Sunday 14 October 2012

Mengapa Saya Memutuskan Menikah Dengannya


Oleh Dewi, 25 Juni 2008 melalui Milist.
Ada beberapa hal yang membuat saya memutuskan menikah dengannya.
Terutama adalah kesiapannya bertanggung jawab secara moral, melindungi,
dan mengayomi, saya sebagai calon istrinya waktu itu.
Walaupun sebelum menikah, dia sempat mempertanyakan.
Mampukah saya menerima dia apa adanya?
Dengan status masih calon pegawai negeri sipil.
Yang gajinya hanya Rp. 450.000,-.
Mulanya saya ragu, karena saya yang terbiasa dibesarkan dari keluarga
yang selalu memanjakan saya, tidak bisa memasak, mencuci, membersihkan
rumah, pendeknya tidak bisa diajak hidup susah.
Jauh dari kreteria istri sempurna.
Mama yang wanita karier, memberikan pengasuhan lewat bantuan
pengasuh/pembantu yang kadang setiap bulan berganti-ganti.
Beliau mengajari saya bagaimana menjadi wanita yang tangguh dan mandiri,
namun lupa memberikan pelajaran berharga untuk menjadi wanita
sesungguhnya, yaitu wanita tempat bernaung suami, wanita yang mampu
memberikan ketenangan ketika suami berada dirumah.
Pendeknya saya perlu belajar bertahun-tahun untuk menjadi Isti ideal
termasuk Ibu yang baik bagi anak-anak saya.
Tapi saya dan suami yakin bahwa pernikahan dimanapun berada pasti
membutuhkan proses untuk beradaptasi.
Membutuhkan proses menuju bijaksana dan dewasa.
Yang penting masing-masing pasangan harus mau menerima kekuarangan dan
kelebihan pasangan masing-masing. (say that “Honey, Love me just the
way I am”).
Dan keyakinan untuk menikah dengan pasangannya, memprediksikan kemampuan
menjalani hidup bersamanya.
Itu yang paling penting.
Yah…keyakinan itu yang paling luar biasa, membawa kami berjuta-juta
lebih tabah dalam menghadapi semua cobaan.
Hebohnya….Awal Menikah!.
I am not to young to be married
Menikah di usia 22 tahun, lulus kuliah, langsung dilamar dan menikah 1
bulan kemudian :-D
Sama sekali diluar bayangan….mimpi aja kagak…hehehe.
Bahkan banyak teman, handai tolan, dan juga keluarga dekat yang
terkaget-kaget selalu kata mereka “Wes, Siap ta Wi?”
(sudah siapkah kamu Dewi?)
Saya selalu mengangguk mantab, demi melihat mata suami yang penuh
keyakinan tanpa basa-basi, maka saya memiliki keberanian lebih untuk
siap menanggung resiko apapun dalam pernikahan kami.
Karena hidup itu adalah konsekuensi dari pilihan,bukan?
Dan lagi yang namanya jodoh sudah didepan mata, maka tidak boleh
ditolak.
Lagi pula suami, orang yang saya kenal hanya 3 bulan-an lamanya, adalah
orang yang serius membina hubungan untuk langsung ke jenjang pernikahan.
Alhamdulillah.
Usia kitapun tidak terpaut jauh, dan untuk ukuran laki-laki mungkin dia
termasuk yang menikah muda, di usia 27 tahun.
Kata suami dia ingin mengikuti sunnah Rasul menikah di usia ke-27
hehehe…Ah.. nih…si E’mas.
Sedang saya, adalah makhluk imut, yang nekat juga hehehe.
Nekat karena berani menikah hanya dengan modal gaji suami yang
Rp. 450.000,- aja dan juga saya yang belum bekerja, karena habis lulus
langsung menikah.
Benar-benar kata kunci ajaib untuk pernikahan abad ke-21 !
Banyak yang mengkritik, meragukan, atau bahkan menghakimi.
Tapi kenyataannya pernikahan kami harus tetap dijalani.
Mantab seranjang dengannya
Menikah hari pertama hingga satu bulan adalah masa penuh kejutan.
Kebiasaan molor bangun pagi, tidak bisa memasak, membenahi rumah, dan
sebagainya membuat saya malu dan menangis.
Sempat jatuh sakit karena stress berat.
Tapi suami alhamdulillah bisa memahami.
Kelemahan saya menjadikan saya memiliki tekad, terus belajar dan terus
belajar.
Tidak hanya untuk pernikahan kami tapi juga untuk diri saya sendiri.
Toh, saya pada akhirnya akan menjadi calon ibu, itu yang ada dalam
pikiran saya.
Seminggu setelah menikah kami pindah dari rumah orang tua saya untuk
kerumah kami sendiri.
Sekalipun masih sangat berantakan, dan rumah itu juga hasil sumbangan
dari mertua, sementara mertua sudah pindah di rumah yang lainnya. ^_^
Menikah adalah untuk ibadah, benarkah ?
Jawabannya adalah iya.
Karena dalam pernikahan sangat dibutuhkan banyak kebijakan dan
keikhlasan untuk menjalani berbagai macam cobaan hidup berdua.
Benar-benar ibadah sepanjang masa.
Bila kita menikah maka kita harus menghadapi beberapa konsekuensi dari
pernikahan itu sendiri, mulai dari menjadi istri hingga menjadi seorang
ibu.
Persiapan menjadi seorang Ibu, tentu saja harus di dukung pasangan.
Cepat atau lambat keinginan untuk memperoleh keturunan juga merupakan
bahan pertimbangan bagi pasangan calon sebelum menikah.
Nah, pada pernikahan kami, sejak awal menikah kami memang tidak pernah
menunda-nunda memiliki momongan, walaupun keadaan ekonomi sedang
gonjang-ganjing hehehe.
Kami termasuk pasangan yang mempercayai, rejeki adalah Allah yang
mengatur, dan setiap anak membawa rejekinya masing-masing.
Jadi di hari pertama menikah saya menyatakan mantab seranjang dengannya
hehehehe (;-) )
Gaji 450 Ribu, Cukupkah?
Pertama kali, menerima gaji suami ditangan, selalu disertai dengan
cucuran air mata haru.
Melihatnya tersenyum bangga, memeberikan amplop yang ada ditangannya,
yang walaupun untuk makanpun masih harus sibuk memutar otak “gali
lubang tutup lubang
Respon pertama adalah kaget, tapi segera menahannya demi melihat
ketulusan dan keikhlasan suami.
Yah, saya harus Ikhlas menikah dengan suami yang hanya bergaji Rp.
450.000,- sebulan, dan entah untuk beberapa lama lagi.
Memahami dan menikmati arti perjuangan panjang mahligai rumah tangga
kami.
Menghargai tetes keringat yang benar-benar dia usahakan untuk
kepentingan kehidupan kami berdua.
Terima kasih sayang……..!.
Begitupun satu bulan, otak masih tertatih-tatih berpikir, bagaimana cara
menambah penghasilan, hingga ide cermelang muncul dibenak satu bulan
kemudian, untuk mencoba kreatifitas, membongkar, gudang pakaian,
mengumpulkan baju yang masih cukup bagus, memangkasnya disana-sini,
membuat sketsa mode baju, dan kemudian memodifikasi dengan berbagai
aksen yang sedang trend saat ini.
Membungkusnya dan menelpon beberapa teman, saudara, bahkan tetangga
untuk main kerumah.
Nekat !, gila !, mengenakan rancangan sendiri, sambil memamerkan hasil
karya, yang sebagian digantung rapi di tempat jemuran yang saya beli
murah hanya Rp.65.000,- pada pedagang kaki lima yang kebetulan lewat
didepan rumah.
Baju-baju yang digantung, saya masukkan dalam plastik tipis, tempat
baju, dan sebagian sisanya dilipat rapi dimasukkan dalam plastik, dan
diberi bandrol “Second Keren”.
Alahmdulillah banyak yang suka, dagangan yang hampir tanpa modal ini
alias modal tipis, laris manis bak kacang goreng.
Banyak pesanan membuat saya makin kewalahan dan blusukan di pasar-pasar
baju second dari luar yang kira-kira masih bisa saya modifikasi lagi.
Dari sini, saya bisa menggaji satu pembantu dan satu orang baby sister
untuk anak, bahkan bisa mencicil membangun tempat kos di lahan luas
belakang rumah kami.
Percayalah pernikahan yang diniatkan untuk ibadah, tidak akan pernah
sesulit yang kita bayangkan.
Soal gaji atau rejeki serahkan pada Allah SWT.
Jadi salahkan jika saya katakan gaji itu dari Allah.
Selama manusia berusaha, sabar, dan berdoa, apa sih janji Allah yang
diingkari-Nya? .
Tidak ada satupun.
Allah selalu ada untuk memenuhi janji-janjinya kapada Makhluk-Nya.
Rasa syukur selalu terpanjat, karena hingga detik ini saya sudah mampu
memasukkan anak ke sekolah terbaik, memberikan gizi terbaik, dan hidup
penuh limpahan rahmat dan kasih sayang Allah.
Diberikan suami terbaik, anak-anak terbaik, juga tetangga, dan
teman-teman yang luar biasa baik.
Keberuntungan saya walaupun kecil dimata orang yang melihat hidup dari
segi materi saja, tetap tidak pernah membuat saya lupa mengucap syukur
kepada-Nya.
Demi melihat banyak orang-orang yang lebih menderita, lebih susah, lebih
berat perjuangannya dibanding saya, termasuk kedua orang tua saya.
Jika ditanya arti menikah menurut saya adalah Perjuangan tanpa akhir
dengan ibadah sepanjang masa.

Naungan Allah ketika Hari Akhir


Bismillah.
Hari kiamat adalah hari dimana alam semesta dihancur leburkan oleh Allah. Api, air, angin, batu… Semua benda menjadi senjata Allah untuk meluluhlantakkan alam semesta. Setelah itu manusia dikumpulkan di padang Mahsyar untuk kemudian dihisab amal perbuatannya dan ditentukan tempat kembalinya yaitu surga atau neraka. Tidak ada lagi tempat bernaung kecuali naungan-Nya dan hanya ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Allah pada saat itu.
Dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid (selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya bertemu dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk berzina), tapi ia mengatakan: “Aku takut kepada Allah”, seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya.” (HR Bukhari)
Tujuh golongan itu adalah:
1. Imam yang adil. Seorang pemimpin dambaan umat yang mengutamakan kepentingan umatnya daripada dirinya sendiri. Seorang pemimpin yang memerintah dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits.
2. Pemuda yang senantiasa berusaha mendekatkan diri pada Allah SWT.
3. Hamba Allah yang hatinya senang berada di masjid dan selalu sholat berjamaah di masjid.
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Bertemu karena Allah, berpisah karena Allah. Saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
5. Laki-laki yang dirayu dan digoda oleh wanita cantik dan kaya, tetapi menjawab dengan perkataan “aku takut kepada Allah”. Seorang manusia biasa yang juga memiliki keinginan untuk bermaksiat, namun rasa takutnya pada Allah telah mengalahkan keinginannya untuk bermaksiat. Laki-laki yang memiliki kualitas keimanan yang luar biasa sehingga mampu menahan hawa nafsunya.
6. Seseorang yang bersedekah dengan ikhlas dan hanya mengharapkan ridha-Nya.
7. Hamba Allah yang mengingat Allah dalam kesendirian kemudian menangis. Hamba Allah yang menangis karena selalu mengharapkan ridha-Nya dan takut akan azab Allah. Hamba Allah yang menangis karena dosa-dosa dan kekhilafan yang diperbuatnya.
Subhanallah.. Tujuh golongan itu.. Semoga kita termasuk dalam golongan tersebut. Amiin.
Wallahua’lam bisshawab.

Simpati Karena Amal Ibadah


Bismillah.
Prolognya adalah sebuah kisah dari seorang ikhwan yang sekarang sudah berkeluarga :
Pernah ada seorang ikhwan ikut prajabatan CPNS. Dan saat tsb juga diikuti oleh CPNS yang lain, ada yang laki ada pula wanita. Semuanya menginap dalam sebuah tempat diklat yang sama. Sering pula terjadi rasa kecocokan dan ketertarikan diantara para peserta yang mengakibatkan adanya pasangan yang menikah setelah selesai prajabatan.
Kebetulan ikhwan yang satu ini emang tingkahnya ngocol dan slebor. Cuek dan nyantai aja, juga kerjanya ngegodain akhwat (suka tebar pesona). Padahal mah si ikhwan kaga ada gantengnya pisan euy. Tingkahnya slebor, cuek, rada bergajul, kaga cakep pula. Tapi herannya saat prajabatan CPNS itu bisa sampai ada 4 akhwat kena serangan ketertarikan gara-gara si ikhwan.
Salah satu akhwat tsb adalah seorang aktivis tarbiyah dan aktivis masjid di kantor, dimana akhwat tsb banyak mendapat tawaran ta’aruf dari para ikhwan lain namun selalu ditolak secara halus. Terang aja hal ini membuat “geger”.
Dan si akhwat yang aktivis ini punya teman seorang ikhwan yang juga aktivis tarbiyah dan masjid. Dimana ikhwan ini pernah menawarkan 3 orang ikhwan untuk berta’aruf dengan si akhwat namun ditolak semua dengan halus.
Si ikhwan yang aktivis masjid ini menemui ikhwan penyebab ketertarikan tadi dan coba mengukur kapasitas pengetahuan keagamaannya. Namun dalam dialog yg didapatkan malah jawaban2 aneh dari ikhwan penyebab ketertarikan. Ikhwan aktivis makin heran, “Kok bisa akhwat temanku kesengsem sama pria tengil macam begini??”.
Akhirnya para akhwat lain yang ikut coba menyelidiki penyebab ketertarikan . Mereka curiga jangan2 ke-4 akhwat tsb mengalami gangguan pada matanya, sehingga ga bisa melihat jelas si ikhwan yang slebor ini.
Ketika saat penyelidikan dimulai, ternyata semua keempat akhwat tsb menjawab dengan alasan yang sama. Dn jawaban si akhwat aktivis masjid lah yang paling mewakili semuanya. Si akhwat bercerita bahwa ikhwan tsb emang kalo sepintas saat diamati ketika berinteraksi dalam lingkungan memang terlihat slebor, jahil, dan ngocol. Ga ada tampang alimnya sama sekali. Tapi saat malam pernah si akhwat sedang terbangun karena ingin sholat tahajjud, dia menuju kamar mandi untuk berwudhu sambil melintasi kamar si ikhwan.
Kebetulan ikhwan tsb memang tinggal sendiri di kamar tsb, tanpa ada pasangan (teman sekamar) seperti peserta prajabatan lainnya. dan saat melintas di depan kamar si ikhwan, terlihat lampu kamar menyala dan terdengar lantunan ayat suci Al Quran disertai suara tangis sesenggukan. Nampaknya si ikhwan sedang tadarus.
Si akhwat berhenti sejenak mendengarkan lantunan ayat suci Al Quran yang walau tidak merdu, namun karena diucapkan dengan penuh kesungguhan hati dan tumpahan rasa haru, membuat dinding hati si akhwat jadi bergetar. Sekembalinya dari kamar mandi yang terdengar adalah lantunan dzikir yang sendu, syahdu, dan penuh dengan emosi cinta yang meluap. Terkadang lantunan yang terdengar berupa shalawat.
Si akhwat pun kembali ke kamarnya sambil membawa sebuah rasa yang tertinggal. Pada saat menjelang subuh, seorang akhwat lain juga terbangun menuju kamar mandi dan mendengar hal yang sama. Lantunan itu baru berhenti saat azan subuh berkumandang. Keempat akhwat tsb semuanya pernah mengalami hal tsb selama prajabatan tanpa satupun pernah berpapasan di depan kamar si ikhwan.
Bahkan sampai akhirnya si akhwat aktivis masjid pun memberanikan diri untuk mengajak ta’aruf si ikhwan.
Si ikhwan yang ga tau kalo kebiasaan tengah malamnya sudah diketahui oleh akhwat tsb sempat terbengong2 dan lalu menjawab dengan santai bin ngocol. Dia bilang mungkin si akhwat terlalu terburu-buru dan salah lihat orang, sebab si ikhwan merasa ga ada hal lebih dari dirinya.
“Saya ini brengsek iya, dan jelas ga ada alim2nya sama sekali. Apalagi soal tampang, hancur lebur begini. Apa ukhti ga salah pilih orang untuk jadi imam? Ntar kalo salah pilih mah bisa fatal tuh.” kata si ikhwan.
Si akhwat menjawab dengan tenang “Ana yakin akhi cuma pura2 saja bergajulan. Ana tau kok kebiasaan akhi tengah malam. Saat dimana semua orang asyik tidur, akhi malah asyik masyuk berduaan dengan Allah” Si ikhwan berlagak pilon dan bilang “kebiasaan apa nih ukhti ? pasti deh salah orang. Saya cuma tidur kalo malem”.
Namun si ukhti membalas cepat “Udah deh, akhi ga usah menghindar dan pura2. apa mau jadi seorang pendusta??” Diam deh si ikhwan ga berani ngebohong lagi.
Mendengar hasil penuturan si akhwat aktivis masjid, para akhwat lain cuma bengong berjama’ah… Masa iya ada pria bergajulan wal slebor di luarnya dan kemana2 selalu senang make jeans dan jaket ketimbang baju koko, tapi tahajjudnya tiap malem ga putus2.
Wallahu a‘lam bishshowab.

Tips Menghafal dan Muraja’ah Al-Qur’an Dengan Baik


Bismillah…
Al Qur’an merupakan salah satu mu’jizat yang turun kepada Muhammad SAW dan diwariskan kepada umatnya dan keasliannya akan terus terjaga sepanjang zaman. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (Al Hijr:9)
Qur’an memiliki banyak sekali kelebihan, selain itu Qur’an juga sangat bermanfaat bagi manusia. Orang yang sering membaca Qur’an akan sangat berbeda dengan orang yang jarang bahkan tidak pernah sama sekali membacanya. Itu baru sebatas membaca. Apalagi jika Qur’an tersebut dihafal, maka bi iznillah manfaatnya akan selalu menyertai orang yang menghafalkannya.
Ada beberapa fase dalam menghafal al-Quran ini.
1. Fase pra hafalan (taaruf)
2. Fase hafalan (tahfidz)
3. Fase menjaga hafalan (murojaah)
A. Fase Pra Hafalan
Hal pertama dalam fase pra hafalan, ada baiknya kita mengenal dulu dengan kitab suci yang akan kita hafal ini. Beberapa sifatnya antara lain:
1. Mudah dihafal. Allah sendiri berfirman dan diulang-ulang dalam surat al-Qomar, “Walaqad yassarna al-Qurana lidz-dzikri fahal min muddakir… (QS. Al-Qomar: 17)”. Selain dikuatkan dengan firman Allah, secara bahasa sendiri al-Quran sangat mudah dihafalkan. Terlebih di dalamnya, banyak ayat-ayatyang mirip, sehingga kita tidak perlu menguras otak lebih karena ada beberapa kalimat atau ayat yang sudah pernah kita hafalkan dulu.
2. Mudah pula terlupa. Dalam hal ini penulis sendiri kurang tau apakah riwayat ini adalah hadits atau apa, akan tetapi dulu Kyai penulis pernah bilang bahwa, “Menghafal Quran itu seperti mengikat unta. Bila longgar sedikit saja ikatannya, makaakan sangat mudah lepas.”
3. Al-Quran adalah kitab suci kita, barangsiapa dapat menghafalkannya maka akan mendapat banyak fadhilah, seperti: variasi bacaan dalam sholat, mengisi waktu luang ketika menuggu bus, di dalam bus dll.
4. Dengan menghafalkannya, terlebih bila memahami maknanya bisa membuat hati kita terbuka, menemukan kebenaran din ini, menemukan mukjizat-mukjizat di dalam al-Quran dsb. Intinya, insya Allah bisa menambah iman kita dan takwa kita..
Selanjutnya, setelah berkenalan dengan obyek yang ingin kita hafal, sekarang saatnya berpindah kepada subyeknya.
1. Temukan motivasi yang tepat atau niatnya. Tentukan, apakah untuk ujian saja, atau untuk sesuatu hal yang di atas itu. Penentuan motivasi ini sangat menentukan tingkat kualitas hafalan dan kesungguhan kita dalam menghafal.
2. Berikan waktu khusus dalam keseharian kita.
3. Persiapkan diri dari banyaknya godaan yang melalaikan dan ketidak-disiplinan. Karena sebenernya, dari pengalaman penulis sendiri dan curhat temen-temen, kunci menghafal al-Quran adalah satu; ISTIQOMAH.
4. “Qalilun qarra khairun min katsirun farra..” lebih baik sedikit tapi kuat, daripada banyak hafalan tapi lemah. Artinya, menghafal al-Quran itu haruslah tadarruj, alias bertahap. Allah sendiri berfirman, “Wala ta’jal bil qurani min qabli an yuqdha ilaika wahyuhu, wa qul rabbi zidny ilman…” (QS. Toha: 114). Banyak sedikitnya menghafal, sangat tergantung pada kemampuan penghafal, ndak perlu dipaksa.
B. Fase Menghafal
Setelah bertaaruf, dan kenal-kenalan sebelum memasuki dunia hafalan ini, kini saatnya kita melakukan proses menghafal. Fase di atas tadi, cukup dipahami saja dan dijadikan pengingat bila suatu saat kita merasa kesulitan dan pengen curhat :D .
Okeh, sekarang saatnya kita masuk dalam persoalan teknis, yakni trik menghafal. Sebenernya, soal ini penulis lebih suka menyerahkan kepada pembaca soal bagaimana menghafal. Karena, dalam menghafal ini sangat bergantung pada kondisi /dzuruf si penghafal.
1. Membaca pelan dan mecoba memahami maknanya (grambyang) dari apa yang ingin kita hafal di pagi hari, pada malam hari sebelum tidur.
2. Lebih baik baik dilakukan setelah sholat subuh, mulai menghafal al-Quran secara tadarruj dimulai dari jumlatan fa jumlatan (kalimat per kalimat) bukan ayat per ayat! Setelah hafal (membaca tanpa melirik al-Qurannya) satu kalimat, baru berpindah ke kalimat yang lain.
3. Setelah hafal satu ayat, boleh berpindah ke ayat lain, dan temukan keserasian dalam dua ayat ini. Sangat sering terjadi, ayat al-Quran ini memiliki satu tema setiap separuh halaman.
4. Dianjurkan minimal menghafal satu halaman, atau lebih baik lagi dua halaman setiap harinya. Agar nanti yang tergambar di ingatan kita adalah seperti membuka al-Quran, satu di sisi kanan dan satu lagi di sisi kiri.
5. Lebih dan sangat dianjurkan untuk menyetorkan hafalan yang baru kita hafal, pada orang yang sudah hafal lebih dari kita. Bukan saja karena menjaga agar apa yang kita hafal ini sudah benar kata per katanya, akan tetapi juga sangat bermanfaat sebagai latihan dalam hafalan kita.
C. Fase Mengulang
Perlu diketahui dan diingat, fase murojaah ini adalah yang sangat-sangat penting dan paling penting di antara dua fase di atas.
Sama seperti menghafal, dalam murojaah pun ada yang namanya tadarruj. Yakni bertahap pula dalam melakukannya.
1. Murojaah sebelum membuat hafalan baru. Yang perlu kita ulang hafalannya sebelum membuat hafalan baru adalah hafalan seperempat juz (5 halaman) sebelum hafalan baru kita. Jadi, jangan menambah hafalan baru bila seperempat juz sebelumnya masih berantakan hafalannya.
2. Murojaah hafalan baru. Setelah paginya kita menghafal, maka berikan waktu khusus buat mengulang hafalan baru kita itu. Paling enak adalah ketika sholat dhuha. Semakin sering diulang dalam sholat, semakin baik.
1. Murojaah per seperempat juz (5 halaman). Murojaah ini dilakukan setiap hari, dan berkelanjutan esok harinya. Lebih baik disetorkan juga murojaah yang ini. Sifatnya seperti hafalan baru, harus bener-bener mantap ketika disetorkan.
2. Murojaah per 1 juz. Sama seperti murojaah seperempat juz, murojaah ini juga lebih baik disetorkan. Akan tetapi gak menutup kemungkinan untuk dibaca sendiri.
3. Murojaah per 5 juz. Kalau bisa, hal ini disetorkan juga. Akan tetapi, kecuali di pondok tahfidz, mungkin agak jarang yang mau nerima setoran 5 juz.
Metode-metode di atas tidak mutlak sifatnya. Namun, secara pengalaman metode-metode di atas cukup membantu dalam proses menghafal al-Quran.
Selanjutnya, mungkin ada beberapa tips tambahan di bawah ini yang bisa dijadikan masukan buat temen-temen:
1. Akan lebih cepat dan mudah bila kita menghafal sambil mengetahui artinya. Bisa lewat terjemah al-Quran, atau bahkan dengan tafsirnya sekalian, :D .
2. Setelah tahu artinya, perlu diketahui bahwa al-Quran itu berbentuk setengah prosa (cerita) dan setengah puisi (berima). Dengan prosanya, akan membuat kita lebih mudah untuk mengaitkan antara satu ayat dengan ayat lainnya lewat siyaq atau jalan cerita atau tema khusus.
3. Mengatur waktu dalam satu hari sebaik mungkin. Minimal ada dua hal penting yang perlu diperhatikan, yang pertama murojaah, yang kedua bikin hafalan baru.
Dan semoga kita dijadikan sebagai Ahlul Quran. Amiin.

Tips Mengatasi Futur (Lemah Iman)


Bismillahirrahmanirrahim..
Indikasi yang dirasakan kalau futur itu, jadi malas tilawah, males ikut kajian, shalat suka diundur2, shalat tahajjud terlewat.
Berikut beberapa alternatif yang dilakukan bila futur, cara yang menurut saya juga mungkn sdh biasa diterapkan oleh temen2, bagi saya pribadi mgkn satu cara dilakukan sudah bisa meredam kefuturan yg dialami tergantung keakutan dari futur tersebut.
1. Ingat Kematian
Setiap manusia pasti akan meninggal dan meninggalkan semua hal yang di cintai, terlebih seorang muslim akan di mintai pertanggungjawaban kelak. Jadi jangan sampai ada penyesalan dan perbuatan tercela terjadi dalam perjalanan hidup.
2. Liqo/Halaqoh
Sebenarnya insya Allah ini cara yang efektif untuk meredam kefuturan, dan menjadi jaminan kefuturan kita insya Allah tidak akan lebih dari 1 pekan, karena dalam Liqo banyak hal yang akan kita dapatkan, mulai dari taujih dari Mr, adanya setoran hafalan baik hadis maupun Al-Qur’an, laporan amal ibadah harian, ada juga kultum dari salah satu personel lingkaran tarbawi tsb, dsb.
3. Baca Buku,
Baca buku Shirah, shirah Nabi, sahabat, ulama2 yang akhirnya merasakan rasa malu, malu yang sangat bahwa amalan kita selama ini belum ada apa2 nya dibandingkan mereka. Baca ttg dahsyatnya siksa neraka, siksa kubur dan indahnya surga.
4. Muhasabah Yaumiyah
Bagi yang terbiasa mencatat amalan harianya, bisa dibuka2 kembali lembarannya dan dibandingkan dengan kondisi ketika mengalami futur, tentunya bagi seorang muslim harus berprinsip, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.
5. Tilawah Al Quran
Membaca Al Quran sekaligus artinya tiap selesai shalat wajib sangat besar manfaatnya. Di usahakan minimal 1 juz tiap hari. Membaca Al Quran dan artinya akan memperkaya ingatan akan hukum2 yang telah Allah tetapkan, dan semoga bisa di amalkan.
6. Pengajian Umum
Ikuti pengajian umum yang biasanya ada rutin tiap pekan, dari mulai pembahasan fiqih, tafsir, hadis dll. Tidak mempermasalahkan pengajian yang di laksanakan oleh jamaah berbeda-beda selama masih satu aqidah.
Semoga bermanfaat.