Monday 18 April 2011

Cantik, ijinkanku menunduk





Bismillahirrahmanirrahim..

” Gila tu cewek, cantik bener yak!” kata Romi
“Huss..cewek terus dipikiran lu!” kataku.
“Ada cewek cantik gitu, kan sayang kalau disia-siakan nggak dilihat.”
“Masyaallah Romi!”
“Apaan sih Mas, orang dia yang mau dilihatin. Kan mubadzir kalau nggak dilihat” Romi cengengesan.
“Waduh, kalau orang islam pikirannya kayak kamu. Apa kata akhirat?” kataku sambil mengacak rambut adikku.
***
Kembali seorang wanita lewat didepan kami, kali ini wanita berjilbab hijau. Subhanallah..cantik sekali. Aku terkejut lalu aku beristighfar segera aku menundukkan kepalaku.
“Ada apaan sih mas? kok tiba-tiba nunduk gitu” Romi menatapku. Aku kelabakkan ditatap Romi seperti itu.
“Wah Mas grogi yaa sama cewek pakai jilbab tadi! Cuit..cuit..Mas yaa!”
“Apaan sih! justru karna kaum hawa aku hargai, jadi aku tak mau menatapnya terlalu dalam. Takut si syetan ikut-ikutan. Yang rugi kan aku sendiri.”
“Emang penting yaa mas nunduk itu?”
“Yaa penting lah. di Quran kan udah djelaskan bahwa kita disuruh menjaga pandangan. Gak kayak kamu melotot terus kalau ada cewek cantik.”
Aku terkekeh melihat Romi salah tingkah
***
Cantik,ijinkanku menunduk.
Jangan biarkan setiap centi auratmu dinikmati mata-mata jahil yang senang akan warna warni keindahan sesaat. Maka tutuplah auratmu jangan kau bangga atas syetan yang ada atas dirimu.
Cantik, ijinkanku menunduk.
Mataku adalah panah-panah syetan yang ingin menghujamku lewat fitnah auratmu, apakah tak malu dengan pandangan-pandangan  yang menatapmu penuh dengan keinginan? atau kau memang mau auratmu dipandangan karna kau tak pernah mau tahu dengan kemulianmu?
Cantik, ijinkanku menunduk.
Kau memang cantik, kua akui itu. Tapi maaf, kecantikan semu mu telah menutupi keindahan hatimu. Tanpa hijab yang melapisi auratmu kau tak akan pernah merasakan nikmat atas kuasaNya. Dengan hijabmu tanpa kemulianmupun kau hanya ada diatas kehampaan. Maka bantulah kami dengan kesantunanmu.
Cantik, ijinkanku menunduk.
Dari pesona harapan yang membuatku terbuai dan terlalaikan. Bukankah aku juga manusia lemah dan kau manusia penuh pesona, tak mampu kubertahan dengan segala pesona auratmu. Segala upaya kupenuhi agar mata ini menjauh dari pesonamu, tapi ku belum mampu bila kau yang menginginkan mata ini menatapmu. Tidak cantik..tidak..kau tahu kami memang belum sanggup tapi kami berusaha untuk bisa.
Maka Cantik, ijinkanku menunduk.
Menunduk dari segala godaan syetan yang membuatku selalu ingin menatapmu syahdu. Kau perhiasan terindah di dunia ini, ku tak mau dengan mataku ini kau merasa terendahkan. Maka jagalah iffah dan izzahmu dengan semua keteguhan imanmu. Jangan robohkan keimanaku dengan kenistaan, bantulah kami.
Cantik..kau memang teramat cantik, maka ijinkanku menunduk dari panah-panah syetan.
Wallahua’lam bish Shawwab.

Say No To ” Ikhwit ” dan ” Akhwit ”





Bismillahirrahmanirrahim..

” Ukhti, statusmu itu lho selalu membuatku bersemangat, jantungku berdebar-debar, pokoknya ana bangga mengenal ukhti. Maukah ukhti menjadi orang yang mengajarkan ana tentang ilmu…bla..bla..bla..” akhirnya nafsu berbicara.
***
” Akhi, ana kagum dengan status-status akhi di Facebook, jujur saja sana membutuhkan orang yang mau membimbing ana dunia akhirat…bla..bla..bla..” kucing dikasih ikan, susah ditolak.
=================================
Kali ini saya ingin membahas masalah “Ikhwit” (Ikhwan Genit) dan “Akhwit” (Akhwat Genit), karna masalah ini ternyata masih banyak yang tidak menyadarinya.
Seorang ” Ikhwit” sangat senang membuat status-status ‘islami” , namun dibelakang itu semua masih suka chating dengan wanita yang bukan mahram dengan kata-kata mesra, merayu, bahkan membawa agama demi memperlancar aksinya.
Seorang “Ikhwit” akan dengan gencar memakai sok ‘arab’ meski yang dia tahu hanya kata, akhi dan ukhti, juga kata Ta’aruf. Karna menurutnya itu cukup untuk menggaet seorang akhwat dalam rayuan mautnya, mengenalkan sejurus tipu daya syetan. Lalu mengajak wanita untuk ta’arufan padahal ngajak pacaran
Seorang “Ikhwit” akan terus terlihat sempurna didepan akhwat, kata-katanya yang dibuat bijak, atau mengambil dalih-dalih, terlihat sepintar mungkin. Ini semua dilakukan untuk menggaet kaum hawa yang memang mudah terjebak dalam rayuan apalagi kalau melihat sang adam sempurna.
Seorang ” Ikhwit” akan senang dengan chating dengan para akhwat, alasannya sih dakwah, tapi yang dibicarakan jauh dari dakwah. Rayuan-rayuan yang dibungkus dengan gaya-gaya islami semisal : ukhti, jangan lupa sholat tahajjud, doakan saya dan tentu ukhti akan selalu saya doakan agar segera..bla..bla..bla.
***
Seorang “Akhwit” akan selalu berdandan secantik mungkin, untuk menarik si ikhwan terutama ikhwan genit. Dengan pesonanya dia mampu menggaet setiap ikhwan yang menatapnya penuh harap.
Seorang “Akhwit” senang sekali membalas rayuan seorang ikhwan tertuama para ikhwit yang memang sama-sama genit. Tak ada hijab, tak ada adab, tak ada rasa malu. Mereka saling merayu dan bergembira dengan syetan.
Seorang “Akhwit” akan senang dengan kata-kata sok islami untuk mengundang para ikhwit. Bahkan dibumbui kata-kata mesra yang dibungkus secara rapi dengan kata islami yang menyejukkan.
Seorang “Akhwit” sangat senang diberi perhatian lebih, digoda, dirayu. Bahkan membalasnya dengan tak kalah mesra, tak kalah mendayu sehingga ikhwit terpana dengan kata-katanya.
Seorang “Akhwit” senang dengan memperlihatkan lekuk-lekuk auratnya walaupun rambut tertutup kerudun tapi badan berlapis pakaian serba ketat. Menjadikan hal yang wajar seolah-olah bahwa islam memperbolehkannya asalkan aurat tertutup meski dengan pakaian serba ketat.
***
Mari kita perbaiki diri dengan sebaik-baiknya perbaikan, bukan hanya memperbaiki diluarnya saja namun dibelakang masih suka dengan hal-hal maksiat. Meski manusia tidak melihatmu berbuat, yakinlah Allah Azza Wa Jalla melihat perbuatanmu.
Azzam kan diri kita untuk baik dihadapan Allah Azza Wa Jalla, bukan hanya karena dilihat manusia kita menjadi baik. Beranikan diri kita untuk menolak kemaksiatan dalam bentuk apapun, dan jauhkan diri kita dari hal-hal yang merusak akhlaq.
Iffah dan Izzah harus selalu dijaga dan dipertahankan, jangan sampai kita termasuk dalam kriteria “ikhwit” atau ” akhwit”, apalagi didunia serba maya yang hanya dirimu dan dirinya yang tahu, ingatlah bukan hanya kita yang tahu segala yang kita perbuat. Tapi Allah selalu memperhatikan setiap detik apa yang kita lakukan.
“ Ilmu itu adalah pemimpin, takut adalah pengemudi, sedangkan nafsu adalah kuda yang mogok diantara keduanya yang menipu dan berpura-pura. Waspadalah dan jagalah dia dengan siasat ilmu dan kemudikan dia dengan ancaman ketakutan, maka engkau akan mendapatkan apa yang engkau harapkan.”( Umar bin Utsman)
Wallahua’lam bish shawwab.
NB : Maaf bila ada yang tersinggung, ambil yang baik dan buang yang buruk. Tanamkan kebenaran dalam hatimu.

Cintamu di Ujung Dunia






Bismillahirrahmanirrahim..

Seorang wanita dengan bangga menampakkan semua perhiasaannya, bukan hanya aurat yang ditampakkannya tapi juga harta yang dia pakai di tangan, di leher, juga di jari-jarinya. Betapa kekayaannya membuat dirinya begitu kikir.
Hingga di suatu pagi, seorang nenek tua datang menghampirinya.
“Assalamualaikum Nak”kata nenek tua itu.
“Wa’alaikumsalam”kata wanita kikir itu sekenanya. Acuh tak acuh.
“Bolehkah saya meminta minum, Nak?”
“Nggak ada!”
“Sedikit saja,Nak. Hanya untuk menghilangkan rasa dahagaku.”
“Makanya Nek, jangan mau hidup miskin. Buat minum saja susah.”
“Astagfirullah Nak, bukankah engkau seorang kaya. Kenpa kau begitu sulit memberiku air, saya tidak meminta hartamu hanya meminta seteguk air.”
“Tentu..aku memang orang kaya. Tapi air di rumahku terlalu mahal untuk kuberikan padamu. Pergi sana!”
“Semoga Allah mengampunimu Nak. Tak tahu kah kau, bahwa surga menanti orang-orang yang mau bersedekah, bukan orang yang menimbun hartanya demi dunianya.”
“Semudah itu kah surga? Tidak..aku tidak butuh surga!”
Sang Nenek tua terkejut mendengar jawaban wanita itu. Nenek tua itu tak kuasa menahan tangis.
“Cintamu hanya di ujung dunia, Nak. Padahal ada akhirat yang lebih kekal!”
***
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup Serta mendustakan pahala terbaik, Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. (QS. Al Lail (92): 5-11)
Sungguh masih banyak manusia yang sulit melepas kecintaannya pada dunia meski ditukar dengan surga sekalipun. Kecintaan pada harta benda membuat orang buta, bahkan bisa menghancurkan ukhuwah atau silaturahim.
Kadang betapa sulit kita bersedekah, karena merasa diri kita tak mampu untuk itu. Betapa pelit diri kita, padahal Allah telah menjamin sepuluh kali lipat atas apa yang kita sedekahkan. Tapi kita seolah-olah lupa bahwa Allah lah yang mengatur setiap rezeki kita.
Ketakutan habisnya harta membuat kita terlalaikan bahwa masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Membuat hati kita buta dan hanya akan sedekah bila ingat saja. Atau justru yang lebih parah bahwa kita tidak percaya dengan rezeki yang diatur Allah Azza Wa Jalla karena rasa kikir yang tidak pernah kita sadari kehadirannya.
Kisah diatas hanyalah contoh semata, masih banyak orang-orang yang menimbum harta mereka karena merasa bahwa harta itu akan habis bila disedekahkan. Tapi mereka lupa bahwa mereka tidak akan membawa harta mereka ketika mati. Harta hilang, pahalapun tak ada. Lalu untuk apa kekikiran itu?
Dunia adalah anugrah, dunia adalah keindahan, tapi dunia juga cobaan. Begitu banyak cobaan yang ada di dunia, semakin kita ingin meraihnya, semakin besar badai yang menghadang. Semakin kita ingin meneguknya habis, semakin kita tak akan pernah puas.
Dunia ibarat air laut; makin banyak orang haus minum darinya makin hauslah ia sampai air itu membunuhnya ( Imam Ja’far )
Wallahua’lam bish shawwab.

ATM ( Akhwat Tapi Mesra )







“Idih, kok bisa bang?” aku dibuatnya penasaran.
“Bisalah. Bang Haris gitu lho!”
“Bukan karena ATM kan bang?”kataku.
“Apaan tuh?”
“Akhwat tapi Mesra. Biasanya nih kalau semangat lagi naik, ada penyemangatnya.”
Bang Haris hanya menjawab dengan cengengesan. Entah apa yang ada dipikirannya.
“Lho kok malah ketawa ketiwi gitu!” aku mengerutkan dahi.
Dia malah tambah ‘salting’ dan menggaruk-garuk kepalanya yang aku yakin nggak gatal.
***
Senang memang ketika ada yang memperhatikan kita terus jadi bisa meningkatkan kwalitas semangat kita dalam melakukan berbagai hal, mungkin salah satunya kamu.
Hubungan dengan seorang akhwat sebagai sebuah ukhuwah memang kadang kala diperlukan, tapi tetap ada batasannya. Bukan dengan hubungan yang ‘terlarang’, dengan mengumbar kemesraan.
Bukan pula menghalalkan berhubungan dengan akhwat tapi mesra. Kamu mungkin tidak pernah menyadari bahwa hal itu akan berujung pada kemaksiatan, karena kamu telah dibutakan oleh kemesraan yang ditunggangi syetan.
Misal dimulai dengan Chating atau SMS nanyain kabar, lama-lama menjadi kata yang menjual kehormatan. Kata-kata mesra diungkapkan, membuat hati sang akhwat berubah menjadi taman bunga. Tak ada lagi yang bisa melarang, karena dua hati telah dibutakan oleh kemesraan, bahkan mungkin Allah telah terlupakan.
Mungkin kamu akan berkata, bahwa kalian hanya beradu salam dan saling mengingatkan dalam hal ibadah. Apakah kamu tidak menyadari bahwa hal itulah awal dari segala bencana kemesraan yang kalian lakukan?
Banyak ikhwan yang berubah haluan, ketika menemukan seorang akhwat yang mau diberi sebuah kemesraan. Yang awal tujuannya hanya karna Allah, kini jadi menyimpang karena hubungan dengan akhwat tapi mesra.
Justru hal seperti ini sangat berbahaya bagimu. Kamu mungkin tahu bahwa orang-orang fasik secara terang-terangan bahkan melakukan hubungan terlarang yang menjurus pada zina, mereka sadar bahwa yang mereka lakukan adalah maksiat dan haram hukumnya. Itu karena cahaya illahi telah mereka jauhi.
Tapi berbeda ketika kamu yang merasa bahwa cahaya illahi telah ada didada, namun kamu justru tidak menyadari bahayanya bermesraan dengan akhwat meskipun dengan bahasa-bahasa islami seperti “ukhti, jangan lupa tahajjud dan doakan aku”. Apakah kamu tidak menyadari bahwa ini adalah tipu daya syetan yang meredupkan cahaya dihatimu?
Sahabat BMB, mari kita saling mengingatkan, saling menasehati kepada saudara kita. Tapi dengan cara yang santun dan yang dibenarkan oleh agama kita. Bukan dengan cara yang menyalahinya, karena manusia manapun ketika diberikan kemesraan kadang ada yang terang-terangan menerima dengan malu-malu.
Atau malah ada yang terang-terangan menolak secara keras, tapi hatinya tidak bisa dibohongi, masih ada rasa senang yang tak mungkin tergambarkan. Karena fitrahnya sangat suka dengan pujian dan kata-kata yang menyenangkan.
So sahabat..tidakkah sebuah pengingat jauh lebih baik ketimbang kita tahu tapi kita tak mau tahu.
“Tidaklah kutinggalkan suatu ujian yang lebih berat bagi laki-laki melebihi wanita” (HR Bukhari dan Muslim).
Wallahua’lam bish shawwab.

TTM ( Ta’aruf tapi Mesra )





Bismillahirrahmanirrahim..

” Assalamualaikum ukhti, jangan lupa makan ya? ana nggak mau kalau nanti jadi istri ana, ukhti kena sakit maag atau kurusan.”
SMS dikirim..
SMS diterima..
“Wa’alaikumsalam akhi, iya akhi. Insyaallah ana nggak telat makan. Makasih banget ya, masih ta’aruf aja udah diperhatikan seperti ini apalagi nanti kalau jadi istri akhi, pasti jadi wanita paling bahagia.”
====================================
WoW.. PEDE aja gitu, SMS an dengan kata mesra yang bergejolak-jolak bawa kata-kata islami untuk menghalalkan ragam kemesraan.
Tak mudah memang menutupi rasa yang seharusnya tak terungkapkan begitu saja, tak diumbar begitu mudah. Seperti cinta yang tak pernah ada harganya, layaknya para pemuja cinta yang sudah kehilangan kendali bahkan telah hilang dalam mengenali bagaimana rasanya cinta.