkah aku jatuh cinta?”
Nayla yang berjalan di depan Laras memperlambat langkah agar mereka bisa berjalan sejajar dan Nayla menunggu jawaban dari Laras.
Laras: “iya, pasti-lah pernah!” (bohong, jika ada yang mengatakan tidak pernah jatuh cinta, pikir Laras)
Nayla: “sama ikhwan?! Baru-baru ini?! (Nayla hanya memastikan bahwa sahabatnya itu pernah jatuh cinta dengan ikhwan; akhwat jatuh cinta sama ikhwan!)
Laras: “emmm, mungkin lebih tepatnya kagum! Ya, kagum! Hanya sebatas itu.” (Laras mengoreksi jawabannya. Laras pikir selama ini rasa itu hanya sebatas rasa kagum, gak lebih)
Nayla: “yup! Lebih tepatnya kagum! Aku kira orang kayak kamu gak bisa jatuh cinta!”
Laras: “loh, kenapa kamu mikir kayak gitu?!”
Nayla: “ya, akhwat kayak kamu itu kayaknya gak mungkin punya perasaan apa-apa sama ikhwan, gak mungkin jatuh cinta. Kamu itu kalem, pendiem, berwibawa banget. Ya gak mungkin-lah.”
Laras: “Tapi, nyatanya, aku bisa kagum juga kan sama ikhwan?! Itu mah fitrah kali!”

Yup! Yang namanya kagum, apalagi kagum antar lawan jenis, hal itu mah wajar-wajar aja. Yang gak wajar itu, kalo rasa kagum yang ada pada diri kita malah membuat kita melakukan hal-hal yang gak sepantasnya dilakukan (apaan tuh?!), apalagi oleh ikhwan akhwat loh. Berat euy sandangan ikhwan akhwat itu. Yang ada di pikiran kebanyakan orang nih, yang namanya ikhwan akhwat itu gak nganut yang namanya pacaran. Ikhwan akhwat lebih nganut system ta’aruf sebelum nikah. Gaya pacaran ikhwan akhwat, ya setelah mereka nikah nanti.

Nih, bukti kalo orang umumnya udah nganggap ikhwan akhwat gak nganut system pacaran.

Di sela-sela praktikum ada sebuah kelompok yang isinya perempuan semuanya bahkan asisten laboratoriumnya (aslab) juga perempuan. Saat menunggu campuran di refluks, yang namanya perempuan kalo lagi gak ada kerjaan pasti ngobrol-ngobrol. Nah, di saat-saat menunggu itulah, terjadi sebuah obrolan di antara kelompok itu bersama aslab-nya.

Dan yang diomongin sama perempuan ya gak jauh dari laki-laki. Mereka membicarakan tentang pacar mereka satu persatu. Di kelompok tersebut ada seorang akhwat. Nah, ketika semuanya telah bergiliran menceritakan tentang pacarnya, tinggal si akhwat inilah yang belum bercerita. Kemudian akhwat ini bertanya: “Kok pada gak nanyain aku sih?”, dengan gaya sok lugunya.

Sang aslab-pun langsung spontan menjawab: “kalo kamu mah gak usah ditanyain, nanti juga tiba-tiba undangan nyampe di tanganku.”

Ya, itulah pandangan orang pada umumnya tentang ikhwan akhwat yang gak nganut system pacaran.
Lantas, bagaimana sebenarnya kondisi interaksi ikhwan akhwat itu sendiri?! Apakah seperti yang di duga kebanyakan orang pada umumnya?! Akankah interaksi yang dilihat selama ini di luaran sama seperti yang aslinya?!

Banyak orang yang memperhatikan bahwa ikhwan akhwat itu sangat menjaga dalam berinteraksi. Namun terkadang, ikhwan akhwat juga bisa khilaf. Loh kok khilaf?! Maksudnya apa?!

Ada hal-hal yang terkadang sulit dilakukan ikhwan akhwat untuk menjaga interaksi itu. Misalnya nih, pada saat praktikum, akan banyak kemungkinan bagi ikhwan akhwat untuk bersentuhan. Eits, bersentuhan di sini bukan karena di sengaja loh, tapi memang kondisi praktikum yang membuatnya bisa seperti itu. Interaksi seperti ini mungkin masih bisa diwajarkan jika memang tidak bisa dihindari lagi. Tapi kalo masih bisa dihindari, ya di minimalisir.

Ada lagi misalnya, ketika ikhwan akhwat berkecimpung di sebuah organisasi. Entah itu organisasi seperti BEM atau Musholla sekalipun. Adakalanya ketika berinteraksi di BEM misalnya, terkadang sulit untuk menundukkan pandangan atau tidak bercanda secara berlebihan. Hal ini mungkin masih bisa dimaklumi karena kondisinya yang cukup heterogen. Kalo kata seseorang: “ya, jangan kaku-kaku amat!” Tapi, kalo kondisinya lebih banyak orang yang paham akan batasan interaksi, apakah itu diwajarkan?! Dijawab sendiri ya sama diri masing-masing.

Namun akhirnya bukan pembenaran yang muncul dengan kondisi seperti itu. Ikhwan akhwat tetap harus menjaga interaksi. Atau kalaupun akhirnya memang tidak bisa dihindari untuk 'mencair', ya sudah lakukanlah interaksi itu sewajarnya. Ikhwan akhwat aktivis da’wah biasanya punya system pengentalan tersendiri. Tiap orang punya cara yang berbeda untuk ‘mengentalkan’ dirinya kembali.

Misalnya, Rama, seorang aktivis BEM, yang setiap melakukan 'pencairan' dan dia tersadar bahwa dirinya telah melakukan hal 'pencairan' tersebut, dia pun langsung ke sebuah ruangan, shalat dua rakaat. Temannya, Beno, yang melihat hal itu terus menerus heran. Kenapa heran?! Karena waktu itu bukan termasuk waktu dhuha, lantas Rama itu shalat apa?

Dengan rasa penasaran Beno pun bertanya kepada Rama yang baru selesai shalat.

“Akhi, ini kan bukan waktu dhuha, dan tempat ini juga bukan masjid, antum shalat apa, dua rakaat? Dhuha bukan, tahiyatul masjid juga bukan.”

“Akhi, sesungguhnya tadi kita telah melakukan 'pencairan', maka ana melakukan pengentalan diri ana dengan shalat sunnah dua rakaat. Agar diri ini tidak melakukan pembenaran atas apa yang barusan kita lakukan.”

Ya, tiap orang punya mekanisme pengentalan tersendiri. Ibarat suatu fluida, jika dia berada di tempat yang sempit atau berada di suatu pipa yang diameternya kecil, maka untuk dapat melewati itu, dia perlu mengurangi kekentalannya, sehingga fluida itupun dapat mengalir dengan lancar. Namun jika memang fluida itu telah berada di pipa dengan diameter yang lebih besar, maka kekentalannya perlu dikembalikan seperti semula agar mengalirnya fluida itu tetap konstan seperti aliran sebelumnya.

Bahkan, ikhwan akhwat yang berkecimpung di Musholla pun tak terlepas dari hal ini. Kadang, walupun interaksi di batasi dengan hijab pandangan, hijab hati belum tentu bisa di jamin. Ingat dulu yuk, firman Allah: “Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati” (QS 64:4).

Ingat! Apa yang tersembunyi dalam hati kita, Allah juga akan mengetahuinya. Bisa saja kelihatan dari luar, interaksi ikhwan akhwat biasa-biasa saja, namun ternyata di balik hatinya atau di balik hijab itu ada ‘sesuatu’ yang aneh dengan interaksi itu. Ya, semoga kita bukan termasuk ke dalamnya. Kalaupun sudah terlanjur berbuat seperti itu maka marilah kita sama-sama mengazamkan dalam diri untuk menjaga interaksi itu.

Ada kasus juga ikhwan yang curhat ke akhwat ataupun sebaliknya. Misalnya saling menganggap saudara sehingga dalam berinteraksi ya layaknya saudara kandung. Memang betul sih, bahwa persaudaraan yang dibangun ‘di sini’ atas dasar keimanan bukan pertalian darah. Walaupun hanya menjadikan tempat curhat dan gak lebih dari sekedar saudara, tapi sebaiknya tetap berhati-hati karena masalah hati gak ada yang tau. Tetap saja, itu bukan mahramnya kalaupun toh mau berakrab-akrab ria. Bisa aja hari ini curhat-curhatan, eh besoknya mulai timbul ‘rasa’ yang berbeda. Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu da’wah. Apalagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan da’wah. Atau bisa saja si ikhwan menganggap si akhwat sebagai saudara biasa, tapi ternyata si akhwat malah punya pandangan yang berbeda, begitupun sebaliknya.

Yang lebih parah lagi nih, kalo orang-orang yang belum paham melihat hal itu, bisa-bisa mereka jadi illfeel sama ikhwan-akhwat. Atau terkadang, orang yang sudah paham pun malah menanggap hal yang nggak-nggak terjadi di antara interaksi itu, VMJ (Virus Merah Jambu), padahal mah tuh ikhwan dan tuh akhwat gak punya perasaan apa-apa, cuma sebatas saudara atau teman biasa. Mungkin ada benarnya juga kalo kita sebaiknya menjaga interaksi dengan lawan jenis, gak hanya berlaku terhadap ikhwan akhwat aja loh. Lebih baik menjaga bukan daripada terjadi fitnah?! Kalo mau curhat, ya utamakan sesama jenis dulu.

Nah, ada satu cerita yang menarik di sini.

Ada ikhwan, sebut saja Hendy yang curhat ke akhwat, sebut saja Mila, melalui SMS. Mereka beraktivitas dalam satu organisasi dan keduanya bisa di bilang aktivis da’wah.

Hendy: “Assalamu’alaykum. Mila, ana merasa bersalah banget neh sama masalah yang kemarin. Itu semua gara-gara ana. Ana tuh sampe gak bisa tidur mikirin masalah itu. Bawaannya grasak-grusuk mlulu.”
Mila gak langsung membalas sms itu. Dia meng-sms Leo yang memang dekat dengan Hendy.
Mila: “Assalamu’alaykum. Leo, tolong hibur Hendy ya, kayaknya dia masih kepikiran sama masalah yang kemarin.”
Mila meminta Leo untuk menghibur Hendy karena Mila tau bahwa Leo adalah teman dekat Hendy dan Leo tau masalah yang Hendy hadapi.
Leo: “Masalah yang mana? Ana barusan mabit bareng Hendy, tapi dia ga cerita apa-apa.”
Mila: “Masalah yang itu bla, bla, bla.”
Mila menjelaskan masalahnya.
Leo: “Ok. Nanti ana coba ngomong ke Hendy.”

Memang begitulah seharusnya ketika ada seorang ikhwan ataupun akhwat yang curhat ke lawan jenisnya, maka tempat yang di curhatin itu seharusnya mengarahkan seseorang, ke sesama jenis, yang merupakan teman dekatnya sehingga si ikhwan ataupun akhwat bisa di tangani langsung tanpa lintas gender. Hal itu lebih menjaga bukan?!

Ada satu cerita lagi tentang ikhwan akhwat yang jarang sekali berinteraksi, namun ternyata keduanya sepertinya ‘klop’.

Mereka menyadari hal itu. Si ikhwan punya perasaan sama akhwat, begitupun sebaliknya: masing-masing saling tahu, tanpa harus di nyatakan. Waktu terus berjalan, mereka pun saling memendam perasaan itu hingga akhir bangku perkuliahan usai. Hingga akhirnya, ada yang mengkhitbah si akhwat. Si akhwat pun meminta ijin kepada si ikhwan (aneh!): betapa sakit hati si ikhwan begitu mengetahui si akhwat akan di khitbah ikhwan lain. Akhirnya, akhwat itu pun tetap melangsungkan pernikahan dan membiarkan si ikhwan dalam kesakithatiannya.

Duh, miris sekali ya. Padahal perasaan yang muncul di antara ikhwan akhwat itu tanpa interaksi yang intens.

Ok, yang terpenting adalah kita saling menasehati dengan cara yang terbaik. Kalau ikhwan yang melampaui batas kepada akhwat, akhwatnya harus tegas, demikian pula sebaliknya. Sesama ikhwan dan sesama akhwat juga harus ada yang saling mengingatkan dengan tegas. Ingat! tegas bukan berarti harus marah-marah karena kita tentunya tahu bahwa tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Semua manusia tak luput dari yang namanya khilaf. Jika memang mengaku bahwa kita bersaudara, maka ingatkanlah! Tegurlah! Jangan biarkan saudara kita terjerembab.

Terkait dengan cinta, sekali lagi diingatkan bahwa akhwat juga bisa jatuh cinta,, ikhwan juga bisa jatuh cinta. Se-ikhwah-ikhwahnya ikhwah, mereka juga manusia yang punya rasa cinta, kagum, suka, dan benci.

Cinta bukanlah tujuan
Cinta adalah sarana untuk menggapai tujuan
Jangan kau sibuk mencari definisi dan makna cinta
Namun kau lalai terhadap Dzat yang menganugrahkan cinta
Dzat yang menumbuhsuburkan rasa cinta
Dzat yang memberikan kekuatan cinta
Dzat yang paling layak dicintai Allah, Sang Pemilik Cinta
Cinta memang tak kenal warna
Cinta tak kenal baik buruk
Cinta tak kenal rupa dan pertalian darah
Memang begitulah adanya
Karena yang mengenal baik buruk, warna dan rupa
Adalah sang pelaku cinta yang menggunakan akal pikirannya
Cinta bukanlah kata benda
Cinta adalah kata kerja
Cinta bukan sesuatu tanpa proses
Cinta itu butuh proses
Jangan mau kau terjatuh dalam cinta
Namun, bangunlah cinta itu
Bangunlah cinta dengan keimanan
Maka kau akan mengorbankan apa saja
Demi meraih keridhaan Sang Pemilik Cinta
Bangunlah cinta dengan ketakwaan
Maka kau tak kan gundah gulana
Ketika kehilangan cinta duniawi
Karna kau yakin Yang kau cari adalah cinta dan ridha Allah
Bukan cinta yang sementara

***

Semoga bermanfaat.Tulisan ini dibuat untuk mengingatkan diri sendiri yang sering lalai dalam menjaga interaksi. Entah itu di dunia nyata maupun dunia maya.

Saling mengingatkan ya!